Share

Bisul?

Author: AgilRizkiani
last update Last Updated: 2025-04-17 17:00:14

Enam bulan telah berlalu sejak kepergian Ardan. Sejak saat itu, Ayunda berubah menjadi wanita yang gila kerja. Ia menenggelamkan dirinya dalam rutinitas kantor, seolah ingin melupakan rasa kehilangan yang terus membayangi. Kini, si kembar bahkan sudah pandai berlari, namun Ayunda hanya bisa benar-benar meluangkan waktu untuk mereka di hari Sabtu dan Minggu. Di hari-hari lain, ia sering memilih lembur hingga larut malam.

Sementara itu, Keyla dan William telah menempati rumah baru mereka. Meski begitu, William masih kerap membantu Ayunda, terutama karena mereka bekerja di kantor yang sama. Ia paham betul bagaimana sahabatnya itu mencoba berdiri sendiri setelah kehilangan besar yang dialaminya.

Suatu sore, saat mereka berkumpul di rumah Keyla, perempuan itu menatap Ayunda dengan cemas.

"Ayunda, kamu sekarang makin kurus aja," tegur Keyla sambil menyerahkan secangkir teh hangat. Ia baru saja mendengar dari William tentang kebiasaan kerja Ayunda yang makin meng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Usai Bangun dari Koma   Peran Ganda

    Setelah satu minggu absen dari perusahaan untuk lebih fokus merawat si kembar dan mendampingi Aluna yang masih dalam masa pemulihan, hari ini Ayunda akhirnya kembali masuk kerja. Ia tak bisa menolak, karena ada pertemuan penting yang tidak bisa diwakilkan-rapat kerja sama dengan Skylar Grup, perusahaan besar yang tengah menjalin proyek bersama perusahaannya.Ruang rapat terasa lebih formal dari biasanya, terlebih karena pertemuan itu dipimpin langsung oleh Dipta-ya, lelaki yang seminggu lalu secara tidak sengaja ia tabrak di lorong rumah sakit.Ayunda duduk dengan raut tenang, meski dalam hati agak canggung. Sesekali ia melirik Dipta, yang hari itu tampil rapi dengan jas abu-abu dan gaya maskulin khas CEO sukses. Tapi Ayunda tahu-di balik tatapan tajam dan pembawaan profesional itu, tersimpan satu rahasia memalukan yang ia tahan mati-matian untuk tidak tertawa saat mengingatnya.Saat sesi presentasi selesai dan rapat memasuki jeda ringan, Ayunda memberanik

    Last Updated : 2025-04-18
  • Usai Bangun dari Koma   Empat Mata

    Malam itu, setelah melewati rutinitas menyenangkan bersama anak-anak, Ayunda akhirnya berhasil menidurkan Aluna dan Elvano. Elvira sudah lebih dulu tertidur di pelukan Oma Ola, sementara Ayunda membaringkan dua anak lainnya di kamar. Ia menatap wajah polos mereka yang terlelap dengan penuh cinta, lalu perlahan keluar kamar, menutup pintu dengan hati-hati.Ia berjalan menuju ruang tengah, mengambil segelas air putih, lalu duduk di sofa sambil membuka ponsel. Belum sempat membuka aplikasi yang dituju, matanya langsung menangkap satu notifikasi yang membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.Dipta Satriaputra — nama itu muncul di layar, lengkap dengan ikon pesan pribadi.Alis Ayunda langsung bertaut. Ia tertegun beberapa detik. Kenapa Dipta mengirim pesan? Bukannya biasanya dia selalu menyampaikan sesuatu lewat sekretarisnya… William?Rasanya tak biasa—bahkan aneh. Terlebih lagi, ini tengah malam.Dengan sedikit ragu, Ayunda membuka pe

    Last Updated : 2025-04-18
  • Usai Bangun dari Koma   Si Kembar

    Ayunda mengikuti langkah Dipta menuju ruang kecil di sisi kanan lantai itu—ruang privat yang biasanya digunakan untuk percakapan internal atau diskusi mendadak. Begitu pintu tertutup, suasana hening sejenak.Dipta berdiri di hadapan Ayunda, posturnya tegap namun ekspresinya tenang.“Sebelumnya, saya minta maaf kalau pesan saya semalam membuat Ibu Ayunda merasa tak nyaman,” ucap Dipta membuka percakapan dengan nada serius. “Saya tidak bermaksud melewati batas.”Ayunda sedikit terkejut dengan sikap langsung itu. Ia menatap Dipta tanpa menyela.“Saya tahu, sejak meninggalnya Pak Ardan, Ibu jadi pribadi yang lebih tertutup dan fokus pada anak-anak serta pekerjaan. Bahkan saya dengar Ibu sendiri sempat bilang, tidak berniat menikah lagi.”Ayunda sedikit menunduk. Ia tak menyangka Dipta sampai sejauh itu mengetahui tentang dirinya.Dipta melanjutkan, “Tapi pesan kemarin, sungguh bukan karena saya berniat mendekati Ibu secara personal.

    Last Updated : 2025-04-18
  • Usai Bangun dari Koma   Warung Kopi

    Dipta, seperti biasa, jika tak ada pekerjaan atau lembur, dan pikirannya sedang suntuk, memilih untuk menikmati secangkir kopi di pinggir jalan.Walaupun ia seorang CEO, kebiasaan ini sudah melekat sejak dulu. Ia memang lahir dari keluarga kaya raya, tapi didikan orang tuanya penuh kesederhanaan.Malam itu, sambil mengamati lalu lalang kendaraan, pikirannya melayang pada satu hal: omongan orang-orang tentang dirinya yang belum juga menikah lagi setelah tujuh tahun bercerai."Eh, Pak Dipta?"Suara itu membuyarkan lamunannya. William, salah satu staf muda di perusahaannya, muncul dari arah seberang jalan.Dipta tersenyum kecil dan memberi isyarat agar William duduk di sebelahnya. "Kebetulan," katanya singkat."Pak Dipta ngapain di sini?" tanya William heran, matanya menatap gelas kopi yang mengepulkan aroma khas-kopi dicampur durian."Ngopi," jawab Dipta ringan sambil mengangkat gelasnya. "Kopi campur durian, favorit saya

    Last Updated : 2025-04-19
  • Usai Bangun dari Koma   Pop Mie

    Ayunda dan Dipta sedang dalam proses menjalin kerja sama strategis antara dua perusahaan besar. Salah satu proyek mereka berada di luar kota, dan untuk itu, mereka memutuskan untuk melakukan peninjauan langsung ke lokasi. Mereka tidak pergi sendiri. Masing-masing membawa asisten pribadi dan sekretaris, termasuk William yang kini bukan hanya sekadar staf, tapi juga teman dekat Dipta.Hubungan antara William dan Dipta memang berkembang pesat sejak malam itu di warung kopi. Kini, mereka tak canggung lagi untuk saling bercanda atau mengobrol santai di luar jam kerja. Bahkan, mereka sempat berjanji akan rutin gym dan main golf bareng, walaupun keduanya tahu, menjaga janji di tengah kesibukan seperti mereka bukan perkara mudah.Rencana peninjauan ke luar kota memang terbilang dadakan, tapi Ayunda, seperti biasa, sudah menyiapkan semuanya dengan sangat rapi. Mereka menginap di hotel yang sama, dan malam itu sebelum melakukan peninjauan ke lokasi, seluruh tim makan malam b

    Last Updated : 2025-04-19
  • Usai Bangun dari Koma   Mahesa?

    Rapat proyek dimulai tepat pukul sepuluh pagi di ruang konferensi hotel yang sudah dipersiapkan khusus. Tim teknis dan pengawas lapangan telah hadir lebih dulu, membawa data progres serta laporan kendala yang mereka alami di lapangan.Salah satu tantangan terbesar muncul dari sektor distribusi material yang tertunda akibat akses jalan yang rusak. Keterlambatan ini bisa berdampak pada jadwal keseluruhan proyek dan berisiko menimbulkan kerugian finansial.Ayunda sempat terlihat serius saat mendengar penjelasan tim. Matanya tajam, jari-jarinya mengetuk pelan permukaan meja kayu. Tapi sebelum ia memberikan solusi, Dipta angkat bicara.“Aku udah sempat observasi semalam. Kita bisa buat rute alternatif lewat sisi utara, jalannya memang lebih panjang, tapi jauh lebih stabil. Nanti kita sebar alat berat kecil buat bantu pembenahan akses itu sambil tetap jalanin distribusi. Jadi waktu tetap efisien, dan kita nggak terlalu bergantung sama satu jalur yang rawan longs

    Last Updated : 2025-04-19
  • Usai Bangun dari Koma   Kesetiaan Yang Teruji

    Ardan menghela napas panjang, menatap wajah Ayunda yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Lima tahun telah berlalu sejak malam tragis itu, dan selama itu pula ia menjadi satu-satunya orang yang setia menemani Ayunda. Setiap hari, ia memastikan adik iparnya mendapatkan perawatan terbaik. Ia mengurus segala kebutuhannya, mulai dari mengganti perban luka-lukanya, memijat tubuhnya agar otot-ototnya tidak kaku, hingga membacakan cerita di sampingnya dengan harapan Ayunda bisa mendengar dan suatu hari akan bangun.Banyak orang yang mempertanyakan keputusannya. Bahkan ibunya sendiri pernah berkata, "Dia bukan istrimu, Dan. Kenapa kamu begitu keras kepala?" Tapi Ardan hanya tersenyum pahit. Ia tahu, perasaan yang ia miliki untuk Ayunda jauh lebih dalam dari sekadar tanggung jawab keluarga.Suaminya? Lelaki yang seharusnya ada di sini? Ia bahkan tak pernah datang setelah insiden itu. Sejak Ayunda terjatuh dan koma, pria itu seperti menghilang, tenggelam dalam kehidupannya sendiri dengan

    Last Updated : 2025-02-15
  • Usai Bangun dari Koma   Ada Keanehan

    Ardan masih terpaku di tempatnya, matanya menatap kosong ke arah Ayunda yang tertidur. Sudah lima tahun berlalu, dan selama itu pula keluarganya tidak pernah benar-benar peduli pada kondisi Ayunda. Mereka menganggap gadis itu hanya beban, sesuatu yang seharusnya tidak pernah ada dalam kehidupan mereka sejak awal.Dan Mahesa? Lelaki itu bahkan tidak menoleh ke belakang. Sehari setelah pernikahannya dengan Ayunda, ia justru menikahi wanita lain—wanita yang sebenarnya memang sudah menjadi bagian dari hidupnya jauh sebelum Ayunda muncul. Pernikahan dengan Ayunda hanyalah formalitas, pemuas egonya semata, sesuatu yang ia lakukan hanya karena ia bisa.Ardan tahu semua itu, dan itu membuatnya semakin muak.Namun, sekarang Ayunda sudah sadar. Ia tidak bisa terus menyembunyikan wanita itu di rumah sakit selamanya. Ia harus mengambil keputusan—keputusan yang mungkin akan mengguncang segalanya.Ia ingin Ayunda mendapatkan keadilan. Lima tahun yang hilang dari hidupnya, penderitaan yang ia alami,

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Usai Bangun dari Koma   Mahesa?

    Rapat proyek dimulai tepat pukul sepuluh pagi di ruang konferensi hotel yang sudah dipersiapkan khusus. Tim teknis dan pengawas lapangan telah hadir lebih dulu, membawa data progres serta laporan kendala yang mereka alami di lapangan.Salah satu tantangan terbesar muncul dari sektor distribusi material yang tertunda akibat akses jalan yang rusak. Keterlambatan ini bisa berdampak pada jadwal keseluruhan proyek dan berisiko menimbulkan kerugian finansial.Ayunda sempat terlihat serius saat mendengar penjelasan tim. Matanya tajam, jari-jarinya mengetuk pelan permukaan meja kayu. Tapi sebelum ia memberikan solusi, Dipta angkat bicara.“Aku udah sempat observasi semalam. Kita bisa buat rute alternatif lewat sisi utara, jalannya memang lebih panjang, tapi jauh lebih stabil. Nanti kita sebar alat berat kecil buat bantu pembenahan akses itu sambil tetap jalanin distribusi. Jadi waktu tetap efisien, dan kita nggak terlalu bergantung sama satu jalur yang rawan longs

  • Usai Bangun dari Koma   Pop Mie

    Ayunda dan Dipta sedang dalam proses menjalin kerja sama strategis antara dua perusahaan besar. Salah satu proyek mereka berada di luar kota, dan untuk itu, mereka memutuskan untuk melakukan peninjauan langsung ke lokasi. Mereka tidak pergi sendiri. Masing-masing membawa asisten pribadi dan sekretaris, termasuk William yang kini bukan hanya sekadar staf, tapi juga teman dekat Dipta.Hubungan antara William dan Dipta memang berkembang pesat sejak malam itu di warung kopi. Kini, mereka tak canggung lagi untuk saling bercanda atau mengobrol santai di luar jam kerja. Bahkan, mereka sempat berjanji akan rutin gym dan main golf bareng, walaupun keduanya tahu, menjaga janji di tengah kesibukan seperti mereka bukan perkara mudah.Rencana peninjauan ke luar kota memang terbilang dadakan, tapi Ayunda, seperti biasa, sudah menyiapkan semuanya dengan sangat rapi. Mereka menginap di hotel yang sama, dan malam itu sebelum melakukan peninjauan ke lokasi, seluruh tim makan malam b

  • Usai Bangun dari Koma   Warung Kopi

    Dipta, seperti biasa, jika tak ada pekerjaan atau lembur, dan pikirannya sedang suntuk, memilih untuk menikmati secangkir kopi di pinggir jalan.Walaupun ia seorang CEO, kebiasaan ini sudah melekat sejak dulu. Ia memang lahir dari keluarga kaya raya, tapi didikan orang tuanya penuh kesederhanaan.Malam itu, sambil mengamati lalu lalang kendaraan, pikirannya melayang pada satu hal: omongan orang-orang tentang dirinya yang belum juga menikah lagi setelah tujuh tahun bercerai."Eh, Pak Dipta?"Suara itu membuyarkan lamunannya. William, salah satu staf muda di perusahaannya, muncul dari arah seberang jalan.Dipta tersenyum kecil dan memberi isyarat agar William duduk di sebelahnya. "Kebetulan," katanya singkat."Pak Dipta ngapain di sini?" tanya William heran, matanya menatap gelas kopi yang mengepulkan aroma khas-kopi dicampur durian."Ngopi," jawab Dipta ringan sambil mengangkat gelasnya. "Kopi campur durian, favorit saya

  • Usai Bangun dari Koma   Si Kembar

    Ayunda mengikuti langkah Dipta menuju ruang kecil di sisi kanan lantai itu—ruang privat yang biasanya digunakan untuk percakapan internal atau diskusi mendadak. Begitu pintu tertutup, suasana hening sejenak.Dipta berdiri di hadapan Ayunda, posturnya tegap namun ekspresinya tenang.“Sebelumnya, saya minta maaf kalau pesan saya semalam membuat Ibu Ayunda merasa tak nyaman,” ucap Dipta membuka percakapan dengan nada serius. “Saya tidak bermaksud melewati batas.”Ayunda sedikit terkejut dengan sikap langsung itu. Ia menatap Dipta tanpa menyela.“Saya tahu, sejak meninggalnya Pak Ardan, Ibu jadi pribadi yang lebih tertutup dan fokus pada anak-anak serta pekerjaan. Bahkan saya dengar Ibu sendiri sempat bilang, tidak berniat menikah lagi.”Ayunda sedikit menunduk. Ia tak menyangka Dipta sampai sejauh itu mengetahui tentang dirinya.Dipta melanjutkan, “Tapi pesan kemarin, sungguh bukan karena saya berniat mendekati Ibu secara personal.

  • Usai Bangun dari Koma   Empat Mata

    Malam itu, setelah melewati rutinitas menyenangkan bersama anak-anak, Ayunda akhirnya berhasil menidurkan Aluna dan Elvano. Elvira sudah lebih dulu tertidur di pelukan Oma Ola, sementara Ayunda membaringkan dua anak lainnya di kamar. Ia menatap wajah polos mereka yang terlelap dengan penuh cinta, lalu perlahan keluar kamar, menutup pintu dengan hati-hati.Ia berjalan menuju ruang tengah, mengambil segelas air putih, lalu duduk di sofa sambil membuka ponsel. Belum sempat membuka aplikasi yang dituju, matanya langsung menangkap satu notifikasi yang membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.Dipta Satriaputra — nama itu muncul di layar, lengkap dengan ikon pesan pribadi.Alis Ayunda langsung bertaut. Ia tertegun beberapa detik. Kenapa Dipta mengirim pesan? Bukannya biasanya dia selalu menyampaikan sesuatu lewat sekretarisnya… William?Rasanya tak biasa—bahkan aneh. Terlebih lagi, ini tengah malam.Dengan sedikit ragu, Ayunda membuka pe

  • Usai Bangun dari Koma   Peran Ganda

    Setelah satu minggu absen dari perusahaan untuk lebih fokus merawat si kembar dan mendampingi Aluna yang masih dalam masa pemulihan, hari ini Ayunda akhirnya kembali masuk kerja. Ia tak bisa menolak, karena ada pertemuan penting yang tidak bisa diwakilkan-rapat kerja sama dengan Skylar Grup, perusahaan besar yang tengah menjalin proyek bersama perusahaannya.Ruang rapat terasa lebih formal dari biasanya, terlebih karena pertemuan itu dipimpin langsung oleh Dipta-ya, lelaki yang seminggu lalu secara tidak sengaja ia tabrak di lorong rumah sakit.Ayunda duduk dengan raut tenang, meski dalam hati agak canggung. Sesekali ia melirik Dipta, yang hari itu tampil rapi dengan jas abu-abu dan gaya maskulin khas CEO sukses. Tapi Ayunda tahu-di balik tatapan tajam dan pembawaan profesional itu, tersimpan satu rahasia memalukan yang ia tahan mati-matian untuk tidak tertawa saat mengingatnya.Saat sesi presentasi selesai dan rapat memasuki jeda ringan, Ayunda memberanik

  • Usai Bangun dari Koma   Bisul?

    Enam bulan telah berlalu sejak kepergian Ardan. Sejak saat itu, Ayunda berubah menjadi wanita yang gila kerja. Ia menenggelamkan dirinya dalam rutinitas kantor, seolah ingin melupakan rasa kehilangan yang terus membayangi. Kini, si kembar bahkan sudah pandai berlari, namun Ayunda hanya bisa benar-benar meluangkan waktu untuk mereka di hari Sabtu dan Minggu. Di hari-hari lain, ia sering memilih lembur hingga larut malam.Sementara itu, Keyla dan William telah menempati rumah baru mereka. Meski begitu, William masih kerap membantu Ayunda, terutama karena mereka bekerja di kantor yang sama. Ia paham betul bagaimana sahabatnya itu mencoba berdiri sendiri setelah kehilangan besar yang dialaminya.Suatu sore, saat mereka berkumpul di rumah Keyla, perempuan itu menatap Ayunda dengan cemas."Ayunda, kamu sekarang makin kurus aja," tegur Keyla sambil menyerahkan secangkir teh hangat. Ia baru saja mendengar dari William tentang kebiasaan kerja Ayunda yang makin meng

  • Usai Bangun dari Koma   Blue Cooperation

    Dipta menatap Ayunda lekat-lekat. Ia memang sudah lama mendengar reputasi wanita itu—mantan model papan atas yang memilih meninggalkan dunia gemerlap demi mendampingi suaminya, Ardan, yang lumpuh akibat kecelakaan. Dan kini, Ayunda duduk di hadapannya sebagai CEO Blue Cooperation—posisi yang tidak mudah, apalagi dalam kondisi berduka.Ayunda duduk tenang, anggun dan berwibawa. Tatapannya lurus, penuh kendali, meski sorot kesedihan masih sesekali muncul di balik matanya. Dipta, dengan jas gelap dan sikap dinginnya yang khas, akhirnya membuka percakapan.“Saya sebenarnya benar-benar merasa terhina, ketika Anda mengembalikan karangan bunga itu,” ucap Dipta tanpa basa-basi.Ayunda tak bereaksi seketika. Ia hanya menatap pria itu dengan profesionalisme yang luar biasa. Kemudian, dengan nada datar namun sopan, ia menjawab, “Saya minta maaf, Pak Dipta. Tapi menurut saya, karangan bunga itu tidak lagi relevan. Suami saya meninggal dua minggu lalu. Tidak perlu lagi

  • Usai Bangun dari Koma   Skylar Group

    Kabar meninggalnya Ardan menjadi pemberitaan yang mengguncang publik. Begitu pula dengan keterpurukan Ayunda, yang membuat kekuasaan di perusahaan Blue Cooperation seolah kosong. Para pesaing pun bersemangat mencari celah untuk menjatuhkannya.Kabar itu pun sampai ke telinga Dipta. Namun berbeda dengan perusahaan lain yang berlomba-lomba merebut pangsa pasar atau menarik investor Blue Cooperation, Dipta justru merasa iba. Padahal, selama ini perusahaannya adalah rival terberat Blue Cooperation—selalu bersaing ketat di berbagai ajang bisnis.“Pak Dipta, bukankah ini kesempatan kita?” tanya seorang staf muda dengan nada antusias, matanya berbinar penuh ambisi.Dipta menoleh perlahan. Tatapannya tajam, namun tenang. “Kesempatan?” gumamnya. “Kita bukan predator. Kita pebisnis. Jika hanya bisa menang saat lawan sedang jatuh, maka kita bukan pesaing yang layak.”Staf itu terdiam, sedikit bingung dengan sikap pemimpinnya yang tak biasa.Dipta me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status