Share

Upik Abu jadi Nyonya
Upik Abu jadi Nyonya
Penulis: DeealoF3

Kemarahan Ibu

Penulis: DeealoF3
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-24 16:22:30

Ibu yang baru saja keluar kamar, tiba-tiba menghampiriku yang baru saja selesai mengepel.

"Nih, rasakan! Makanya jangan kegenitan jadi orang. Lain kali, jangan harap bisa keluar rumah lagi!" Setelah menyiramku dengan air bekas cucian kain pel, ia berlalu meninggalkanku begitu saja

Rasa dingin seketika menyelimuti seluruh tubuhku yang basah kuyup. Diikuti dengan munculnya bau tak sedap yang merasuk ke penciuman.

Lambat laun mataku mulai memerah. Entah perih terkena air atau pedih menahan tangis. Keduanya sama-sama membuatku kesal. Namun, rasa kesal karena disiram air kotor jauh lebih ringan daripada kesal karena sosok menakutkan seperti ibu angkatku adalah sosok wanita satu-satunya yang saat ini aku sayangi. Yah, semenjak tiga tahun lalu, saat ia mengadopsiku dari panti asuhan.

Awalnya ibu sangat baik dan menyayangiku seperti kedua anaknya yang lain, Kak Drewnella dan Barbetta, tapi sejak sebulan lalu, suaminya tiba-tiba meninggalkan ibu karena sudah menikah lagi dengan wanita lain. Laki-laki yang baru menikahi ibu dua tahun itu pergi bersama tante pemilik salon yang ada di perempatan jalan utama, dekat rumah kami.

Ibu jadi sering uring-uringan. Kalau ada hal yang menurutnya salah sedikit saja, bisa langsung membuatnya naik pitam.

Tentu saja aku yang sering kena getahnya.

Ibu juga memberhentikan asisten rumah tangga kami dan mengalihkan semua tugasnya padaku. Selain itu, ibu juga melarangku keluar rumah jika bukan ia yang menyuruh.

Sedangkan kedua kakak angkatku seringkali tidak ada di rumah saat ibu sedang marah. Walaupun saat ada mereka juga lebih sering diam melihat perlakuan ibu padaku. Seperti saat ini, mereka hanya melihat dari jauh. Tak heran, sejak pertama kali aku ke rumah ini, mereka memang sudah tak menyukaiku. Terutama Kak Drewnella yang sering sekali menghinaku dengan memanggilku upik abu.

"Cindee! Cepat kamu bereskan itu! Ganti baju, terus ke pasar!" Ibu sudah memerintahku lagi.

" I-iya, Bu," jawabku dengan suara bergetar karena menahan dingin.

Selesai bertukar pakaian, aku langsung berangkat ke pasar. Ibu memberiku uang dua ratus ribu dan kertas bertuliskan daftar belanjaan tanpa memberiku ongkos.

"Kalau aku gunakan uang ini, pasti uangnya tidak cukup untuk semua titipan Ibu dan kalau ada yang tidak terbeli, pasti aku bakal kena marah lagi."

Akhirnya kuputuskan untuk berjalan kaki menuju pasar yang jaraknya sekitar dua kilometer dari rumah. "Semangat Cinde! Pelan-pelan pasti nyampe."

Beberapa saat kemudian, terdengar suara klakson motor dari arah belakang. Sebuah motor matic hitam menghampiriku yang sedang berjalan.

"Hai, Putri Cinde. Mau ke mana?" sapa Mas Pange, tetanggaku.

Awal mula berkenalan dengannya, aku tertawa geli saat ia menyebut dirinya Pangeran, tapi ternyata itu memang nama aslinya. "Putrinya mana, Mas? Pangeran, kok, sendirian aja? Mana pengawalnya?" Godaku waktu itu. Sejak itu ia jadi suka memanggilku dengan Putri Cinde.

"Mau ke pasar, Mas."

"Jalan kaki?" Ia melihatku dengan tatapan heran.

"Iya, sekalian olahraga. Maklum seminggu kemaren nggak ada waktu," jawabku asal sambil memperlihatkan deretan gigi.

"Bilang aja nggak dikasih ongkos. Yuk, aku anter."

"Eh, nggak usah, Mas, ngerepotin aja, lagian udah deket, kok.

"Udah deket dari Hongkong. Deket rumah kamu iya!"

Memang, iya, si, orang aku juga baru

jalan kaki lima menit.

"Tapi, Mas, nanti kalau ada yang liat terus laporin ke ibu gimana?"

Bisa-bisa kayak tadi, aku dimandikan Ibu pake air kotor. Hanya karena semalam, setelah pulang dari warung, nggak sengaja bertemu Mas Pange dan kami jalan bersama ke rumah.

"Udah buruan nggak usah bawel. Cepetan naek! sebelum si mat, aku ajak kabur, ni."

"Ya, udah, deh."

Akhirnya aku menerima tawaran Pangeran bermotor matic hitam itu daripada harus berjalan kaki sampai ke pasar. Semoga nggak ada yang liat dan lapor ke ibu.

***

"Upik Abuu! Kok, belum ada makanan? Laper ni gue!" seru Ka Drewnella. Ia baru saja pulang dari kantornya. Kebiasaannya setelah pulang kantor pasti langsung membuka tudung saji.

"Tunggu, Kak, sebentar lagi siap."

Tak lama kemudian aku membawa piring yang sudah berisi lauk ikan gurame goreng dan tempe bacem kesukaan ibu. Lengkap juga dengan sayur oseng-oseng kacang panjang yang langsung kusajikan di atas meja makan.

Kak Drew hanya duduk di kursi sambil memainkan ponselnya.

"Sekalian ambilin gue piring sama nasinya juga. Jangan lupa air minumnya. Air putih pake es batu!" perintahnya padaku.

"Drew, kamu sudah pulang?"

Ibu tiba-tiba keluar kamar dan ikut duduk di kursi makan. Tangannya mencomot sepotong tempe bacem yang memang menjadi favoritnya.

"Hmm," jawab Kak Drew sambil mengunyah. Matanya masih terus ke arah ponsel yang diletakkan di meja.

"Sudah, makan saja dulu. Lagi meratiin apa, si? Serius banget."

"Ini, lho, Bu, Prabu Andromeda, pemilik hotel tempat Drew kerja. Ganteng banget orangnya, tapi sayang, sikapnya sedingin es. Pernah waktu itu Drew coba senyum ke dia. Bukannya dibalas senyum, eh, malah kena semprot."

Tawaku tertahan mendengar cerita Kak Drew. Jadi penasaran, seperti apa sih Prabu Andromeda itu? Seorang yang juteknya level tinggi macam Kak Drew saja dibuat kesal olehnya. Kalau kakeknya, sang Sultan yang sebenarnya, sudah sering aku lihat di televisi.

"Mana sini, Ibu lihat!"

Kak Drew menggeser ponselnya ke depan Ibu.

"Wah, ini mah bukan cuma ganteng, Drew, tapi ganteng banget. Pemuda kayak gini, ni, baru menantu idaman Ibu. Udah ganteng, kaya lagi. Nggak kayak si Pange, itu. Coba, mana ada Pangeran yang kerjaannya cuma jadi guru. Guru apa itu katanya? Guru privat?"

"Ih, Ibu, ni. Pange juga nggak kalah ganteng, kok. Nggak boleh menghina pekerjaannya, Bu. Siapa tau dia itu cuma nyamar. Zaman sekarang banyak, kok, orang yang sebenernya kaya, tapi pura-pura miskin."

"Drew, Drew, kamu itu kebanyakan baca cerbung KBM tau nggak! Kalo miskin, ya udah, miskin aja."

Ibu tiba-tiba langsung menoleh ke arahku yang sedari tadi berdiri di sudut dapur.

"Cinde, kamu ngapain bengong di sana? Masakan udah beres? Dapur udah dirapiin?"

"Sudah, Bu." Yes, akhirnya aku bisa makan juga. Kebetulan perutku sudah mulai berbunyi.

"Sekarang kamu beresin kamar ibu. Ganti seprai dan kordennya!"

Yah, kirain.

"Ba-baik, Bu." Dengan langkah malas aku menuju kamar Ibu. Rasa lapar yang sudah sangat menyiksa terpaksa harus kutahan lebih lama lagi.

"Bu, si Cinde masih suka deket-deket nggak sama Pange?" Suara Kak Drew terdengar olehku yang berada di kamar Ibu.

"Mana ibu tau. Kamu tanya sendiri aja sama si Cinde."

"Kalau nanya dia, mana mau ngaku, Bu."

Oh, ternyata Kak Drew menyukai Mas Pange. Pantas ia marah sekali waktu tau aku suka ketemu dengan Mas Pange.

***

"Cindee!"

Baru saja aku akan menyuapkan nasi ke mulut ibu sudah memanggil lagi.

"Iya, Bu, ada apa?"

"Kamu liat uang ibu nggak? Yang di dalam amplop cokelat? Kemarin ibu taro di bawah tumpukan baju-baju di dalam lemari, kok, sekarang nggak ada?"

"Nggak, Bu, Cinde nggak liat. Cinde mana berani buka-buka lemari ibu."

"Terus ke mana uangnya? Masa ilang gitu aja?"

Aku menggeleng pelan.

"Coba aja liat di lemarinya, Bu. Tadi, kan, dia yang beresin kamar Ibu." Kak Drew yang sedang menonton televisi ikut menanggapi.

Ibu langsung menuju kamarku, membuka lemariku dan mengacak susunan baju yang sebelumnya masih tersusun rapi.

"Ini apa, hah?"

Bersambung.

Bab terkait

  • Upik Abu jadi Nyonya   Diusir

    Ibu langsung menuju kamarku, membuka lemariku dan mengacak susunan baju yang sebelumnya masih tersusun rapi."Ini apa, hah?"Mataku membulat sempurna melihat ibu yang sudah memegang amplop cokelat di tangannya.Ibu langsung membuka amplop dan menghitung isinya, sepertinya jumlahnya masih sesuai.Aku kira marahnya sudah reda, tapi ... "Dasar anak nggak tahu diuntung! Sudah dipungut baik-baik, malah jadi pencuri! Begini ini memang, kalau anak nggak jelas keturunannya!"Ibu memukul betisku berkali-kali dengan sapu lidi yang ada di kamarku."Cinde berani bersumpah, bukan Cinde pelakunya, Bu! Baru sekarang ini Cinde melihat amplop itu!" bantahku sambil menahan nyeri. Perlahan air mata sudah turun membasahi pipi karena sakit yang kurasakan."Halah, diam kamu! Kamu pikir itu uang bisa jalan sendiri ke kamar kamu, hah!"Ibu memukulku lagi. Jika Ibu lagi marah seperti ini, lebih baik aku diam, sampai nanti marahnya reda, nggak ada gunanya aku membantah."Sekarang kamu kemasi semua bajumu, per

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Upik Abu jadi Nyonya   Nona Muda

    "Tuan, Nona muda sudah berhasil kami temukan," ucap seorang pria tegap yang menghampiriku di halte pada seseorang di ujung telepon. Siapa pria ini? Siapa yang dia maksud dengan nona muda tadi? "Selamat malam, Nona Cinde." Pria itu menundukkan sedikit badannya. Kok, dia tau namaku? "Perkenalkan, saya Asykar. Saya datang untuk menjemput Anda.""Jemput? Jemput ke mana, Om? Saya kan nggak kenal Om."Jangan-jangan, dia penculik."Saya sudah lama mencari-cari nona. Silakan, Nona. Kakek Anda sudah menunggu," sahut pria itu lagi sambil membukakanku pintu belakang mobil. "Saya nggak punya Kakek, Om," ucapku sambil bersiap-siap untuk segera kabur dari sini. "Cinde, akhirnya gue nemuin lo di sini. Gue udah denger dari Barbetta, kalo lo diusir. Yuk, ikut. Gue bantuin cari kos-kosan di sekitar sini."Mas Pange tiba-tiba muncul di depanku. Apa, aku ikut sama Mas Pange aja, ya? Nggak, ah, yang ada nanti aku makin dianiaya sama Kak Drew. Aku diusir dari rumah kan, juga gara-gara dia. "Ayo Om,

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Upik Abu jadi Nyonya   Kisah Masa Lalu

    Delapan belas tahun lalu.Putra satu-satunya keluarga Andromeda, Arjuna Andromeda yang sudah seminggu menghilang, tiba-tiba pulang kembali ke rumah. Ia membawa seorang yang sudah dinikahinya.Ibundanya, Ibu Suri, hanya bisa terdiam saat Juna memperkenalkan gadis sederhana itu sebagai istrinya. Bahkan ia tidak sempat melepas rasa rindunya akan kehadiran putra kesayangannya itu. "Kamu ... tinggalkan wanita itu atau ibu akan mencoret namamu sebagai ahli waris hotel kita!" ancam Ibu Suri. "Tapi Juna sangat mencintai Ratu, Bu. Kami juga sudah resmi menikah. Ibu tidak bisa menyuruh Juna meninggalkannya begitu saja," jawab Juna sambil menggenggam erat tangan Ratu. Ratu hanya bisa menunduk melihat kemarahan Ibu mertuanya itu. "Sekarang terserah kamu. Ibu sudah kasih kamu pilihan. Kamu tinggalkan wanita itu atau pergi dari rumah ini dan lupakan kalau kamu adalah seorang Andromeda."Ibu Suri langsung membalik badannya. Ia lalu meninggalkan Arjuna bersama istrinya di luar rumah. Sejak keda

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Upik Abu jadi Nyonya   Anak yang Disembunyikan

    "Benarkah itu Juna? Makasi ya, Nak." Ibu Suri terbangun, lalu langsung memeluk erat putranya."Ibu akan segera mempersiapkan pernikahan kalian. Kau hanya harus tetap bekerja seperti biasa, memimpin hotel kita.""Tapi Bu, Juna akan kembali ke Malang untuk menemui Ratu dulu. Biar bagaimanapun, dia istri Juna. Dia tetap harus tau tentang hal ini."Ibu Suri yang merasa takut kalau kepergian anaknya ke Malang akan membuat Juna tidak kembali lagi ke sisinya langsung histeris."Tidaaak! Ibu tidak mengizinkanmu pergi ke Malang lagi. Kamu tidak boleh ke mana-mana!""Bu, Juna hanya ingin memberitahu Ratu, tidak lebih. Ibu nggak usah khawatir berlebihan, ya. Nggak bagus buat kesehatan Ibu." Juna berusaha menenangkan Ibu Suri. Ia memeluk erat ibundanya dengan penuh kasih sayang."Kalau begitu, biar Ibu sendiri yang akan menjemput Ratu. Ibu akan mengajak Ratu tinggal di sini."Mata Arjuna berbinar. "Sungguh, Bu?"Ibu Suri mengangguk pelan."Tentu saja."Keesokan harinya, Ibu Suri ditemani beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Upik Abu jadi Nyonya   Kehidupan Baru

    "Jadi, nanti kamu akan tinggal di sini bersama kakek, Cinde," ucap Sultan Andromeda.Aku masih menggeleng-gelengkan kepala atas semua yang baru saja terjadi. Sulit sekali rasanya untuk mempercayai ini semua. Siapa yang menyangka, bahwa kehidupanku yang beberapa menit lalu masih tidak jelas akan tinggal di mana, beberapa saat selanjutnya malah akan tinggal di rumah mewah bak istana ini."Tapi saya masih belum percaya, Tuan. Eh, maksud saya, kakek. Bagaimana bisa kakek yakin kalau saya adalah cucu kakek?"Sultan tersenyum. "Besok pagi akan kakek ceritakan semuanya. Sekarang sudah larut malam. Kamu pasti lelah. Istirahatlah," sahutnya bijak."Asykar, tolong panggil pelayan untuk mengantar Cinde ke kamarnya.""Baik, Tuan."Om Asykar menghubungi salah satu pelayan melalui intercom yang terpasang di dinding belakang, tempat ia berdiri.Tak lama kemudian muncul seorang wanita bereseragam hitam-putih yang sebelumnya sudah aku lihat di pintu masuk tadi."Bi Jariyah, tolong kamu antar nona mu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Upik Abu jadi Nyonya   Cerita Kakek

    Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak ya, Kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. Kuusap pelan gambar seorang pria bersama dengan seorang wanita, di dalam album foto berwarna keemasan ini. Seorang pria tampan dengan senyum hangat yang menenangkan siapapun yang melihatnya. Garis wajahnya tegas, tulang rahangnya besar dan ada sebuah lesung pipit di kedua pipinya saat ia tersenyum. Rambutnya hitam bergelombang. Iris mata coklatnya mengingatkanku pada seseorang yang juga mempunyai warna lensa mata yang sama. Diriku. Jika bercermin, aku akan memiliki garis wajah yang serupa dengan pria di foto ini."Jadi pria ini adalah ayahku?" tanyaku masih sambil memandangi gambar tak bergerak itu."Iya, Cinde. Dia Arjuna, anak Kakek satu-satunya yang juga ayahmu.""Lalu, wanita di sebelahnya ini ... apa dia ibuku?"Kakek Sultan menggeleng pelan. "Dia Selena. Istri kedua ayahmu," jawabnya pelan seraya mengalihkan pandangan ke arah luar jendela yang terletak persis di sebelah kanannya. "Ibumu ber

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Upik Abu jadi Nyonya   Senyuman sang Prabu

    Selamat membaca. Mohon bantuannya untuk love dan komennya ya Kak. Makasi udah mampir. Semoga suka."Cindelaras Putri Arjuna. Ibumu tidak mengizinkan nama Andromeda ada di belakang namamu," sambung Kakek lagi. "Tapi berkat bujukan dari Asykar, Ibu pemilik panti tempat kau tinggal tetap bersedia untuk terus mengabarkan mengenai tumbuh kembangmu. Ia rutin mengirimi kami fotomu setiap kau berulang tahun."Kuhirup napas dalam dan mencoba meredam rasa sedih yang saat ini sedang kurasakan."Apa ayahku masih hidup?"Dengan kursi rodanya kakek Sultan berjalan menghampiriku, lalu mengenggam erat tanganku."Cinde, kau adalah satu-satunya cucu kakek.  Arjuna sudah ... " Ia menjeda kalimatnya, terlihat matanya mulai mengembun. "Empat tahun lalu, saat hendak kembali ke tanah air, ayahmu beserta istri dan anaknya, yang juga adikmu, mengalami kecelakaan. Pesawatnya jatuh dan meledak," ujarnya nyaris tanpa suara."Kemudian satu tahun setelahnya,

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Upik Abu jadi Nyonya   Bekerja di Hotel

    "Cinde, nanti sebelum memimpin hotel, kamu akan kakek sekolahkan ke New York untuk mempelajari bisnis. Setelah itu ke Jepang untuk mengetahui tentang hotel kita di sana," ucap Kakek setelah kami selesai makan siang.Saat itu kami tengah berada di teras belakang, tepat di depan ruang makan. Tempat yang langsung mengarah ke sebuah taman yang juga berukuran luas. Di sisi kirinya terdapat sebuah kolam renang berhiaskan bebatuan alam di sekelilingnya. Selain itu juga terdapat banyak bunga bougenville dan soka di beberapa tempat.Kakek duduk di atas kursi rodanya dengan menghadap ke arah taman belakang. Sedangkan Prabu berada di belakangnya. Ia mendorong kursi roda kakek  karena Om Asykar diminta kakek untuk mengurus sesuatu di hotel."Apa Cinde sanggup, Kek?" jawabku sambil menunduk."Kamu adalah gadis yang cerdas, Cinde. Kakek yakin kamu sanggup. Lagi pula seperti yang tadi kakek ucapkan, Kakek sendiri yang akan membimbingmu. Tentu saja dengan bantuan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07

Bab terbaru

  • Upik Abu jadi Nyonya   Bantuan Gita

    "Saya nggak pa-pa, Ustaz. Kalau diizinkan, saya mau izin dari pelajaran."Ustaz Novan sedikit terkejut dengan sikap ketus Ananta. Ia kemudian terdiam beberapa detik. "Silakan. Salma kamu tolong antar Ananta ke kamar, ya.""Baik, Pak Ustaz."Ustaz Novan hanya memandang punggung Ananda yang semakin mengecil. Kelas pun seketika hening.Sepeninggal Ananta, Ustaz Novan meneruskan kembali pelajaran. Tapi tetap saja ia tidak bisa kembali berkonsentrasi dengan apa yang ia sampaikan. Sikap Ananta tadi terus membayangi kepalanya. Ia sangat yakin pasti Bu Nyai sudah menyampaikan maksud baiknya pada Ananta. Dan ia juga yakin bahwa perempuan itu menolak untuk berta'aruf dengannya. "Pasti ia tidak mau," gumam Ustaz Novan. Sama seperti Ustaz Novan, setelah keluar dari kelas Ananta pun dilanda kegelisahan. Ia mendadak diam seribu bahasa. Salma pun jadi bingung dibuatnya. Sahabat Ananta itu ingin sekali menasehati Ananta bahwa sikapnya tidak baik. Tapi ia yakin Ananta pasti tahu apa yang ia lakukan *

  • Upik Abu jadi Nyonya   Kisah Prabu

    Jutaan detik berlalu hingga mampu mengikis nama Cinde di hati seorang Prabu Andromeda. Keputusannya menetap di Jepang adalah keputusan tepat karena di sana ia bisa menyibukkan diri dengan banyak aktivitas. Namun, meski usianya sudah hampir kepala tiga, ia masih belum bisa menemukan wanita yang mampu membuat hatinya gemetar. Seperti dulu, saat ia bersama Cinde. "Pagi, Pak Prabu," sapa Yuki, sekretaris pribadinya. Meski tahun ini ia sudah merayakan hari jadinya yang ke 45, tapi Yuki sangat cekatan. Ia adalah salah satu orang kepercayaan Prabu. "Pagi, Yuki san. Ada menu apa hari ini?"Tidak hanya piawai dalam pekerjaan, Yuki pun dikenal sangat pandai memasak. Dia bisa membuat banyak menu enak hanya dalam waktu singkat. Setiap hari ia selalu membuat eksperimen yang akan ia berikan pada Prabu. "Ini, cobalah. Aku baru selesai membuat muffin isi ayam." Yuki menyajikan dua buah kue berwarna keeemasan yang dialasi alumunium foil. Sontak, wangi tumisan ayam yang berpadu dengan bumbu dan iri

  • Upik Abu jadi Nyonya   Sikap Ananta

    "Apa? Ustad Novan? Ustadz Novan mau taaruf sama saya, Bu Nyai? Nggak, nggak mungkin. Bu Nyai pasti salah." Wanita berparas ayu itu lalu menggeleng keras. "Tidak, Ananta. Ustadz Novan sendiri yang minta bantuan ibu untuk menyampaikan niat baiknya ke kamu.""Tapi, Bu Nyai, kenapa Ustadz Novan mau taaruf sama saya? Masih banyak gadis lain yang bisa diajak taaruf, kan?" Ananta masih tidak habis pikir. "Ya, ibu juga nggak tau. Itu sudah keputusan Ustaz Novan. Ibu hanya menyampaikan. Gimana, Nanta? Apa kamu bersedia?""Maaf kalau mengecewakan Bu Nyai, tapi saya enggak bisa, Bu Nyai! Saya nggak mau. Tolong katakan sama Ustadz Novan, saya menolak tawaran taaruf itu.""Kamu nggak mau coba dulu? Hanya taaruf aja, kok. Kalau misalnya kamu tidak cocok karena suatu hal, kamu tidak harus lanjut ke proses selanjutnya, kan.""Maafkan saya, Bu Nyai. Keputusan saya sudah bulat."Lagipula kalau aku menyetujui ta'aruf ini, aku takut ke depannya hatiku akan semakin terluka, batin Ananta. "Kamu yakin?"

  • Upik Abu jadi Nyonya   Tawaran Taaruf

    "Apa Ibu tidak salah dengar, Van? Kamu mau menikah dengan gadis cacat? Apa tidak ada gadis lain? Kamu itu masih muda, masih perlu dilayani oleh istrimu nanti. Aktivitas padat. Kalau tidak ada istri yang melayanimu kamu akan kesulitan."Novan terdiam mendengar untaian kata keluar satu persatu dari mulut ibunya. Ia sudah mengira jika ibunya pasti tidak akan mudah menerima keputusannya. Namun, Novan tidak akan menyerah. Ia akan berusaha membujuk Ibunya dan keluarga besarnya agar bisa menerima Ananta. "Iya. Mbak setuju sama apa yang ibu bilang. Sebaiknya kamu simpan saja rasa cinta kamu sama gadis itu. Cari wanita lain yang bisa membuatmu menjadi lelaki sempurna dan bisa melayanimu seperti istri pada umumnya." Setali tiga uang dengan sang ibu, begitu juga dengan Lastri, kakak sulung Novan yang dengan terang-terangan menolak maksud Novan untuk melamar Ananta. Novan meremas ke sepuluh jemarinya yang ia letakkan di atas lutut. Ia lalu menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan l

  • Upik Abu jadi Nyonya   Perasaan Ustaz Novan

    Di dalam kamarnya Novan merebahkan tubuh sambil melihat ke langit-langit. Memandang wajah Ananta membuatnya teringat akan seseorang yang sudah lama berada dalam hatinya: gadis yang dulu pernah ia sukai semasa kuliah di Turki. Namun, karena perbedaan status, Novan hanya menyimpan perasaannya dalam-dalam.Novan tahu tidak seharusnya menatap wajah Ananta. Karena sebagai guru harus menundukkan pandangan. Ia hanya sesekali menatap wajah itu. Makanya kemarin saat Pak Kiyai memanggilnya, dadanya berdegup kencang. Ia takut perasaannya pada Ananta akan diketahui oleh Pak Kyai.Novan Berencana untuk melamar Ananta tetapi tidak secepat itu, karena mereka juga baru bertemu beberapa kali. Ia ingin menyelidiki keluarga Ananta dulu dan melamarnya langsung pada sang Ibu. Setelah ibunya Ananta merestui baru ia akan mengatakan semuanya pada Pak Kyai. Novan pun berencana untuk menyampaikan maksudnya itu pada sahabat baiknya Ustadz Fadil. Yang juga merupakan pengajar di pesantren itu. "Aku tahu sebenarn

  • Upik Abu jadi Nyonya   Iri

    "Nggak papa, kok, Sal. Aku mau jawab. Apa yang kamu denger emang bener. Aku udah pernah nikah."Ucapan Ananta membuat bola mata Salma membulat. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan mendekati Ananta. "Terus gimana ceritanya kamu bisa masuk ke pesantren ini? Suami kamu tahu? Dia ngijinin? Seingatku, kamu datang ke sini cuma sama ibu, teman dan adikmu."Raut wajah Ananta langsung berubah sedih. "Suamiku nggak ikut, Sal, karena dia udah meninggal. selain kehilangan kaki, di kecelakaan itu aku juga kehilangan suami. Dan enggak cuma itu, aku juga kehilangan calon anak," ucap Ananta sambil tersenyum."Ya Allah, Ta." Salma pun langsung memeluk erat Ananta. Beberapa menit ke depan kedua sahabat itu saling mengeluarkan tangis. "Ujian kamu berat banget, sih. Sabar, ya," ucap Salma sambil mengusap pelan punggung Ananta. "Allah memberikan ujian itu karena cuman kamu yang bisa. Orang lain nggak mungkin sanggup. Kalau aku yang diuji kayak gitu, mungkin aku bisa gila kali, Ta.""Iya, Sal. Aku udah

  • Upik Abu jadi Nyonya   Sahabat Baru

    Ananta membuka album foto di mana terdapat gambarnya dengan Tezza. Lagi-lagi air matanya menetes deras. Meski ia belum terlalu ingat, tapi melihat wajah pria itu saja bisa membuat lukanya kembali terbuka. Tak lama kemudian, pintu kamarnya diketuk seseorang. Dan setelahnya muncul seorang gadis berjilbab panjang berwajah manis dengan tahi lalat di sudut bibir kanan."Assalamualaikum, Ta. Yuk, sebentar lagi kelas dimulai," ujar gadis bernama Salma. Ia mendekati Ananta lalu mendorong kursi roda sahabatnya itu. "Hari ini kita akan belajar mengenai ilmu fiqih," ujar Salma lagi. "Kamu pasti bakal suka. Karena pengajarnya itu adalah salah satu ustaz terbaik di pesantren ini. Oh ya, rata-rata sih yang diajar sama beliau bilang, kalau mereka suka sama pelajarannya." Salma menjelaskan tanpa diminta. "Ya maklum sih, mereka rata-rata menyukai pengajarnya, bukan apa yang beliau ajarkan."Mata Ananta membulat. Ia lalu mengangkat kepalanya ke arah Salma. "Memang ada apa dengan ustaz itu?""Dia mas

  • Upik Abu jadi Nyonya   Surat Alfa

    Pesantren Tahfizhullah, Bogor. Dear Dyari,Sesuai dengan keinginanku sendiri, hari ini aku sudah mulai tinggal di pesantren. Alhamdulillah suasana di sini sangat nyaman dan menyenangkan. Semua pengurus pesantren, dan keluarga Pak Kyai sangat welcome dan selalu siap menawarkan bantuan padaku kapan pun aku butuh.Dy, beberapa hari lalu, Ibu, Abqo dan Fenita sendiri yang mengantarku ke sini. Meski berat, tapi aku tetap harus memilih jalan ini, Dy. Aku nggak mau terus menjadi beban untuk mereka. Aku sadar seperti apa kondisiku. Jika tinggal bersama ibu, ibu yang mulai tua, akan kerepotan mengurusku, sedangkan Abqo dan Fenita, meski mereka bilang kalau akan selalu membantu, tapi saat mereka nanti sudah disibukkan dengan aktivitas harian, dan saat mereka punya anak, aku pasti akan membuat mereka susah. Aku tidak mau itu, Dy. Aku tidak sampai hati lagi menyusahkan mereka, orang-orang yang sangat aku sayang. Jadi, Dy, mulai hari ini selain kepada Robb-ku, hanya padamulah aku akan berkeluh-k

  • Upik Abu jadi Nyonya   Memulai dari Awal

    Kupandangi bangunan kokoh yang kini berdiri angkuh di hadapan. Rumah yang cukup besar. Halamannya juga luas. Ada energi kuat yang seakan menarikku untuk segera masuk ke dalam. Bola mataku langsung berputar ke segala arah dengan perasaan yang gamam. Aku memang merasa kalau dulu pernah tinggal di sini, tetapi untuk mengingat semua aktivitas apa saja yang kulakukan saat berada di dalamnya aku masih belum bisa. Fenita terus mendorong kursi rodaku menuju ke dalam. Di ruang tamu aku langsung disambut dengan aneka fotoku bersama dengan seseorang yang kuyakin dialah Mas Tezza. Lalu Alfa? Seperti apa wajahnya? Di buku harian pun aku tidak menyimpan gambarnya. "Nah, ini dulu kamar kamu sama Om Tezza," ucap Fenita. "Kamu mau tidur di ranjangnya, Ta? Biar aku bantu."Aku menggeleng pelan. "Nggak usah, Fen. Aku duduk di sini aja."Kepala ini kembali berputar ke segala arah. Di dalam kamar ini juga banyak sekali foto-fotoku bersama Mas Tezza. Ah, iya, itu aku atau Lisfi? Yang tertulis di buku

DMCA.com Protection Status