Beranda / CEO / Upik Abu jadi Nyonya / Anak yang Disembunyikan

Share

Anak yang Disembunyikan

Penulis: DeealoF3
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-24 16:25:07

"Benarkah itu Juna? Makasi ya, Nak." Ibu Suri terbangun, lalu langsung memeluk erat putranya.

"Ibu akan segera mempersiapkan pernikahan kalian. Kau hanya harus tetap bekerja seperti biasa, memimpin hotel kita."

"Tapi Bu, Juna akan kembali ke Malang untuk menemui Ratu dulu. Biar bagaimanapun, dia istri Juna. Dia tetap harus tau tentang hal ini."

Ibu Suri yang merasa takut kalau kepergian anaknya ke Malang akan membuat Juna tidak kembali lagi ke sisinya langsung histeris.

"Tidaaak! Ibu tidak mengizinkanmu pergi ke Malang lagi. Kamu tidak boleh ke mana-mana!"

"Bu, Juna hanya ingin memberitahu Ratu, tidak lebih. Ibu nggak usah khawatir berlebihan, ya. Nggak bagus buat kesehatan Ibu." Juna berusaha menenangkan Ibu Suri. Ia memeluk erat ibundanya dengan penuh kasih sayang.

"Kalau begitu, biar Ibu sendiri yang akan menjemput Ratu. Ibu akan mengajak Ratu tinggal di sini."

Mata Arjuna berbinar. "Sungguh, Bu?"

Ibu Suri mengangguk pelan.

"Tentu saja."

Keesokan harinya, Ibu Suri ditemani beberapa orang pengawalnya berangkat menuju Malang. Setibanya di kediaman Ratu, ia langsung memerintahkan salah satu pengawalnya untuk turun dan menyuruh Ratu menemuinya. Terlihat jelas kalau ia enggan untuk turun ke tempat yang menurutnya sangat tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal.

"Kamu suruh gadis itu menemui saya. Saya tunggu di sini," titahnya pada sang supir.

Tidak lama kemudian Ratu muncul. Awalnya dia mengira kalau Arjuna yang menjemput. Ia begitu bahagia sampai lupa untuk mengganti pakaiannya dengan yang lebih layak. Ratu hanya mengenakan baju daster yang warnanya sudah pudar karena ia baru saja selesai mencuci pakaian. Hal itu semakin membuat Ibu Suri memandang rendah padanya.

Dari dalam mobilnya, Ibu Suri menurunkan kaca jendela. Ia tidak jadi menyuruh Ratu untuk naik.

Ratu yang berdiri persis di samping mobil Ibu Suri terkesiap. "I-ibu," ucapnya terbata. Refleks ia langsung membungkukkan badannya.

"Sekarang juga kamu bersiap. Ikut saya ke Jakarta. Arjuna sudah menunggu."

Mendengar nama Arjuna, seketika membuat perasaan Ratu yang selama ini dilanda rasa rindu menjadi sangat bahagia. Dadanya berdegup kencang dan pipinya mulai berwarna merah. Wajar saja, karena sudah hampir dua minggu, ia sama sekali belum bertemu suaminya.

"Ba-baik, Bu. Sebentar saya siap-siap dulu."

Ibu Suri menyuruh Ratu duduk di kursi depan. Ia tidak ingin duduk bersebelahan dengannya. Selama perjalanan, tidak ada komunikasi yang tercipta. Suara di antara mereka hanya berasal dari lagu yang diputar siaran radio.

"I-ibu apa kabar? Kata Mas Juna, kemarin Ibu sakit. Apa sudah sehat?" tanya Ratu sehati-hati mungkin. Sambil sedikit menengok ke belakang, ia berusaha untuk memecahkan kebisuan di antara mereka.

"Hmm," jawab Ibu Suri tanpa melihat ke arah Ratu. Ia malah menghardik Hendro, supirnya.

"Hendro, apa tidak bisa lebih cepat lagi! Saya sudah sangat gerah di dalam!"

"Baik, Bu. Saya akan coba cari jalan lain yang tidak macet. Apa Nyonya Muda tau jalan yang lebih cepat menuju bandara?" tanya Pak Hendro.

"Hei! Siapa yang kau panggil nyonya muda!" hardik Ibu Suri lagi. "Sebut dia sesuai nama aslinya!"

Ratu sedikit kaget melihat reaksi Bu Suri. Ia tidak lagi berani mengeluarkan suara sedikit pun.

Setelah menempuh perjalanan udara selama satu setengah jam, mereka tiba di rumah keluarga Andromeda. Ibu Suri langsung turun dari mobil dan pergi begitu saja dari hadapan Ratu.

"Silakan, Nyonya Muda," ucap Pak Hendro seraya membukakan pintu untuk Ratu.

"Terima kasih, Pak. Apa Bapak tau dimana saya bisa menemui suami saya?"

"Maaf, saya tidak tau, Nyonya."

"Baiklah, terima kasih, Pak."

Walaupun Ratu berasal dari keluarga sederhana, tapi ia tau bagaimana harus bersikap sopan terhadap orang yang lebih tua.

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya menghampiri Ratu.

"Maaf Bu Ratu, perkenalkan, saya Bi Aidah, kepala asisten rumah tangga di sini. Saya diperintahkan nyonya besar untuk mengantar Ibu ke kamar dan menjelaskan semua tugas ibu selama bekerja sebagai ART di sini."

Ratu terperenyak. "Maksud Bi Aidah? Saya harus bekerja di rumah ini sebagai asisten rumah tangga?"

Bi Aidah hanya membalas dengan anggukan sambil memandang ratu dengan pandangan iba.

Malam harinya, Arjuna yang baru saja tiba di rumahnya, langsung menuju kamarnya untuk menemui Ratu. Namun, di kamarnya tidak ada siapa-siapa.

"Ibu, bagaimana perjalanannya tadi?" Juna menemui Ibu Suri yang sedang beristirahat.

"Alhamdulillah lancar," jawab Ibu Suri lalu tersenyum.

"Apa ibu tahu di mana Ratu? Kenapa dia tidak ada di kamarku?"

"Dia tidur di kamar belakang."

"Kamar belakang? Maksud ibu kamar pembantu? Tapi kenapa, Bu?"

Juna bangkit dari atas ranjang ibunya. "Juna akan ajak dia ke kamar Juna."

"Arjuna, kamarmu hanya boleh ditempati oleh Selena. Wanita miskin itu sengaja ibu ajak ke sini agar dia sadar. Kalau di rumah ini posisi yang tepat untuknya hanyalah sebagai asisten rumah tangga.

"Ibu!" bentak Arjuna.

Ibu Suri terkejut, lalu ia memegangi dada kirinya sambil meringis kesakitan. Tak lama kemudian ia tak sadarkan diri.

"Ibu! Ibu!" pekik Arjuna. "Pelayan! Cepat hubungi dokter!" Arjuna panik. Ia menyesal tadi sempat membentak ibunya dengan suara keras. "Ibuuu, maafkan Juna, Bu," isaknya.

***

"Maafkan Mas, Ratu. Ini semua mas lakukan demi kesehatan Ibu. Mas terpaksa menuruti keinginannya untuk menikah dengan Selena," ucap Arjuna sambil memeluk erat Ratu saat ia menemui istrinya itu malam ini. Ibu Suri memerintahkan Arjuna untuk segera memberitahu Ratu mengenai pernikahannya yang akan dilangsungkan minggu depan di Australia—tempat Selena tinggal saat ini.

Pecah tangisan Ratu mendengar pernyataan dari Arjuna. Bayangannya kalau ia akan segera bersatu dengan sang suami di rumah ini pupus sudah. Ia juga harus bekerja di rumah ini, karena tanpa sepengetahuan Juna, Ibu Suri sudah membeli seluruh tanah di sekitar tempat tinggal Ratu di Malang. Termasuk tanah tempat bapak Ratu bekerja. Ibu Suri mengancam akan memberhentikan bapaknya dari pekerjaannya sebagai mandor tani.

Ratu hanya bisa tersedu. Kabar baik tentang kehamilannya urung ia ungkapkan pada sang suami. Dalam hatinya ia bertekad akan menyembunyikan kehamilannya dari siapa pun di rumah ini. Ia tidak mau anaknya nanti akan mendapat perlakuan yang sama dari keluarga ayahnya.

Bersambung.

Bab terkait

  • Upik Abu jadi Nyonya   Kehidupan Baru

    "Jadi, nanti kamu akan tinggal di sini bersama kakek, Cinde," ucap Sultan Andromeda.Aku masih menggeleng-gelengkan kepala atas semua yang baru saja terjadi. Sulit sekali rasanya untuk mempercayai ini semua. Siapa yang menyangka, bahwa kehidupanku yang beberapa menit lalu masih tidak jelas akan tinggal di mana, beberapa saat selanjutnya malah akan tinggal di rumah mewah bak istana ini."Tapi saya masih belum percaya, Tuan. Eh, maksud saya, kakek. Bagaimana bisa kakek yakin kalau saya adalah cucu kakek?"Sultan tersenyum. "Besok pagi akan kakek ceritakan semuanya. Sekarang sudah larut malam. Kamu pasti lelah. Istirahatlah," sahutnya bijak."Asykar, tolong panggil pelayan untuk mengantar Cinde ke kamarnya.""Baik, Tuan."Om Asykar menghubungi salah satu pelayan melalui intercom yang terpasang di dinding belakang, tempat ia berdiri.Tak lama kemudian muncul seorang wanita bereseragam hitam-putih yang sebelumnya sudah aku lihat di pintu masuk tadi."Bi Jariyah, tolong kamu antar nona mu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Upik Abu jadi Nyonya   Cerita Kakek

    Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak ya, Kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. Kuusap pelan gambar seorang pria bersama dengan seorang wanita, di dalam album foto berwarna keemasan ini. Seorang pria tampan dengan senyum hangat yang menenangkan siapapun yang melihatnya. Garis wajahnya tegas, tulang rahangnya besar dan ada sebuah lesung pipit di kedua pipinya saat ia tersenyum. Rambutnya hitam bergelombang. Iris mata coklatnya mengingatkanku pada seseorang yang juga mempunyai warna lensa mata yang sama. Diriku. Jika bercermin, aku akan memiliki garis wajah yang serupa dengan pria di foto ini."Jadi pria ini adalah ayahku?" tanyaku masih sambil memandangi gambar tak bergerak itu."Iya, Cinde. Dia Arjuna, anak Kakek satu-satunya yang juga ayahmu.""Lalu, wanita di sebelahnya ini ... apa dia ibuku?"Kakek Sultan menggeleng pelan. "Dia Selena. Istri kedua ayahmu," jawabnya pelan seraya mengalihkan pandangan ke arah luar jendela yang terletak persis di sebelah kanannya. "Ibumu ber

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Upik Abu jadi Nyonya   Senyuman sang Prabu

    Selamat membaca. Mohon bantuannya untuk love dan komennya ya Kak. Makasi udah mampir. Semoga suka."Cindelaras Putri Arjuna. Ibumu tidak mengizinkan nama Andromeda ada di belakang namamu," sambung Kakek lagi. "Tapi berkat bujukan dari Asykar, Ibu pemilik panti tempat kau tinggal tetap bersedia untuk terus mengabarkan mengenai tumbuh kembangmu. Ia rutin mengirimi kami fotomu setiap kau berulang tahun."Kuhirup napas dalam dan mencoba meredam rasa sedih yang saat ini sedang kurasakan."Apa ayahku masih hidup?"Dengan kursi rodanya kakek Sultan berjalan menghampiriku, lalu mengenggam erat tanganku."Cinde, kau adalah satu-satunya cucu kakek.  Arjuna sudah ... " Ia menjeda kalimatnya, terlihat matanya mulai mengembun. "Empat tahun lalu, saat hendak kembali ke tanah air, ayahmu beserta istri dan anaknya, yang juga adikmu, mengalami kecelakaan. Pesawatnya jatuh dan meledak," ujarnya nyaris tanpa suara."Kemudian satu tahun setelahnya,

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Upik Abu jadi Nyonya   Bekerja di Hotel

    "Cinde, nanti sebelum memimpin hotel, kamu akan kakek sekolahkan ke New York untuk mempelajari bisnis. Setelah itu ke Jepang untuk mengetahui tentang hotel kita di sana," ucap Kakek setelah kami selesai makan siang.Saat itu kami tengah berada di teras belakang, tepat di depan ruang makan. Tempat yang langsung mengarah ke sebuah taman yang juga berukuran luas. Di sisi kirinya terdapat sebuah kolam renang berhiaskan bebatuan alam di sekelilingnya. Selain itu juga terdapat banyak bunga bougenville dan soka di beberapa tempat.Kakek duduk di atas kursi rodanya dengan menghadap ke arah taman belakang. Sedangkan Prabu berada di belakangnya. Ia mendorong kursi roda kakek  karena Om Asykar diminta kakek untuk mengurus sesuatu di hotel."Apa Cinde sanggup, Kek?" jawabku sambil menunduk."Kamu adalah gadis yang cerdas, Cinde. Kakek yakin kamu sanggup. Lagi pula seperti yang tadi kakek ucapkan, Kakek sendiri yang akan membimbingmu. Tentu saja dengan bantuan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Upik Abu jadi Nyonya   Bertemu Lagi

    "Iya, Pak. Maaf," Sahutku sambil menunduk.Selesai melampiaskan kekesalannya, Pak Bimo pergi meninggalkanku yang masih terdiam di depan wastafel cuci piring.Sudah satu bulan aku bekerja di bagian dapur hotel milik Kakek. Sejak itu, dalam satu minggu selalu ada saja benda yang kupecahkan. Padahal pekerjaanku hanya mencuci piring. Pekerjaan yang sudah sangat biasa kulakukan sejak tinggal bersama ibu angkatku dulu. Namun, memang jumlah piring yang aku cuci berjumlah sangat banyak dan harus kukerjakan dalam waktu cepat."Udah, sini, Gue bantu."Raja, rekanku sesama karyawan dapur langsung mengambil alih tugasku. Tangannya cekatan mencuci semua tumpukan piring yang masih tersisa."Eh, nggak usah, Ja. Ini, kan, tugasku. Nanti kalau  kamu yang ngerjain, bisa-bisa aku kena omel Pak Bimo lagi," sahutku tetap ber-aku-kamu padanya, walaupun ia menggunakan gue dan o."Udah, nggak apa. Gue ngerjain ini sekalian mau ngasih lo contoh. Biar lo

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Upik Abu jadi Nyonya   Dua Pria

    Mas Pangeran sama terkejutnya denganku. Matanya melebar dan mulutnya menyebut namaku tanpa suara. Mungkin kalau kakekku tidak ada di sini, ia akan langsung menyerbuku dengan banyak pertanyaan. Karena saat terakhir kali kami bertemu, aku meninggalkannya begitu saja di halte bus depan komplek perumahan ibu. "Cinde, kok, malah melamun begitu?" tanya Kakek sambil nenautkan alisnya. "Ini, lho, gurunya sudah datang.""Iya, Kek.""Putri Cinde?"Akhirnya Mas Pange mengeluarkan suara. Aku menunduk untuk menghindari tatapan heran Mas Pange."Jadi, kalian sudah saling kenal?" tanya Kakek. Matanya bergantian melihatku dan Mas Pange. "Pangeran ini adalah tetangga Cinde di rumah lamanya, Tuan." Om Asykar mewakiliku menjawab pertanyaan Kakek. "Oo. Malah bagus kalau begitu, kalian bisa lebih santai belajarnya. Sekarang, kakek tinggal dulu, ya. Kamu belajar yang rajin," ucap Kakek sambil me

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Upik Abu jadi Nyonya   Bertemu Kak Drew

    "Kamu, siapa nama kamu?" tanya Prabu kepada Mas Pange."Pangeran, Mas," jawab Mas Pangeran sambil berdiri. Lalu mulai berjalan perlahan menghampiri Prabu. "Ok, Pangeran, duduknya tidak perlu sedekat itu sama Cinde, dan matamu tidak perlu seperti itu saat melihat dia." Prabu menunjukku dengan dagunya.Membuat Mas Pange segera menghentikan  langkahnya. Sontak kalimat terakhirnya membuat wajahku merah. Apa maksudnya? Tadi Dia bilang penampilanku saat ini cantik, terus dia tidak mengizinkan Mas Pange untuk duduk terlalu dekat denganku. Kami, kan, sedang belajar, masa belajar duduknya jauh-jauhan."Oh, iya. Mas. Kenalin, itu Prabu, cucu kakek juga. Kak, ini Mas Pange, guru privat aku."Dua laki-laki itu saling memandang dan tidak ada satu pun yang mau memulai untuk mengulurkan tangannya ke yang lain. Mas Pange yang tadi sempat berdiri, juga langsung kembali ke posisinya semula. Dengan keberanian yang tersisa, aku mencoba b

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-08
  • Upik Abu jadi Nyonya   Dibully

    Chef Rena tiba-tiba mendorongku kasar, sesaat aku baru saja tiba di ruangan yang terletak di sebelah dapur. Tempat yang biasanya digunakan untuk berganti pakaian atau sekedar beristirahat. Chef Rena bahkan tidak segan menghinaku, meski di sana ada beberapa staf dapur. Namun aku tidak melihat sosok Raja di antara mereka. Kemana dia? Apa hari ini dia tidak masuk kerja? Ini sudah hampir jam masuk, seingatku Raja tidak pernah terlambat. Apa ia sudah duluan ke dapur, ya? Sejak tadi aku berpikir kesalahan apa yang kubuat kali ini? Perasaan aku belum terlambat, masih ada waktu sekitar lima belas menit hingga waktu masuk. Biasanya juga kalau aku melakukan kesalahan, Pak Bimo sebagai penanggung jawab dapurlah, yang seharusnya marah. "Chef, apa salah, Saya? Kenapa saya di dorong-dorong?""Masih nanya lagi! Lo tu jangan pura-pura bodoh, Cinde! Lo jangan sok kecakepan juga, deh, jadi cewek. Di dapur, lo udah berani-beraninya godain Raja. Eh, ini di lu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-08

Bab terbaru

  • Upik Abu jadi Nyonya   Bantuan Gita

    "Saya nggak pa-pa, Ustaz. Kalau diizinkan, saya mau izin dari pelajaran."Ustaz Novan sedikit terkejut dengan sikap ketus Ananta. Ia kemudian terdiam beberapa detik. "Silakan. Salma kamu tolong antar Ananta ke kamar, ya.""Baik, Pak Ustaz."Ustaz Novan hanya memandang punggung Ananda yang semakin mengecil. Kelas pun seketika hening.Sepeninggal Ananta, Ustaz Novan meneruskan kembali pelajaran. Tapi tetap saja ia tidak bisa kembali berkonsentrasi dengan apa yang ia sampaikan. Sikap Ananta tadi terus membayangi kepalanya. Ia sangat yakin pasti Bu Nyai sudah menyampaikan maksud baiknya pada Ananta. Dan ia juga yakin bahwa perempuan itu menolak untuk berta'aruf dengannya. "Pasti ia tidak mau," gumam Ustaz Novan. Sama seperti Ustaz Novan, setelah keluar dari kelas Ananta pun dilanda kegelisahan. Ia mendadak diam seribu bahasa. Salma pun jadi bingung dibuatnya. Sahabat Ananta itu ingin sekali menasehati Ananta bahwa sikapnya tidak baik. Tapi ia yakin Ananta pasti tahu apa yang ia lakukan *

  • Upik Abu jadi Nyonya   Kisah Prabu

    Jutaan detik berlalu hingga mampu mengikis nama Cinde di hati seorang Prabu Andromeda. Keputusannya menetap di Jepang adalah keputusan tepat karena di sana ia bisa menyibukkan diri dengan banyak aktivitas. Namun, meski usianya sudah hampir kepala tiga, ia masih belum bisa menemukan wanita yang mampu membuat hatinya gemetar. Seperti dulu, saat ia bersama Cinde. "Pagi, Pak Prabu," sapa Yuki, sekretaris pribadinya. Meski tahun ini ia sudah merayakan hari jadinya yang ke 45, tapi Yuki sangat cekatan. Ia adalah salah satu orang kepercayaan Prabu. "Pagi, Yuki san. Ada menu apa hari ini?"Tidak hanya piawai dalam pekerjaan, Yuki pun dikenal sangat pandai memasak. Dia bisa membuat banyak menu enak hanya dalam waktu singkat. Setiap hari ia selalu membuat eksperimen yang akan ia berikan pada Prabu. "Ini, cobalah. Aku baru selesai membuat muffin isi ayam." Yuki menyajikan dua buah kue berwarna keeemasan yang dialasi alumunium foil. Sontak, wangi tumisan ayam yang berpadu dengan bumbu dan iri

  • Upik Abu jadi Nyonya   Sikap Ananta

    "Apa? Ustad Novan? Ustadz Novan mau taaruf sama saya, Bu Nyai? Nggak, nggak mungkin. Bu Nyai pasti salah." Wanita berparas ayu itu lalu menggeleng keras. "Tidak, Ananta. Ustadz Novan sendiri yang minta bantuan ibu untuk menyampaikan niat baiknya ke kamu.""Tapi, Bu Nyai, kenapa Ustadz Novan mau taaruf sama saya? Masih banyak gadis lain yang bisa diajak taaruf, kan?" Ananta masih tidak habis pikir. "Ya, ibu juga nggak tau. Itu sudah keputusan Ustaz Novan. Ibu hanya menyampaikan. Gimana, Nanta? Apa kamu bersedia?""Maaf kalau mengecewakan Bu Nyai, tapi saya enggak bisa, Bu Nyai! Saya nggak mau. Tolong katakan sama Ustadz Novan, saya menolak tawaran taaruf itu.""Kamu nggak mau coba dulu? Hanya taaruf aja, kok. Kalau misalnya kamu tidak cocok karena suatu hal, kamu tidak harus lanjut ke proses selanjutnya, kan.""Maafkan saya, Bu Nyai. Keputusan saya sudah bulat."Lagipula kalau aku menyetujui ta'aruf ini, aku takut ke depannya hatiku akan semakin terluka, batin Ananta. "Kamu yakin?"

  • Upik Abu jadi Nyonya   Tawaran Taaruf

    "Apa Ibu tidak salah dengar, Van? Kamu mau menikah dengan gadis cacat? Apa tidak ada gadis lain? Kamu itu masih muda, masih perlu dilayani oleh istrimu nanti. Aktivitas padat. Kalau tidak ada istri yang melayanimu kamu akan kesulitan."Novan terdiam mendengar untaian kata keluar satu persatu dari mulut ibunya. Ia sudah mengira jika ibunya pasti tidak akan mudah menerima keputusannya. Namun, Novan tidak akan menyerah. Ia akan berusaha membujuk Ibunya dan keluarga besarnya agar bisa menerima Ananta. "Iya. Mbak setuju sama apa yang ibu bilang. Sebaiknya kamu simpan saja rasa cinta kamu sama gadis itu. Cari wanita lain yang bisa membuatmu menjadi lelaki sempurna dan bisa melayanimu seperti istri pada umumnya." Setali tiga uang dengan sang ibu, begitu juga dengan Lastri, kakak sulung Novan yang dengan terang-terangan menolak maksud Novan untuk melamar Ananta. Novan meremas ke sepuluh jemarinya yang ia letakkan di atas lutut. Ia lalu menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan l

  • Upik Abu jadi Nyonya   Perasaan Ustaz Novan

    Di dalam kamarnya Novan merebahkan tubuh sambil melihat ke langit-langit. Memandang wajah Ananta membuatnya teringat akan seseorang yang sudah lama berada dalam hatinya: gadis yang dulu pernah ia sukai semasa kuliah di Turki. Namun, karena perbedaan status, Novan hanya menyimpan perasaannya dalam-dalam.Novan tahu tidak seharusnya menatap wajah Ananta. Karena sebagai guru harus menundukkan pandangan. Ia hanya sesekali menatap wajah itu. Makanya kemarin saat Pak Kiyai memanggilnya, dadanya berdegup kencang. Ia takut perasaannya pada Ananta akan diketahui oleh Pak Kyai.Novan Berencana untuk melamar Ananta tetapi tidak secepat itu, karena mereka juga baru bertemu beberapa kali. Ia ingin menyelidiki keluarga Ananta dulu dan melamarnya langsung pada sang Ibu. Setelah ibunya Ananta merestui baru ia akan mengatakan semuanya pada Pak Kyai. Novan pun berencana untuk menyampaikan maksudnya itu pada sahabat baiknya Ustadz Fadil. Yang juga merupakan pengajar di pesantren itu. "Aku tahu sebenarn

  • Upik Abu jadi Nyonya   Iri

    "Nggak papa, kok, Sal. Aku mau jawab. Apa yang kamu denger emang bener. Aku udah pernah nikah."Ucapan Ananta membuat bola mata Salma membulat. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan mendekati Ananta. "Terus gimana ceritanya kamu bisa masuk ke pesantren ini? Suami kamu tahu? Dia ngijinin? Seingatku, kamu datang ke sini cuma sama ibu, teman dan adikmu."Raut wajah Ananta langsung berubah sedih. "Suamiku nggak ikut, Sal, karena dia udah meninggal. selain kehilangan kaki, di kecelakaan itu aku juga kehilangan suami. Dan enggak cuma itu, aku juga kehilangan calon anak," ucap Ananta sambil tersenyum."Ya Allah, Ta." Salma pun langsung memeluk erat Ananta. Beberapa menit ke depan kedua sahabat itu saling mengeluarkan tangis. "Ujian kamu berat banget, sih. Sabar, ya," ucap Salma sambil mengusap pelan punggung Ananta. "Allah memberikan ujian itu karena cuman kamu yang bisa. Orang lain nggak mungkin sanggup. Kalau aku yang diuji kayak gitu, mungkin aku bisa gila kali, Ta.""Iya, Sal. Aku udah

  • Upik Abu jadi Nyonya   Sahabat Baru

    Ananta membuka album foto di mana terdapat gambarnya dengan Tezza. Lagi-lagi air matanya menetes deras. Meski ia belum terlalu ingat, tapi melihat wajah pria itu saja bisa membuat lukanya kembali terbuka. Tak lama kemudian, pintu kamarnya diketuk seseorang. Dan setelahnya muncul seorang gadis berjilbab panjang berwajah manis dengan tahi lalat di sudut bibir kanan."Assalamualaikum, Ta. Yuk, sebentar lagi kelas dimulai," ujar gadis bernama Salma. Ia mendekati Ananta lalu mendorong kursi roda sahabatnya itu. "Hari ini kita akan belajar mengenai ilmu fiqih," ujar Salma lagi. "Kamu pasti bakal suka. Karena pengajarnya itu adalah salah satu ustaz terbaik di pesantren ini. Oh ya, rata-rata sih yang diajar sama beliau bilang, kalau mereka suka sama pelajarannya." Salma menjelaskan tanpa diminta. "Ya maklum sih, mereka rata-rata menyukai pengajarnya, bukan apa yang beliau ajarkan."Mata Ananta membulat. Ia lalu mengangkat kepalanya ke arah Salma. "Memang ada apa dengan ustaz itu?""Dia mas

  • Upik Abu jadi Nyonya   Surat Alfa

    Pesantren Tahfizhullah, Bogor. Dear Dyari,Sesuai dengan keinginanku sendiri, hari ini aku sudah mulai tinggal di pesantren. Alhamdulillah suasana di sini sangat nyaman dan menyenangkan. Semua pengurus pesantren, dan keluarga Pak Kyai sangat welcome dan selalu siap menawarkan bantuan padaku kapan pun aku butuh.Dy, beberapa hari lalu, Ibu, Abqo dan Fenita sendiri yang mengantarku ke sini. Meski berat, tapi aku tetap harus memilih jalan ini, Dy. Aku nggak mau terus menjadi beban untuk mereka. Aku sadar seperti apa kondisiku. Jika tinggal bersama ibu, ibu yang mulai tua, akan kerepotan mengurusku, sedangkan Abqo dan Fenita, meski mereka bilang kalau akan selalu membantu, tapi saat mereka nanti sudah disibukkan dengan aktivitas harian, dan saat mereka punya anak, aku pasti akan membuat mereka susah. Aku tidak mau itu, Dy. Aku tidak sampai hati lagi menyusahkan mereka, orang-orang yang sangat aku sayang. Jadi, Dy, mulai hari ini selain kepada Robb-ku, hanya padamulah aku akan berkeluh-k

  • Upik Abu jadi Nyonya   Memulai dari Awal

    Kupandangi bangunan kokoh yang kini berdiri angkuh di hadapan. Rumah yang cukup besar. Halamannya juga luas. Ada energi kuat yang seakan menarikku untuk segera masuk ke dalam. Bola mataku langsung berputar ke segala arah dengan perasaan yang gamam. Aku memang merasa kalau dulu pernah tinggal di sini, tetapi untuk mengingat semua aktivitas apa saja yang kulakukan saat berada di dalamnya aku masih belum bisa. Fenita terus mendorong kursi rodaku menuju ke dalam. Di ruang tamu aku langsung disambut dengan aneka fotoku bersama dengan seseorang yang kuyakin dialah Mas Tezza. Lalu Alfa? Seperti apa wajahnya? Di buku harian pun aku tidak menyimpan gambarnya. "Nah, ini dulu kamar kamu sama Om Tezza," ucap Fenita. "Kamu mau tidur di ranjangnya, Ta? Biar aku bantu."Aku menggeleng pelan. "Nggak usah, Fen. Aku duduk di sini aja."Kepala ini kembali berputar ke segala arah. Di dalam kamar ini juga banyak sekali foto-fotoku bersama Mas Tezza. Ah, iya, itu aku atau Lisfi? Yang tertulis di buku

DMCA.com Protection Status