Share

4

Author: Jesselyn E.
last update Last Updated: 2021-09-02 11:54:33

-Apabila bunga mekar bersama-sama, bunga yang paling indah adalah bunga yang mekar diantara semak belukar-

Tak terasa acara malam bina iman dan taqwa telah tiba. Sesuai dengan namanya, kegiatan tersebut dilakukan pada malam hari di sekolah alias menginap. Murid yang mengikuti diwajibkan datang setelah shalat Asar. Seperti yang diketahui Ziya dari undangan yang diberikan yang sudah ada rundown nya, kegiatan akan dimulai setelah shalat Maghrib,

Sebelum Maghrib, calon anggota Rohis harus menyiapkan ruangan yang akan digunakan untuk tidur malamnya. Setelah Maghrib akan diadakan ngaji bersama, mengulang hafalan Al-Qur’an calon anggota Rohis. Setelah shalat Isya’ makan malam bersama, setelah itu akan ada tausiyah, selesai tausiyah semuanya tidur, nanti akan dibangunkan kembali ketika akan melakukan shalat Tahajud bersama.

Ziya yang belum memiliki teman dekat di organisasi Rohis ini lebih banyak menyendiri. Ia menyapu depan kelas yang akan dijadikan sebagai ruang tidurnya nanti bersama teman-temannya. Sesekali ia membantu seniornya yang sekiranya membutuhkan bantuan. Dalam hati Ziya tersenyum senang karena bisa berada di lingkungan yang menurutnya sangat menyejukkan hati. Melihat senior-seniornya yang memakai hijab besar, dirinya pun sudah bertekad untuk melakukan hal seperti itu juga.

“Eh denger-denger nanti akan banyak alumni Rohis yang udah lulus bakal dateng kesini loh,” kata seorang teman Ziya yang beda kelas dengannya.

“Iya, tadi aku pas baru dateng juga ketemu di parkiran, ganteng banget coba, mana keliatan banget sholehnya,” timpal temannya. Ziya memutar bola matanya malas. Niatnya kesini pada ngapain sih, pikirnya. Ia menggelengkan kepalanya tak mau terpengaruh dengan hal-hal seperti itu lagi. Bukan karena ia belum melupakan Regar, ya memang seperti itu kenyataannya. Ziya meletakkan sapu yang dipegangnya ketika seniornya memberi perintah berbaris di halaman sekolah. Di depannya berdiri terdapat banyak kakak senior Rohis dan juga beberapa alumni Rohis yang telah tiba. Ketua Rohis mengabsen satu per satu calon anggota Rohis untuk memastikan siapa yang belum datang.

“Adik-adik, kira-kira nanti siapa yang bisa memimpin murojaah sehabis Maghrib untuk yang cewek?” tanya Ketua Rohis. Semuanya menunduk seolah tidak mau ditunjuk. Murojaah adalah kegiatan mengulang hafalan Al-Qur’an yang dimiliki. “Maharani?” sambungnya sambil melihat teman Ziya yang tadi mengghibahkan alumni Rohis.

“Eh nggak deh kak, aku aja cuma hafal 3 Qul,” jawabnya malu-malu, sementara yang lain tergelak.

“Dek Ziya hafalan Al-Qur’annya berapa banyak?” tanya Salwa yang ternyata daritadi berdiri di samping Ziya. Ziya tergagap, pasalnya semua mata memandang kepadanya. Ia ingin jujur, tetapi takut, kalau bohong lebih takut lagi. Akhirnya ia meneguk ludah dan memilih untuk jujur.

“5 juz kak.” Orang-orang yang memandangnya ada yang tersenyum, ada yang ternganga tidak percaya, ada yang sangat takjub pada Ziya. Begitupun Ketua Rohis.

“Ya sudah, kalau begitu nanti yang cewek dipimpin dek Ziya ya.” Inilah yang ditakutkan Ziya ketika jujur. Dari tiba tadi saja ia sendirian, belum memiliki teman akrab, tahu-tahu disuruh memimpin teman-temannya. Ziya menghela napasnya panjang, sementara Salwa menepuk-nepuk bahunya memberi semangat sambil tersenyum.

Setelah bubar dari barisan, semuanya kembali ke ruang kelas yang digunakan untuk beristirahat. Bersih-bersihnya juga sudah selesai, mereka diberi waktu untuk istirahat. Ziya berjalan gontai mengikuti teman-temannya. Ada seseorang yang menepuk bahunya.

“Hai Ziya, kenalin aku Nanda dari kelas IPA 3,” kata seorang yang menepuk bahunya itu sambil mengulurkan tangan mengajak bersalaman. Ziya menyambutnya dengan senyuman.

“Aku Ziya dari IPA 1, kamu sendiri?” tanyanya karena setahunya jarang sekali anak kelas IPA 3 yang mengikuti acara ini.

“Iya, yang cewek aku sendiri, kalau cowoknya ada 4.” Ziya manggut-manggut. Memang acara ini diikuti oleh mayoritas perempuan, tetapi laki-laki seangkatannya yang ikut juga cukup banyak. Ziya tersenyum dalam hati, siapa tahu ia bisa akrab dengan Nanda di acara ini. Ziya pun mengajak Nanda bersama-sama menuju ruang kelas, kebetulan mereka seruangan. Karena untuk peserta laki-laki dikelompokkan menjadi dua kelas, sementara yang perempuan dikelompokkan menjadi tiga kelas.

Setelah Maghrib, seperti yang sudah ditentukan, Ziya memimpin teman-temannya mengaji. Sementara untuk anak laki-laki dipimpin oleh salah satu murid dari kelas 10 IPA 3 yang diketahuinya memiliki hafalan 3 Juz. Ternyata tidak sesulit yang dibayangkan oleh Ziya. Temannya serius dan berkeinginan tinggi untuk menambah hafalan Al-Qur’an. Ziya tersenyum melihatnya, terutama teman-temannya yang cerewet di kelas ternyata memiliki tekad yang tinggi juga.

***

Ketika makan malam telah mereka habiskan, semua peserta diperintahkan menuju aula yang sudah diberi tikar dan pembatas antara laki-laki dan perempuan. Teman-temannya ada yang sudah heboh karena ada beberapa laki-laki tampan yang terlihat mata di depan mereka. Ziya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, sementara Nanda tergelak di sampingnya.

“Tiap hari ya kamu ketemu mereka,” kata Nanda sambil tertawa. Ziya ikut tertawa kecil lalu duduk di dekat tembok baris ke 2 dari depan. Pembicara sudah terlihat memasuki aula. Ziya dan Nanda mengeluarkan buku catatan kecil yang tadi dibawanya. Ternyata mereka memiliki kesamaan yaitu mencatat setiap mendengarkan kajian. Ziya memiliki prinsip bahwa ilmu itu harus diikat dengan tulisan. Sementara Nanda adalah orang yang memang suka mencatat.

Di umur kalian yang seperti sekarang ini mungkin masih senang-senangnya mengamati lawan jenis, memiliki hasrat ingin memiliki, tapi untuk anak-anak yang tahu batasan itu paling ya cuma sekedar mengamati tapi sadar diri belum waktunya memiliki, nah beda lagi kalau anak-anak yang tidak sadar batasan, mereka pasti menghalalkan segala cara agar apa yang diinginkannya bisa dimiliki. Terbukti dengan maraknya jaman sekarang anak-anak yang mendewakan cinta bahkan rela memberikan semuanya termasuk apa yang harus dijaganya hanya untuk pasangan halalnya nanti.

Ziya tertegun mendengarnya. Memang banyak sekali tetangganya yang memilih pergaulan yang salah seperti itu. Karena hal itu pun ia tidak diperbolehkan oleh orangtuanya untuk belajar naik sepeda motor. Orangtuanya lebih memilih untuk mengantar jemput Ziya ke sekolah, atau jika sibuk lebih mempercayakan pada ojek online daripada harus merelakan anaknya mengendarai sepeda motor sendiri.

Padahal jika dipikir-pikir, Ziya juga tidak akan berani melakukan hal-hal seperti itu. Bagaimanapun juga, ia merasa bertanggungjawab sebagai anak sulung di keluarga agar bisa menjadi contoh yang baik bagi adik-adiknya. Ziya juga masih ingin lebih lama bisa membahagiakan orangtuanya.

             

             

Related chapters

  • Unpredictable Husband   5

    Tiga hal yang penuh kejutan yang akan kita temui nantinya, yaitu jodoh, rezeki, dan maut. Entah nanti yang datang pada kita lebih dahulu yang mana, jodoh dahulu, rezeki dahulu, atau bahkan malah maut terlebih dahulu. Kita harus benar-benar mempersiapkannya, jangan terlalu fokus mengejar jodoh, persiapkan juga untuk bekal kematian. Ziya tergugu. Terkadang ia ingin sekali fokus mempersiapkan bekal akhirat, tetapi ternyata banyak sekali godaan duniawi, termasuk godaan dengan perasaannya. Jika ia benar-benar berniat untuk melupakan perasaannya, apakah bisa? Hah. Ziya menggelengkan kepalanya, kita tidak akan pernah tahu hasilnya jika tak pernah mencoba. Selesai Tausiyah, Ziya dan teman-temannya kembali ke ruangan. “Zee, aku juga pengen deh punya banyak hafalan Al-Qur’an, gimana kalau kita saling membantu, aku satu juz aja belum hafal, kalau minta tolong kakakku males banget, galak banget dia,” kata Nanda sambil berjala

    Last Updated : 2021-09-02
  • Unpredictable Husband   6

    -Kita tidak akan pernah tahu jika ada sebuah keberhasilan apabila tidak berani mencoba- Rumah merupakan tempat paling menyenangkan bagi Ziya. Memang ia hanya dua bersaudara, adiknya juga baru kelas 6 sekolah dasar. Justru malah itu letak kebahagiaannya. Ia tidak memiliki teman sebaya di lingkungan sekitarnya, jadi hanya melihat-lihat adiknya bermain bersama teman-temannya. Ziya tertawa ngakak setiap adiknya memanggil orang yang menurutnya terkenal lewat di depan rumah. Teringat akan masa kecilnya dulu, kalau pulang sekolah bersama teman-temannya saat SD setiap ada anak SMA yang tampan pasti dipanggil-panggil entah tahu darimana namanya. “Heh panggil-panggil sok kenal banget. Tau namanya darimana dek?” tanya Ziya pada adiknya sambil tertawa-tawa. Adiknya nyengir menanggapi Ziya. “Dari temen adek lah kak, dia tetangganya mas Bowo kok.” Ziya tertawa lagi. Sama persis dengannya saat masih SD dulu. Bahkan waktu

    Last Updated : 2021-09-02
  • Unpredictable Husband   7

    -Seseorang mungkin tak pernah jujur akan perasaannya, hanya biarkan saja dia berbicara melalui tatapan mata-Hari ini adalah hari dimana murid kelas 10 akan melakukan study tour. Mereka terlihat antusias untuk memulai perjalanan. Ada yang membawa alat musik, novel, dan bekal makanan yang banyak untuk mengisi waktu di bus agar tidak bosan.Ziya duduk di kursi bagian tengah tepat di samping jendela. Ia duduk bersama teman sekelasnya yang paling pendiam. Temannya tersebut lebih memilih mendengarkan musik dengan headphone yang dibawanya daripada ngobrol bersama Ziya. Ziya juga memilih mengeluarkan ponselnya dan menyibukkan diri berkirim pesan dengan Nanda yang berbeda bus dengannya. Ternyata Nanda merasakan kegabutan yang sama sepertinya.Pembagian bus memang berdasarkan kelas. Satu bus berisi dua kelas. Kelas Ziya bersama dengan kelas IPS 5 yang sangat ramai. Sementara kelas Nanda satu bus d

    Last Updated : 2021-09-04
  • Unpredictable Husband   8

    -Aku sudah sering merasakannya, jadi tidak salah lagi, ini adalah cinta-Tujuan pertama study tour adalah salah satu pantai terkenal di Jogja. Ziya sangatlah menyukai pantai, tetapi hari ini ia berpikir ulang untuk menyukainya. Di tangannya terdapat beberapa lembar kertas yang terdiri dari tugas kimia, fisika, biologi, untuk melakukan pengamatan pantai. Tugas anak IPS berbeda dengan anak IPA, anak IPS disuruh untuk mengamati kegiatan ekonomi di sekitar pantai beserta mitos dan sejarah pantai tersebut.Banyak murid-murid yang mengeluh. Pantainya terlalu indah untuk diabaikan demi mengerjakan tugas. Ziya menghela napasnya malas. Nanda menghampirinya mengajak mengerjakan tugas tersebut bersama-sama. Tugas tersebut memang bukanlah tugas kelompok, jadi bisa dikerjakan dengan siapa saja.Ketika sedang asyik mengamati kepiting yang sedang menggali membuat lubang di pasir, ada topi pantai yang mendarat

    Last Updated : 2021-09-04
  • Unpredictable Husband   9

    -Ketika rasa sedikit demi sedikit mulai disadari, disitulah ujian dimulai-Ziya dan Nanda makan siang di sebuah warung makan Malioboro. Setelah dari museum, mereka pergi ke Malioboro dan diberi waktu sekitar tiga jam untuk bermain-main. Nanda yang seorang pecinta kuliner mengajak Ziya untuk berburu makanan di sepanjang Malioboro.Ziya mengikuti saja, ia juga ingin membeli banyak hal yang bisa dibawa untuk oleh-oleh. Ia ingin membeli lumpia dan bakpia nanti ketika mau pulang. Saat ini mereka menikmati sepiring gudheg lengkap dengan tempe goreng serta es teh.Dari dulu memang Ziya ingin sekali pergi ke Jogja, terutama naik kereta api. Ia sering melihat postingan-postingan di media sosial mengenai keindahan dan keragaman kuliner Jogja. Baru saat ini ia bisa menikmatinya bersama sahabatnya.“Zee, tadi aku lihat banyak banget foto kamu di kameranya Regar.” Ziya hampir tersedak mendeng

    Last Updated : 2021-09-07
  • Unpredictable Husband   10

    -Aku tak pernah mengharap hal yang besar sebelumnya, tapi bolehkah jika aku berharap kelak akan selalu melihat senyum indahmu selamanya?-Liburan semester memang hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap pelajar. Waktu yang cukup baik digunakan untuk melepas penat, bercengkerama bersama keluarga, atau untuk sekedar menyenangkan diri sendiri.Tetapi tidak dengan Ziya yang cukup merasa bosan karena justru ditinggal ayahnya ke luar kota. Ibunya ikut sibuk mengurusi acara pernikahan anak tetangga. Sementara dirinya hanya di rumah sendiri karena sudah pasti adiknya akan menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya.Nanda dan keluarganya sibuk mengurus kepindahan Farhan yang akan berkuliah di Jogja. Tidak mungkin sekali ia akan mengajak Regar untuk pergi main. Ya kali hanya berdua, pasti ia akan mendengar banyak gunjingan.Karena sudah cukup lama Ziya hanya tinggal di rumah saja, ia memutusk

    Last Updated : 2021-09-08
  • Unpredictable Husband   11

    -Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.

    Last Updated : 2021-09-09
  • Unpredictable Husband   11

    -Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.

    Last Updated : 2021-09-20

Latest chapter

  • Unpredictable Husband   12

    ­-Seseorang akan menjadi istimewa di mata orang yang mengaguminya-Kehidupan sekolah memanglah hal yang sangat menyenangkan bagi sebagian orang. Bukan, bukan mata pelajaran dan segala tugas-tugasnya yang menyenangkan. Melainkan suasananya.Terkadang banyak anak yang lebih memilih sekolah, akan tetapi jam kosong, daripada libur. Setidaknya ketika jam kosong di sekolah masih bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman. Beda kalau libur, belum tentu boleh main ke luar.Mungkin dahulu, Ziya tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Mau itu sekolah ataupun libur, sama saja baginya. Karena dulu ia tidak memiliki teman dekat untuk sekedar diajak pergi menghabiskan waktu.Tetapi kini, kehadiran Nanda dan Regar membuatnya lebih semangat menjalani hari-hari di sekolah. Terlebih lagi kini mereka sekelas.“Jadi anak-anak, karena kelas kita ini adalah kelas paling unggul, jadi

  • Unpredictable Husband   11

    -Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.

  • Unpredictable Husband   11

    -Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.

  • Unpredictable Husband   10

    -Aku tak pernah mengharap hal yang besar sebelumnya, tapi bolehkah jika aku berharap kelak akan selalu melihat senyum indahmu selamanya?-Liburan semester memang hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap pelajar. Waktu yang cukup baik digunakan untuk melepas penat, bercengkerama bersama keluarga, atau untuk sekedar menyenangkan diri sendiri.Tetapi tidak dengan Ziya yang cukup merasa bosan karena justru ditinggal ayahnya ke luar kota. Ibunya ikut sibuk mengurusi acara pernikahan anak tetangga. Sementara dirinya hanya di rumah sendiri karena sudah pasti adiknya akan menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya.Nanda dan keluarganya sibuk mengurus kepindahan Farhan yang akan berkuliah di Jogja. Tidak mungkin sekali ia akan mengajak Regar untuk pergi main. Ya kali hanya berdua, pasti ia akan mendengar banyak gunjingan.Karena sudah cukup lama Ziya hanya tinggal di rumah saja, ia memutusk

  • Unpredictable Husband   9

    -Ketika rasa sedikit demi sedikit mulai disadari, disitulah ujian dimulai-Ziya dan Nanda makan siang di sebuah warung makan Malioboro. Setelah dari museum, mereka pergi ke Malioboro dan diberi waktu sekitar tiga jam untuk bermain-main. Nanda yang seorang pecinta kuliner mengajak Ziya untuk berburu makanan di sepanjang Malioboro.Ziya mengikuti saja, ia juga ingin membeli banyak hal yang bisa dibawa untuk oleh-oleh. Ia ingin membeli lumpia dan bakpia nanti ketika mau pulang. Saat ini mereka menikmati sepiring gudheg lengkap dengan tempe goreng serta es teh.Dari dulu memang Ziya ingin sekali pergi ke Jogja, terutama naik kereta api. Ia sering melihat postingan-postingan di media sosial mengenai keindahan dan keragaman kuliner Jogja. Baru saat ini ia bisa menikmatinya bersama sahabatnya.“Zee, tadi aku lihat banyak banget foto kamu di kameranya Regar.” Ziya hampir tersedak mendeng

  • Unpredictable Husband   8

    -Aku sudah sering merasakannya, jadi tidak salah lagi, ini adalah cinta-Tujuan pertama study tour adalah salah satu pantai terkenal di Jogja. Ziya sangatlah menyukai pantai, tetapi hari ini ia berpikir ulang untuk menyukainya. Di tangannya terdapat beberapa lembar kertas yang terdiri dari tugas kimia, fisika, biologi, untuk melakukan pengamatan pantai. Tugas anak IPS berbeda dengan anak IPA, anak IPS disuruh untuk mengamati kegiatan ekonomi di sekitar pantai beserta mitos dan sejarah pantai tersebut.Banyak murid-murid yang mengeluh. Pantainya terlalu indah untuk diabaikan demi mengerjakan tugas. Ziya menghela napasnya malas. Nanda menghampirinya mengajak mengerjakan tugas tersebut bersama-sama. Tugas tersebut memang bukanlah tugas kelompok, jadi bisa dikerjakan dengan siapa saja.Ketika sedang asyik mengamati kepiting yang sedang menggali membuat lubang di pasir, ada topi pantai yang mendarat

  • Unpredictable Husband   7

    -Seseorang mungkin tak pernah jujur akan perasaannya, hanya biarkan saja dia berbicara melalui tatapan mata-Hari ini adalah hari dimana murid kelas 10 akan melakukan study tour. Mereka terlihat antusias untuk memulai perjalanan. Ada yang membawa alat musik, novel, dan bekal makanan yang banyak untuk mengisi waktu di bus agar tidak bosan.Ziya duduk di kursi bagian tengah tepat di samping jendela. Ia duduk bersama teman sekelasnya yang paling pendiam. Temannya tersebut lebih memilih mendengarkan musik dengan headphone yang dibawanya daripada ngobrol bersama Ziya. Ziya juga memilih mengeluarkan ponselnya dan menyibukkan diri berkirim pesan dengan Nanda yang berbeda bus dengannya. Ternyata Nanda merasakan kegabutan yang sama sepertinya.Pembagian bus memang berdasarkan kelas. Satu bus berisi dua kelas. Kelas Ziya bersama dengan kelas IPS 5 yang sangat ramai. Sementara kelas Nanda satu bus d

  • Unpredictable Husband   6

    -Kita tidak akan pernah tahu jika ada sebuah keberhasilan apabila tidak berani mencoba- Rumah merupakan tempat paling menyenangkan bagi Ziya. Memang ia hanya dua bersaudara, adiknya juga baru kelas 6 sekolah dasar. Justru malah itu letak kebahagiaannya. Ia tidak memiliki teman sebaya di lingkungan sekitarnya, jadi hanya melihat-lihat adiknya bermain bersama teman-temannya. Ziya tertawa ngakak setiap adiknya memanggil orang yang menurutnya terkenal lewat di depan rumah. Teringat akan masa kecilnya dulu, kalau pulang sekolah bersama teman-temannya saat SD setiap ada anak SMA yang tampan pasti dipanggil-panggil entah tahu darimana namanya. “Heh panggil-panggil sok kenal banget. Tau namanya darimana dek?” tanya Ziya pada adiknya sambil tertawa-tawa. Adiknya nyengir menanggapi Ziya. “Dari temen adek lah kak, dia tetangganya mas Bowo kok.” Ziya tertawa lagi. Sama persis dengannya saat masih SD dulu. Bahkan waktu

  • Unpredictable Husband   5

    Tiga hal yang penuh kejutan yang akan kita temui nantinya, yaitu jodoh, rezeki, dan maut. Entah nanti yang datang pada kita lebih dahulu yang mana, jodoh dahulu, rezeki dahulu, atau bahkan malah maut terlebih dahulu. Kita harus benar-benar mempersiapkannya, jangan terlalu fokus mengejar jodoh, persiapkan juga untuk bekal kematian. Ziya tergugu. Terkadang ia ingin sekali fokus mempersiapkan bekal akhirat, tetapi ternyata banyak sekali godaan duniawi, termasuk godaan dengan perasaannya. Jika ia benar-benar berniat untuk melupakan perasaannya, apakah bisa? Hah. Ziya menggelengkan kepalanya, kita tidak akan pernah tahu hasilnya jika tak pernah mencoba. Selesai Tausiyah, Ziya dan teman-temannya kembali ke ruangan. “Zee, aku juga pengen deh punya banyak hafalan Al-Qur’an, gimana kalau kita saling membantu, aku satu juz aja belum hafal, kalau minta tolong kakakku males banget, galak banget dia,” kata Nanda sambil berjala

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status