Tiga hal yang penuh kejutan yang akan kita temui nantinya, yaitu jodoh, rezeki, dan maut. Entah nanti yang datang pada kita lebih dahulu yang mana, jodoh dahulu, rezeki dahulu, atau bahkan malah maut terlebih dahulu. Kita harus benar-benar mempersiapkannya, jangan terlalu fokus mengejar jodoh, persiapkan juga untuk bekal kematian.
Ziya tergugu. Terkadang ia ingin sekali fokus mempersiapkan bekal akhirat, tetapi ternyata banyak sekali godaan duniawi, termasuk godaan dengan perasaannya. Jika ia benar-benar berniat untuk melupakan perasaannya, apakah bisa? Hah. Ziya menggelengkan kepalanya, kita tidak akan pernah tahu hasilnya jika tak pernah mencoba. Selesai Tausiyah, Ziya dan teman-temannya kembali ke ruangan.
“Zee, aku juga pengen deh punya banyak hafalan Al-Qur’an, gimana kalau kita saling membantu, aku satu juz aja belum hafal, kalau minta tolong kakakku males banget, galak banget dia,” kata Nanda sambil berjalan berdampingan dengan Ziya ke ruang istirahat.
“Boleh, boleh banget malah, aku seneng banget ada temennya. Emang kakakmu cewek apa cowok, kalau cewek bisa sekalian diajak aja, justru malah kalau partnernya galak bukannya lebih termotivasi ya biar cepet hafal dan gak dimarah-marahi hehehe.” Nanda memutar bola matanya malas.
“Tuh kakakku,” tunjuk Nanda pada salah satu orang yang sedang bercanda dengan teman-temannya. Ziya membelalakkan matanya.
“Ketua Rohis?” Nanda mengangguk. Ziya memandang Nanda takjub. Sungguh mencengangkan. Setelah dilihat-lihat pun mereka cukup mirip. Batin Ziya tertawa bodoh.
“Hah pantes aja, emang galak sih, ya sudah tiap hari apa aja kamu bisanya? Aku bisa menyesuaikan, soalnya hanya ikut Rohis ini hehehe.” Nanda tersenyum sumringah lalu menggandeng Ziya. Ia tidak menyangka menemukan teman baik di kegiatan ini. Tadinya Nanda ragu ikut acara ini kalau bukan karena dipaksa oleh kakaknya. Di kelasnya yang perempuan tidak ada yang tertarik untuk ikut kegiatan Rohis.
***
Setelah acara malam bina iman dan taqwa, Nanda dan Ziya menjadi teman akrab. Mereka sering menghabiskan waktu bersama-sama. Bergantian ke rumah Nanda atau Ziya untuk mengulang hafalan Al-Qur’an. Tak jarang ketika Ziya pergi ke rumah Nanda, ia ketemu Farhan, Ketua Rohis sekaligus kakak kandung Nanda. Tetapi Ziya hanya menyapanya sekilas dan hampir tidak pernah ngobrol secara intens karena meskipun ada Nanda, Farhan tidak pernah nimbrung obrolan adik dan temannya itu.
Semakin lama, Ziya semakin menjauh dari Regar. Karena setiap Regar mengajaknya menghabiskan waktu bersama, ia selalu memiliki alasan yaitu pergi dengan Nanda. Regar cukup heran, tetapi bersyukur juga akhirnya sahabatnya itu memiliki teman dekat perempuan. Meskipun ia sedikit tidak rela karena dengan begitu persahabatannya semakin renggang.
Kisah asmara Regar sendiri sudah kandas semenjak mengikuti lomba bulutangkis bersama dengan Yumna. Sebenarnya ia ingin menceritakan semuanya pada Ziya, tetapi ia urungkan saja. Regar tidak mau mengganggu kebahagiaan Ziya saat ini.
Hari ini Regar melihat Ziya berada di perpustakaan sendirian. Regar tersenyum lalu ia memutuskan untuk menghampiri Ziya. Langkahnya terhenti ketika ada seseorang yang menghampiri Ziya. Regar mengetahui kalau itu adalah kakak kelasnya kelas 12 yang cukup terkenal karena prestasinya. Farhan. Regar melihat Farhan dan Ziya saling melempar senyum dan berbicara sesuatu yang tak dapat di dengar oleh Regar. Setelah itu Farhan terlihat berpamitan pada Ziya yang hanya dibalas anggukan oleh Ziya. Ada perasaan aneh yang dirasakan Regar.
Regar meneruskan langkahnya dan berpapasan dengan Farhan yang melempar senyum padanya. Regar menghampiri Ziya langsung terduduk di kursi sampingnya. Ziya melirik sekilas sambil terus meneruskan aktivitasnya membaca buku.
“Heh, tadi aja Kak Farhan yang kesini kamu senyum-senyum, giliran aku yang dateng dicuekin, kamu suka ya sama Kak Farhan?” cecar Regar. Ziya memutar bola matanya malas.
“Ya kan aku harus sopan sama kakak kelas, lagian dia juga kakaknya Nanda, udah kaya kakak aku sendiri.” Regar tersenyum puas. Kakak. Tetapi ia lalu tersadar, kenapa ia sebahagia ini mengetahui fakta bahwa Ziya hanya menganggap Farhan sebagai kakak? Regar lalu menggelengkan kepalanya. “Eh ngomong-ngomong, gimana pertandingan bulutangkismu?” Sebenarnya Ziya sudah tahu bahwa Regar menyumbangkan piala bergilir juara 1 Kabupaten dan hadian uang tunai untuk sekolahnya. Tetapi daripada ia bingung membahas apa.
“Menanglah, aku... Perasaanku aja yang nggak menang.” Ziya sudah menyiapkan hatinya. Ia tahu bahwa setelah ini, cerita akan mengalir lancar dari mulut Regar.
“Gimana gimana?” tanya Ziya sambil menutup buku yang tadi dibacanya pertanda ia siap mendengarkan cerita sahabatnya itu.
“Aku ditolak sama Yumna. Udah kaya gak punya harga diri lagi aku tuh. Bayangkan dia nolaknya kebangetan banget, berasa aku ini benar-benar sampah yang sudah selayaknya dibuang. Dia punya pacar, dan pacarnya wow levelnya udah jauh diatasku. Nggak tahu aja pacarnya itu buaya, aku udah nggak mau lagi berurusan dengannya, udah gak lagi-lagi deh. Nyesel banget, kukira dia cewek yang baik banget, ternyata kejam. Apa sih raut mukamu gitu amat. Semenyedihkan itu ya hidupku?” Ziya mengangguk-angguk seolah mengiyakan kata-kata Regar.
“Ini kalau fans-fansmu tau kamu abis ditolak Yumna, pasti rame, pasti Yumna bakal diserang habis-habisan sama fans-fans kamu,” kata Ziya sambil tertawa kecil, takjub dengan pemikirannya. Regar menghela napasnya.
“Ya kan yang tau kamu doang, masa iya kamu bakal tega ngebocorin ini semua.” Ziya tersenyum. Ya tidak mungkinlah.
“Ya udah sih, umur juga masih 16 tahun, fokus sekolah dulu aja. Masih panjang perjalanannya broo.” Regar mengangguk-angguk, tetapi dari SMP memang ia sudah mulai pacaran, jadi hal seperti ini sudah seperti hal yang biasa baginya.
Bel masuk kelas menginterupsi mereka. Ziya mewanti-wanti sahabatnya itu untuk tidak terlalu patah hati. Regar hanya menjawab sekenanya. Patah hati sih mungkin tidak terlalu berpengaruh baginya, tetapi ia adalah orang yang sama sekali tidak bisa memendam perasaan untuk orang yang disukai.
-Kita tidak akan pernah tahu jika ada sebuah keberhasilan apabila tidak berani mencoba- Rumah merupakan tempat paling menyenangkan bagi Ziya. Memang ia hanya dua bersaudara, adiknya juga baru kelas 6 sekolah dasar. Justru malah itu letak kebahagiaannya. Ia tidak memiliki teman sebaya di lingkungan sekitarnya, jadi hanya melihat-lihat adiknya bermain bersama teman-temannya. Ziya tertawa ngakak setiap adiknya memanggil orang yang menurutnya terkenal lewat di depan rumah. Teringat akan masa kecilnya dulu, kalau pulang sekolah bersama teman-temannya saat SD setiap ada anak SMA yang tampan pasti dipanggil-panggil entah tahu darimana namanya. “Heh panggil-panggil sok kenal banget. Tau namanya darimana dek?” tanya Ziya pada adiknya sambil tertawa-tawa. Adiknya nyengir menanggapi Ziya. “Dari temen adek lah kak, dia tetangganya mas Bowo kok.” Ziya tertawa lagi. Sama persis dengannya saat masih SD dulu. Bahkan waktu
-Seseorang mungkin tak pernah jujur akan perasaannya, hanya biarkan saja dia berbicara melalui tatapan mata-Hari ini adalah hari dimana murid kelas 10 akan melakukan study tour. Mereka terlihat antusias untuk memulai perjalanan. Ada yang membawa alat musik, novel, dan bekal makanan yang banyak untuk mengisi waktu di bus agar tidak bosan.Ziya duduk di kursi bagian tengah tepat di samping jendela. Ia duduk bersama teman sekelasnya yang paling pendiam. Temannya tersebut lebih memilih mendengarkan musik dengan headphone yang dibawanya daripada ngobrol bersama Ziya. Ziya juga memilih mengeluarkan ponselnya dan menyibukkan diri berkirim pesan dengan Nanda yang berbeda bus dengannya. Ternyata Nanda merasakan kegabutan yang sama sepertinya.Pembagian bus memang berdasarkan kelas. Satu bus berisi dua kelas. Kelas Ziya bersama dengan kelas IPS 5 yang sangat ramai. Sementara kelas Nanda satu bus d
-Aku sudah sering merasakannya, jadi tidak salah lagi, ini adalah cinta-Tujuan pertama study tour adalah salah satu pantai terkenal di Jogja. Ziya sangatlah menyukai pantai, tetapi hari ini ia berpikir ulang untuk menyukainya. Di tangannya terdapat beberapa lembar kertas yang terdiri dari tugas kimia, fisika, biologi, untuk melakukan pengamatan pantai. Tugas anak IPS berbeda dengan anak IPA, anak IPS disuruh untuk mengamati kegiatan ekonomi di sekitar pantai beserta mitos dan sejarah pantai tersebut.Banyak murid-murid yang mengeluh. Pantainya terlalu indah untuk diabaikan demi mengerjakan tugas. Ziya menghela napasnya malas. Nanda menghampirinya mengajak mengerjakan tugas tersebut bersama-sama. Tugas tersebut memang bukanlah tugas kelompok, jadi bisa dikerjakan dengan siapa saja.Ketika sedang asyik mengamati kepiting yang sedang menggali membuat lubang di pasir, ada topi pantai yang mendarat
-Ketika rasa sedikit demi sedikit mulai disadari, disitulah ujian dimulai-Ziya dan Nanda makan siang di sebuah warung makan Malioboro. Setelah dari museum, mereka pergi ke Malioboro dan diberi waktu sekitar tiga jam untuk bermain-main. Nanda yang seorang pecinta kuliner mengajak Ziya untuk berburu makanan di sepanjang Malioboro.Ziya mengikuti saja, ia juga ingin membeli banyak hal yang bisa dibawa untuk oleh-oleh. Ia ingin membeli lumpia dan bakpia nanti ketika mau pulang. Saat ini mereka menikmati sepiring gudheg lengkap dengan tempe goreng serta es teh.Dari dulu memang Ziya ingin sekali pergi ke Jogja, terutama naik kereta api. Ia sering melihat postingan-postingan di media sosial mengenai keindahan dan keragaman kuliner Jogja. Baru saat ini ia bisa menikmatinya bersama sahabatnya.“Zee, tadi aku lihat banyak banget foto kamu di kameranya Regar.” Ziya hampir tersedak mendeng
-Aku tak pernah mengharap hal yang besar sebelumnya, tapi bolehkah jika aku berharap kelak akan selalu melihat senyum indahmu selamanya?-Liburan semester memang hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap pelajar. Waktu yang cukup baik digunakan untuk melepas penat, bercengkerama bersama keluarga, atau untuk sekedar menyenangkan diri sendiri.Tetapi tidak dengan Ziya yang cukup merasa bosan karena justru ditinggal ayahnya ke luar kota. Ibunya ikut sibuk mengurusi acara pernikahan anak tetangga. Sementara dirinya hanya di rumah sendiri karena sudah pasti adiknya akan menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya.Nanda dan keluarganya sibuk mengurus kepindahan Farhan yang akan berkuliah di Jogja. Tidak mungkin sekali ia akan mengajak Regar untuk pergi main. Ya kali hanya berdua, pasti ia akan mendengar banyak gunjingan.Karena sudah cukup lama Ziya hanya tinggal di rumah saja, ia memutusk
-Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.
-Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.
-Seseorang akan menjadi istimewa di mata orang yang mengaguminya-Kehidupan sekolah memanglah hal yang sangat menyenangkan bagi sebagian orang. Bukan, bukan mata pelajaran dan segala tugas-tugasnya yang menyenangkan. Melainkan suasananya.Terkadang banyak anak yang lebih memilih sekolah, akan tetapi jam kosong, daripada libur. Setidaknya ketika jam kosong di sekolah masih bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman. Beda kalau libur, belum tentu boleh main ke luar.Mungkin dahulu, Ziya tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Mau itu sekolah ataupun libur, sama saja baginya. Karena dulu ia tidak memiliki teman dekat untuk sekedar diajak pergi menghabiskan waktu.Tetapi kini, kehadiran Nanda dan Regar membuatnya lebih semangat menjalani hari-hari di sekolah. Terlebih lagi kini mereka sekelas.“Jadi anak-anak, karena kelas kita ini adalah kelas paling unggul, jadi
-Seseorang akan menjadi istimewa di mata orang yang mengaguminya-Kehidupan sekolah memanglah hal yang sangat menyenangkan bagi sebagian orang. Bukan, bukan mata pelajaran dan segala tugas-tugasnya yang menyenangkan. Melainkan suasananya.Terkadang banyak anak yang lebih memilih sekolah, akan tetapi jam kosong, daripada libur. Setidaknya ketika jam kosong di sekolah masih bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman. Beda kalau libur, belum tentu boleh main ke luar.Mungkin dahulu, Ziya tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Mau itu sekolah ataupun libur, sama saja baginya. Karena dulu ia tidak memiliki teman dekat untuk sekedar diajak pergi menghabiskan waktu.Tetapi kini, kehadiran Nanda dan Regar membuatnya lebih semangat menjalani hari-hari di sekolah. Terlebih lagi kini mereka sekelas.“Jadi anak-anak, karena kelas kita ini adalah kelas paling unggul, jadi
-Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.
-Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.
-Aku tak pernah mengharap hal yang besar sebelumnya, tapi bolehkah jika aku berharap kelak akan selalu melihat senyum indahmu selamanya?-Liburan semester memang hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap pelajar. Waktu yang cukup baik digunakan untuk melepas penat, bercengkerama bersama keluarga, atau untuk sekedar menyenangkan diri sendiri.Tetapi tidak dengan Ziya yang cukup merasa bosan karena justru ditinggal ayahnya ke luar kota. Ibunya ikut sibuk mengurusi acara pernikahan anak tetangga. Sementara dirinya hanya di rumah sendiri karena sudah pasti adiknya akan menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya.Nanda dan keluarganya sibuk mengurus kepindahan Farhan yang akan berkuliah di Jogja. Tidak mungkin sekali ia akan mengajak Regar untuk pergi main. Ya kali hanya berdua, pasti ia akan mendengar banyak gunjingan.Karena sudah cukup lama Ziya hanya tinggal di rumah saja, ia memutusk
-Ketika rasa sedikit demi sedikit mulai disadari, disitulah ujian dimulai-Ziya dan Nanda makan siang di sebuah warung makan Malioboro. Setelah dari museum, mereka pergi ke Malioboro dan diberi waktu sekitar tiga jam untuk bermain-main. Nanda yang seorang pecinta kuliner mengajak Ziya untuk berburu makanan di sepanjang Malioboro.Ziya mengikuti saja, ia juga ingin membeli banyak hal yang bisa dibawa untuk oleh-oleh. Ia ingin membeli lumpia dan bakpia nanti ketika mau pulang. Saat ini mereka menikmati sepiring gudheg lengkap dengan tempe goreng serta es teh.Dari dulu memang Ziya ingin sekali pergi ke Jogja, terutama naik kereta api. Ia sering melihat postingan-postingan di media sosial mengenai keindahan dan keragaman kuliner Jogja. Baru saat ini ia bisa menikmatinya bersama sahabatnya.“Zee, tadi aku lihat banyak banget foto kamu di kameranya Regar.” Ziya hampir tersedak mendeng
-Aku sudah sering merasakannya, jadi tidak salah lagi, ini adalah cinta-Tujuan pertama study tour adalah salah satu pantai terkenal di Jogja. Ziya sangatlah menyukai pantai, tetapi hari ini ia berpikir ulang untuk menyukainya. Di tangannya terdapat beberapa lembar kertas yang terdiri dari tugas kimia, fisika, biologi, untuk melakukan pengamatan pantai. Tugas anak IPS berbeda dengan anak IPA, anak IPS disuruh untuk mengamati kegiatan ekonomi di sekitar pantai beserta mitos dan sejarah pantai tersebut.Banyak murid-murid yang mengeluh. Pantainya terlalu indah untuk diabaikan demi mengerjakan tugas. Ziya menghela napasnya malas. Nanda menghampirinya mengajak mengerjakan tugas tersebut bersama-sama. Tugas tersebut memang bukanlah tugas kelompok, jadi bisa dikerjakan dengan siapa saja.Ketika sedang asyik mengamati kepiting yang sedang menggali membuat lubang di pasir, ada topi pantai yang mendarat
-Seseorang mungkin tak pernah jujur akan perasaannya, hanya biarkan saja dia berbicara melalui tatapan mata-Hari ini adalah hari dimana murid kelas 10 akan melakukan study tour. Mereka terlihat antusias untuk memulai perjalanan. Ada yang membawa alat musik, novel, dan bekal makanan yang banyak untuk mengisi waktu di bus agar tidak bosan.Ziya duduk di kursi bagian tengah tepat di samping jendela. Ia duduk bersama teman sekelasnya yang paling pendiam. Temannya tersebut lebih memilih mendengarkan musik dengan headphone yang dibawanya daripada ngobrol bersama Ziya. Ziya juga memilih mengeluarkan ponselnya dan menyibukkan diri berkirim pesan dengan Nanda yang berbeda bus dengannya. Ternyata Nanda merasakan kegabutan yang sama sepertinya.Pembagian bus memang berdasarkan kelas. Satu bus berisi dua kelas. Kelas Ziya bersama dengan kelas IPS 5 yang sangat ramai. Sementara kelas Nanda satu bus d
-Kita tidak akan pernah tahu jika ada sebuah keberhasilan apabila tidak berani mencoba- Rumah merupakan tempat paling menyenangkan bagi Ziya. Memang ia hanya dua bersaudara, adiknya juga baru kelas 6 sekolah dasar. Justru malah itu letak kebahagiaannya. Ia tidak memiliki teman sebaya di lingkungan sekitarnya, jadi hanya melihat-lihat adiknya bermain bersama teman-temannya. Ziya tertawa ngakak setiap adiknya memanggil orang yang menurutnya terkenal lewat di depan rumah. Teringat akan masa kecilnya dulu, kalau pulang sekolah bersama teman-temannya saat SD setiap ada anak SMA yang tampan pasti dipanggil-panggil entah tahu darimana namanya. “Heh panggil-panggil sok kenal banget. Tau namanya darimana dek?” tanya Ziya pada adiknya sambil tertawa-tawa. Adiknya nyengir menanggapi Ziya. “Dari temen adek lah kak, dia tetangganya mas Bowo kok.” Ziya tertawa lagi. Sama persis dengannya saat masih SD dulu. Bahkan waktu
Tiga hal yang penuh kejutan yang akan kita temui nantinya, yaitu jodoh, rezeki, dan maut. Entah nanti yang datang pada kita lebih dahulu yang mana, jodoh dahulu, rezeki dahulu, atau bahkan malah maut terlebih dahulu. Kita harus benar-benar mempersiapkannya, jangan terlalu fokus mengejar jodoh, persiapkan juga untuk bekal kematian. Ziya tergugu. Terkadang ia ingin sekali fokus mempersiapkan bekal akhirat, tetapi ternyata banyak sekali godaan duniawi, termasuk godaan dengan perasaannya. Jika ia benar-benar berniat untuk melupakan perasaannya, apakah bisa? Hah. Ziya menggelengkan kepalanya, kita tidak akan pernah tahu hasilnya jika tak pernah mencoba. Selesai Tausiyah, Ziya dan teman-temannya kembali ke ruangan. “Zee, aku juga pengen deh punya banyak hafalan Al-Qur’an, gimana kalau kita saling membantu, aku satu juz aja belum hafal, kalau minta tolong kakakku males banget, galak banget dia,” kata Nanda sambil berjala