-Aku sudah sering merasakannya, jadi tidak salah lagi, ini adalah cinta-
Tujuan pertama study tour adalah salah satu pantai terkenal di Jogja. Ziya sangatlah menyukai pantai, tetapi hari ini ia berpikir ulang untuk menyukainya. Di tangannya terdapat beberapa lembar kertas yang terdiri dari tugas kimia, fisika, biologi, untuk melakukan pengamatan pantai. Tugas anak IPS berbeda dengan anak IPA, anak IPS disuruh untuk mengamati kegiatan ekonomi di sekitar pantai beserta mitos dan sejarah pantai tersebut.
Banyak murid-murid yang mengeluh. Pantainya terlalu indah untuk diabaikan demi mengerjakan tugas. Ziya menghela napasnya malas. Nanda menghampirinya mengajak mengerjakan tugas tersebut bersama-sama. Tugas tersebut memang bukanlah tugas kelompok, jadi bisa dikerjakan dengan siapa saja.
Ketika sedang asyik mengamati kepiting yang sedang menggali membuat lubang di pasir, ada topi pantai yang mendarat di kepala Ziya. Ziya menengadahkan kepalanya untuk melihat siapa yang melakukannya. Ternyata Regar yang kini sedang berdiri di sampingnya sambil tersenyum manis. Ziya mengamati sekeliling mencari Nanda tetapi tidak ada.
“Nanda lagi beli es kelapa muda tadi, apa kamu gak kepanasan?” Ziya hendak melepas topi yang dipakainya tetapi ditahan oleh Regar. “Pakai aja, takutnya nanti orangtua kamu pangling pas pulang gara-gara anaknya gosong di pantai.” Ziya menghela napas pasrah. Ia memang kepanasan daritadi tapi ditahannya.
“Ini tadi kamu beli?” Regar tertawa mendengar pertanyaan Ziya.
“Ya belilah, masa nyolong di pantai terbuka gini.” Ziya bersungut-sungut mendengarnya. Ia lalu membuka sling bagnya dan mengeluarkan dompet.
“Berapa harganya? Biar aku ganti.” Regar terkesiap. Ia tidak menyangka Ziya berpikir begitu. Ia ikhlas membelinya untuk Ziya.
“Apaan sih topi doang, duitnya buat beliin aku es kelapa muda aja nanti.” kata Regar sambil merebut dompet di tangan Ziya lalu memasukkannya lagi ke tas milik Ziya.
“Udah gak usah, ayo tak ajak ke tikar sana, istirahat bentar Zee, ayo Regar ikut juga, udah aku beliin es kelapa muda buat kalian.” Nanda menarik tangan Ziya dan mengajak Regar. Ia memang sengaja membeli untuk Regar sekalian. Nanda menyindir Ziya sambil menepuk-nepuk topinya. Ia memang sudah persiapan membawa topi dari rumah, tidak seperti Ziya yang bahkan tidak kepikiran sama sekali untuk membawa topi. Ziya memutar bola matanya malas melihat tingkah sahabatnya itu.
***
Pantai memang selalu identik dengan es kelapa muda. Hal tersebut dilatarbelakangi dahulu banyak pohon kelapa tumbuh di sepanjang garis pantai. Selain itu, terik matahari yang bersinggungan langsung dengan pasir pantai membuat orang-orang yang berjalan di atas pasir merasakan dahaga yang lebih dari biasanya. Sehingga es kelapa muda menjadi salah satu jawaban paling efektif untuk meredakannya.
Setelah menghabiskan es kelapa muda utuh, Ziya, Nanda, dan Regar kembali untuk mengerjakan tugasnya. Sebenarnya tugas mereka tinggal sedikit lagi selesai, setelah itu ingin bermain-main di pantai karena waktu yang diberikan sekolah tinggal satu jam lagi. Setelah dari pantai, mereka akan pindah ke sebuah museum di Jogja.
“Sini kalian aku fotoin,” ucap Regar yang sedari tadi memang membawa kamera kemana-mana.
“Gak ah, jelek banget aku,” Ziya menolak karena ia malu difoto oleh laki-laki. Padahal biasanya kalau sama Nanda dimanapun dan kapanpun mereka akan berfoto ria.
“Tenang aja, sekarang udah jamannya edit foto kok, bisa dipercantik nanti,” Ziya mencibir.
“Kenapa sih kamu dukung banget kita buat foto-foto?” tanya Ziya sambil menulis jawaban untuk soal terakhirnya yang belum dikerjakan. Sementara Nanda menjadi penonton setia melihat pertengkaran dua muda mudi yang tampaknya tengah dimabuk asmara.
“Ya karena aku tahu itu yang kalian butuhi saat ini wahai para perempuan, background pantai, OOTD bagus, kurang apa lagi coba, udah ah, mumpung ada fotografer gratis juga,” paksa Regar sambil mendorong Nanda ke arah Ziya untuk mengambil pose. Nanda pasrah saja, begitupun dengan Ziya.
Mereka asyik berfoto-foto, tak jarang juga mereka berfoto bersama dengan meminta tolong teman lain untuk mengambil gambarnya. Dasar perempuan, bagaimanapun menolaknya tadi, kalau sudah berhadapan dengan kamera secara langsung juga akan terus mengambil gaya seolah tiada habisnya.
“Sini gantian kalian berdua aku fotoin,” ujar Nanda sambil merebut kamera di tangan Regar. Regar tersenyum bangga karena kepekaan Nanda yang cukup tinggi. Sementara Ziya pasrah saja, toh jika ia menolak pasti masih akan terus dipaksa. Ia sudah cukup lelah untuk berdebat.
Nanda tersenyum melihat beberapa hasil jepretannya sambil mengirimkan hasilnya ke ponselnya. Menurut Nanda, sahabatnya itu sangat cocok apabila disandingkan dengan Regar. Sifatnya yang kalem bisa mengimbangi Regar yang cukup pecicilan. Tetapi ia tak bisa apa-apa selain mendoakan yang terbaik untuk sahabatnya tersebut.
“Eh Nanda, sekalian fotoin aku sama Regar ya, Ziya bisa tolong minggir dulu?” ucap seseorang yang entah datang dari mana. Ziya menegang mendengarnya. Regar mengepalkan tangannya menahan amarah. Sementara Nanda sudah ingin melemparkan kamera yang dipegangnya pada orang yang menginterupsinya tadi. Yumna. Seseorang yang pernah disukai Regar, dan juga dewi dari SMA mereka.
“Wah, ada pangeran dan putri bersanding, mereka berdua sangat cocok.” Kasak-kusuk terdengar dari beberapa orang yang melintas di sekitar mereka. Nanda maju mendekati teman-teman Yumna yang tadi menemani Yumna.
“Nih kalian fotoin aja, aku mau lanjut ngerjain tugas,” ucap Nanda lalu menarik tangan Ziya menjauhi mereka. Regar memandang kepergian mereka dengan tatapan hampa dan amarah yang menumpuk pada Yumna dan teman-temannya. Regar merasa bahwa akhir-akhir ini Yumna sangat gencar mendekatinya. Padahal dahulu ia seperti sampah di mata Yumna.
“Ayo foto bareng dong kalian berdua, ya ampun cocok banget,” celetuk salah satu guru yang berada di dekat mereka. Regar hanya bisa pasrah karena banyak mata yang memperhatikan mereka. Setelah mendapatkan beberap gambar, Regar merebut kameranya dan berlari meninggalkan mereka untuk mencari Ziya.
-Ketika rasa sedikit demi sedikit mulai disadari, disitulah ujian dimulai-Ziya dan Nanda makan siang di sebuah warung makan Malioboro. Setelah dari museum, mereka pergi ke Malioboro dan diberi waktu sekitar tiga jam untuk bermain-main. Nanda yang seorang pecinta kuliner mengajak Ziya untuk berburu makanan di sepanjang Malioboro.Ziya mengikuti saja, ia juga ingin membeli banyak hal yang bisa dibawa untuk oleh-oleh. Ia ingin membeli lumpia dan bakpia nanti ketika mau pulang. Saat ini mereka menikmati sepiring gudheg lengkap dengan tempe goreng serta es teh.Dari dulu memang Ziya ingin sekali pergi ke Jogja, terutama naik kereta api. Ia sering melihat postingan-postingan di media sosial mengenai keindahan dan keragaman kuliner Jogja. Baru saat ini ia bisa menikmatinya bersama sahabatnya.“Zee, tadi aku lihat banyak banget foto kamu di kameranya Regar.” Ziya hampir tersedak mendeng
-Aku tak pernah mengharap hal yang besar sebelumnya, tapi bolehkah jika aku berharap kelak akan selalu melihat senyum indahmu selamanya?-Liburan semester memang hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap pelajar. Waktu yang cukup baik digunakan untuk melepas penat, bercengkerama bersama keluarga, atau untuk sekedar menyenangkan diri sendiri.Tetapi tidak dengan Ziya yang cukup merasa bosan karena justru ditinggal ayahnya ke luar kota. Ibunya ikut sibuk mengurusi acara pernikahan anak tetangga. Sementara dirinya hanya di rumah sendiri karena sudah pasti adiknya akan menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya.Nanda dan keluarganya sibuk mengurus kepindahan Farhan yang akan berkuliah di Jogja. Tidak mungkin sekali ia akan mengajak Regar untuk pergi main. Ya kali hanya berdua, pasti ia akan mendengar banyak gunjingan.Karena sudah cukup lama Ziya hanya tinggal di rumah saja, ia memutusk
-Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.
-Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.
-Seseorang akan menjadi istimewa di mata orang yang mengaguminya-Kehidupan sekolah memanglah hal yang sangat menyenangkan bagi sebagian orang. Bukan, bukan mata pelajaran dan segala tugas-tugasnya yang menyenangkan. Melainkan suasananya.Terkadang banyak anak yang lebih memilih sekolah, akan tetapi jam kosong, daripada libur. Setidaknya ketika jam kosong di sekolah masih bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman. Beda kalau libur, belum tentu boleh main ke luar.Mungkin dahulu, Ziya tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Mau itu sekolah ataupun libur, sama saja baginya. Karena dulu ia tidak memiliki teman dekat untuk sekedar diajak pergi menghabiskan waktu.Tetapi kini, kehadiran Nanda dan Regar membuatnya lebih semangat menjalani hari-hari di sekolah. Terlebih lagi kini mereka sekelas.“Jadi anak-anak, karena kelas kita ini adalah kelas paling unggul, jadi
-Ada kalanya, seorang anak manusia ingin dicinta dengan mengabaikan realita yang ada.- Kata orang, cinta itu buta. Tidak memandang harta, rupa, maupun kasta. Faktanya? Kebanyakan mereka masih memandang ketiga hal tersebut. Bagi para wanita, lelaki yang tampan dan mapan tetaplah menjadi idaman. Begitu pula bagi seorang lelaki, wanita yang rupawan dan menawan adalah sosok yang selalu diimpikan. Lantas bagaimana dengan seorang gadis yang bahkan tak berani bermimpi mendapatkan pasangan yang terlalu tinggi. Terlalu sadar diri akan keadaan yang ia miliki. Sebagai cucu tertua dari sebuah keluarga besar, Ziya memikul beban yang cukup berat di pundaknya. Ia harus bisa menjadi teladan bagi adik-adik dan sepupu-sepupunya. Pertanyaan “Kapan menikah?” “Coba pacarnya dikenalin sini.” “Adik-adikmu itu lho sudah punya pasangan” sudah seperti makanan sehari-hari baginya. Statusnya sebagai seorang yang tidak memiliki kekasih bukanlah hal
Ziya keluar dari kelas tersebut. Ia menuju ke ruang panitia sambil menggerutu. Memangnya dia salah? Ia melewati jendela yang memantulkan dirinya. Apa karena ia tidak goodlooking? Temannya yang cantik tadi ditanya dengan nada yang lembut, bahkan mendapat tanda tangan dengan mudah. Sebenarnya Ziya bukan gadis yang gemuk atau terlalu kurus, ia pas-pasan malah. Tetapi karena di wajahnya terdapat beberapa jerawat, sehingga hal itu cukup mengurangi rasa percaya dirinya. Ia takut. Bagaimana jika di ruang panitia nanti ia juga tidak mendapatkan satu pun tanda tangan? Bagaimana jika nanti ia diperlakukan sama seperti tadi? Pikiran-pikiran tersebut sangat mengganggunya, sampai akhirnya ia menabrak seseorang dengan tidak sengaja. “Astaghfirullahaladzim, maaf mas, saya tidak sengaja,” kata Ziya sambil membantu memunguti kertas yang berserakan akibat dirinya. Menurut pengamatan Ziya, kertas-kertas tersebut adalah ijazah yang sudah dilegalisir.
-Ketika semuanya terasa abu-abu, hanya harapanlah yang bisa membuat rasa itu sedikit demi sedikit lebih membiru- Hari ini seperti biasa, Ziya sedang membaca buku sendiri di perpustakaan. Ia sangat menyukai buku. Bahkan di rumahnya pun tersedia perpustakaan keluarga yang isinya kebanyakan buku-buku yang ia sukai. Sebagai anak sulung dalam keluarga, ia seperti bertanggungjawab harus menguasai banyak ilmu pengetahuan. Sedari kecil, orangtuanya mendidiknya dengan keras. Maka tak heran jika ia selalu langganan mendapatkan peringkat atas di kelasnya, bahkan bisa masuk di SMA favorit dan kelas paling favorit juga. Sedikitpun Ziya tak pernah mempermasalahkan hal itu. Karena ia juga menikmatinya. Adiknya yang kini masih SD digadang-gadang akan dimasukkan ke pesantren seperti keinginan ayahnya. Ayahnya ingin jika salah satu dari putrinya harus masuk ke pesantren. Ziya pernah berpikir, mungkin agar seimbang antara dunia dan akhira
-Seseorang akan menjadi istimewa di mata orang yang mengaguminya-Kehidupan sekolah memanglah hal yang sangat menyenangkan bagi sebagian orang. Bukan, bukan mata pelajaran dan segala tugas-tugasnya yang menyenangkan. Melainkan suasananya.Terkadang banyak anak yang lebih memilih sekolah, akan tetapi jam kosong, daripada libur. Setidaknya ketika jam kosong di sekolah masih bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman. Beda kalau libur, belum tentu boleh main ke luar.Mungkin dahulu, Ziya tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Mau itu sekolah ataupun libur, sama saja baginya. Karena dulu ia tidak memiliki teman dekat untuk sekedar diajak pergi menghabiskan waktu.Tetapi kini, kehadiran Nanda dan Regar membuatnya lebih semangat menjalani hari-hari di sekolah. Terlebih lagi kini mereka sekelas.“Jadi anak-anak, karena kelas kita ini adalah kelas paling unggul, jadi
-Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.
-Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.
-Aku tak pernah mengharap hal yang besar sebelumnya, tapi bolehkah jika aku berharap kelak akan selalu melihat senyum indahmu selamanya?-Liburan semester memang hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap pelajar. Waktu yang cukup baik digunakan untuk melepas penat, bercengkerama bersama keluarga, atau untuk sekedar menyenangkan diri sendiri.Tetapi tidak dengan Ziya yang cukup merasa bosan karena justru ditinggal ayahnya ke luar kota. Ibunya ikut sibuk mengurusi acara pernikahan anak tetangga. Sementara dirinya hanya di rumah sendiri karena sudah pasti adiknya akan menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya.Nanda dan keluarganya sibuk mengurus kepindahan Farhan yang akan berkuliah di Jogja. Tidak mungkin sekali ia akan mengajak Regar untuk pergi main. Ya kali hanya berdua, pasti ia akan mendengar banyak gunjingan.Karena sudah cukup lama Ziya hanya tinggal di rumah saja, ia memutusk
-Ketika rasa sedikit demi sedikit mulai disadari, disitulah ujian dimulai-Ziya dan Nanda makan siang di sebuah warung makan Malioboro. Setelah dari museum, mereka pergi ke Malioboro dan diberi waktu sekitar tiga jam untuk bermain-main. Nanda yang seorang pecinta kuliner mengajak Ziya untuk berburu makanan di sepanjang Malioboro.Ziya mengikuti saja, ia juga ingin membeli banyak hal yang bisa dibawa untuk oleh-oleh. Ia ingin membeli lumpia dan bakpia nanti ketika mau pulang. Saat ini mereka menikmati sepiring gudheg lengkap dengan tempe goreng serta es teh.Dari dulu memang Ziya ingin sekali pergi ke Jogja, terutama naik kereta api. Ia sering melihat postingan-postingan di media sosial mengenai keindahan dan keragaman kuliner Jogja. Baru saat ini ia bisa menikmatinya bersama sahabatnya.“Zee, tadi aku lihat banyak banget foto kamu di kameranya Regar.” Ziya hampir tersedak mendeng
-Aku sudah sering merasakannya, jadi tidak salah lagi, ini adalah cinta-Tujuan pertama study tour adalah salah satu pantai terkenal di Jogja. Ziya sangatlah menyukai pantai, tetapi hari ini ia berpikir ulang untuk menyukainya. Di tangannya terdapat beberapa lembar kertas yang terdiri dari tugas kimia, fisika, biologi, untuk melakukan pengamatan pantai. Tugas anak IPS berbeda dengan anak IPA, anak IPS disuruh untuk mengamati kegiatan ekonomi di sekitar pantai beserta mitos dan sejarah pantai tersebut.Banyak murid-murid yang mengeluh. Pantainya terlalu indah untuk diabaikan demi mengerjakan tugas. Ziya menghela napasnya malas. Nanda menghampirinya mengajak mengerjakan tugas tersebut bersama-sama. Tugas tersebut memang bukanlah tugas kelompok, jadi bisa dikerjakan dengan siapa saja.Ketika sedang asyik mengamati kepiting yang sedang menggali membuat lubang di pasir, ada topi pantai yang mendarat
-Seseorang mungkin tak pernah jujur akan perasaannya, hanya biarkan saja dia berbicara melalui tatapan mata-Hari ini adalah hari dimana murid kelas 10 akan melakukan study tour. Mereka terlihat antusias untuk memulai perjalanan. Ada yang membawa alat musik, novel, dan bekal makanan yang banyak untuk mengisi waktu di bus agar tidak bosan.Ziya duduk di kursi bagian tengah tepat di samping jendela. Ia duduk bersama teman sekelasnya yang paling pendiam. Temannya tersebut lebih memilih mendengarkan musik dengan headphone yang dibawanya daripada ngobrol bersama Ziya. Ziya juga memilih mengeluarkan ponselnya dan menyibukkan diri berkirim pesan dengan Nanda yang berbeda bus dengannya. Ternyata Nanda merasakan kegabutan yang sama sepertinya.Pembagian bus memang berdasarkan kelas. Satu bus berisi dua kelas. Kelas Ziya bersama dengan kelas IPS 5 yang sangat ramai. Sementara kelas Nanda satu bus d
-Kita tidak akan pernah tahu jika ada sebuah keberhasilan apabila tidak berani mencoba- Rumah merupakan tempat paling menyenangkan bagi Ziya. Memang ia hanya dua bersaudara, adiknya juga baru kelas 6 sekolah dasar. Justru malah itu letak kebahagiaannya. Ia tidak memiliki teman sebaya di lingkungan sekitarnya, jadi hanya melihat-lihat adiknya bermain bersama teman-temannya. Ziya tertawa ngakak setiap adiknya memanggil orang yang menurutnya terkenal lewat di depan rumah. Teringat akan masa kecilnya dulu, kalau pulang sekolah bersama teman-temannya saat SD setiap ada anak SMA yang tampan pasti dipanggil-panggil entah tahu darimana namanya. “Heh panggil-panggil sok kenal banget. Tau namanya darimana dek?” tanya Ziya pada adiknya sambil tertawa-tawa. Adiknya nyengir menanggapi Ziya. “Dari temen adek lah kak, dia tetangganya mas Bowo kok.” Ziya tertawa lagi. Sama persis dengannya saat masih SD dulu. Bahkan waktu
Tiga hal yang penuh kejutan yang akan kita temui nantinya, yaitu jodoh, rezeki, dan maut. Entah nanti yang datang pada kita lebih dahulu yang mana, jodoh dahulu, rezeki dahulu, atau bahkan malah maut terlebih dahulu. Kita harus benar-benar mempersiapkannya, jangan terlalu fokus mengejar jodoh, persiapkan juga untuk bekal kematian. Ziya tergugu. Terkadang ia ingin sekali fokus mempersiapkan bekal akhirat, tetapi ternyata banyak sekali godaan duniawi, termasuk godaan dengan perasaannya. Jika ia benar-benar berniat untuk melupakan perasaannya, apakah bisa? Hah. Ziya menggelengkan kepalanya, kita tidak akan pernah tahu hasilnya jika tak pernah mencoba. Selesai Tausiyah, Ziya dan teman-temannya kembali ke ruangan. “Zee, aku juga pengen deh punya banyak hafalan Al-Qur’an, gimana kalau kita saling membantu, aku satu juz aja belum hafal, kalau minta tolong kakakku males banget, galak banget dia,” kata Nanda sambil berjala