“Baik, Nona,” sahut Stevan. Ia maju beberapa langkah ke depan. “Waktumu sudah habis, Thomas.”
Thomas kembali berjalan ke tengah halaman.
“Sekarang kau akan masuk ke tes terakhir. Kami akan menguji kemampuan beladirimu. Kau akan berhadapan dengan pengawal satu lawan satu, satu lawan tiga dan satu lawan lima. Kua siap?”
Thomas mengangguk.
“Dan jika kau berhasil melewati tes itu dengan baik, kau akan berhadapan denganku di akhir ujianmu. Aku dan Nona Caraline akan memutuskan kau pantas untuk menjadi pengawal pribadi Tuan Deric atau tidak.”
Thomas kembali mengangguk.
“Peraturannya sederhana, yang pertama kali jatuh dan tidak bisa bangkit dalam hitungan lima, dia akan akan kalah. Jika kau tidak berhasil membuat lawanmu jatuh dalam waktu yang ditentukan, kau akan dianggap kalah,” jelas Stevan, “bersiaplah, Thomas.”
Stevan memberikan kode pada salah satu pengawal untuk m
“Kau menang,” ucap Stevan yang langsung disambut tepukan dan sorakan dari para maid.Kali ini, Caraline ikut bertepuk tangan meski wajahnya masih tampak dingin. Ia harus mengakui jika sosok yang dibawa Deric luar biasa. Hal yang membuatnya bingung adalah, dari mana pria itu bisa menemukan sosok Thomas? “Kau punya waktu istirahat sebanyak dua menit,” kata Stevan. Pria itu mulai membuka baju, menanggalkan kemeja hitamnya hingga menyisakan kaus tanpa lengan yang langsung memamerkan otot-ototnya yang besar. Untuk sekali lagi, para maid berteriak heboh.Caraline memutar bola mata, menatap Deric dengan jengkel. Jika Thomas berhasil mengalahkan Stevan, mau tak mau ia harus menerima usulan pria itu. Sejujurnya, ia masih ragu meski kemampuan Thomas benar-benar luar biasa. Apa Thomas bisa dipercaya?“Aku jadi tidak sabar untuk menunggu pertarungan terakhir,” kata Deric, “ini benar-benar hiburan yang
“Thomas ... Thomas memenangkan pertandingan di detik-detik terakhir,” ujar pengawal yang bertugas memimpin pertandingan.Semua penonton diam selama beberapa detik karena terkejut. Akan tetapi, tak lama kemudian terdengar pekikan dan ucapan tepuk tangan yang membahana. Para pengawal tampak tidak percaya dengan kekalahan Stevan, tetapi di sisi lain, mereka tidak bisa melakukan protes karena Thomas adalah sosok yang juga luar biasa.“Terima kasih sudah menjadi lawanku. Aku berharap kita bisa bertanding lagi lain waktu.” Thomas bangkit dari tubuh Stevan, lalu mengulurkan tangan pada pria itu.Stevan tertawa singkat. Sesuatu yang sangat jarang ia lakukan seumur hidupnya. Ia meraih uluran tangan Thomas, lalu berdiri. “Aku akan membayar kekalahanku lain kali,” ujarnya.Stevan mengangkat tangan kanan Thomas, lalu berteriak, “Thomas sudah memenangkan pertandingan. Itu berari dia sudah berhasil melewati semua ujian.”
“Apa yang kau inginkan?” tanya Caraline ketus dengan posisi setengah memunggungi Deric. Pipinya merona karena membayangkan jika pria itu melakukan hal yang sama seperti yang sudah dirinya lakukan pada Deric beberapa waktu lalu.Menjadi budak Deric selama beberapa hari tentu bukan pilihan yang sulit, pikir Caraline. Lagi pula dirinya memang sudah diperbudak oleh pria itu selama ini.“Apa yang kau inginkan?” ulang Caraline sembari kembali menghadap Deric. Ia buru-buru mengalihkan pandangan ketika merasa wajahnya memanas.“Sejujurnya aku belum memikirkannya,” ungkap Deric.Caraline berdecak sebal. “Kau benar-benar menyebalka. Kau membuatku kehilangan waktuku yang berharga.”“Bagaimana jika kau ... menjadi kekasihku selama satu hari,” ucap Deric.“A-apa?” Caraline seketika membuka mata lebar-lebar. Jantungnya seperti melompat keluar saking terkejut mendengar ucapan Deric. Ka
Caraline sontak mendongak untuk melihat siapa yang berbicara barusan. Wanita itu dengan cepat bangkit saat melihat Catherine dengan angkuhnya berada di dekatnya. Ketika menoleh ke arah pintu, ia bisa melihat Helen baru saja tiba di ruangan.“Nona Caraline,” ucap Helen sembari mendekat dengan wajah tampak bersalah.“Apa yang kau inginkan, Catherine?” tanya Caraline ketus, “jangan membuat pagiku menjadi hancur seperti hidupmu.”Catherine mengembus napas panjang, menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Dibanding menjawab pertanyaan Caraline, ia justru lebih tertarik memandangi ruangan sepupunya. Sudah lama ia tidak berkunjung ke tempat ini. “Harus kuakui kau memiliki selera yang cukup bagus. Tapi sayangnya itu berbanding terbalik dengan hidupmu.”“Aku tidak ingin mendengar ocehanmu. Sebaiknya kau cepat pergi dari ruang kerjaku,” tegas Caraline sembari menunjuk pintu keluar.“Sepert
Catherine segera mengambil ponselnya. “Kau tidak berhak mengaturku lagi, Wilson!” “Apa yang sebenarnya kau pikirkan dengan menjadikan pria cacat itu sebagai layar ponselmu?” Wilson menggeleng penuh ketidakpercayaan. “Apa tidak ada laki-laki lain yang bisa kau pilih?”Beberapa pengawai kantor yang ada di sekitar lobi tiba-tiba menoleh. Untungnya, jendela mobil sudah ditutup. Catherine segera memberi kode pada sopir untuk segera meninggalkan gedung.“Itu bukan urusanmu, Wilson,” ketus Catherine.“Tentu saja itu urusanku, Catherine.” Wilson membalas sembari meraih bahu Catherine kuat-kuat. “Aku sudah memberikan peringatan keras padamu agar menjauh dari pria cacat itu, dan kau juga berkata padaku jika kau tidak memiliki rasa apa pun padanya. Tapi lihat sekarang, kau bahkan menjadikan foto pria cacat itu sebagai gambar ponselmu. Kau benar-benar sudah tidak waras! Apa kau ingin mati!
Stevan memanggil seorang pengawal ke dalam ruangan untuk membawakannya sebuah dokumen. Setelah map itu berada di tangannya, ia segera memberikan file itu pada Caraline.Caraline langsung membuka map tersebut dengan tergesa-gesa. Dokumen tersebut berisi lembaran foto dua bangunan kumuh, gambar mobil hitam yang diambil dari berbagai sudut, juga sketsa wajah seorang pria berjas hitam dan seorang pria yang berada di dalam sebuah mobil dengan kondisi wajahnya yang tertutup kain dan hanya memperlihatkan bola matanya saja.“Aku mengirim anak buahku ke lokasi markas para preman sesuai informasi dari para penjahat yang masih kita tahan. Aku juga mendapat sketsa dengan sketsa wajah pelaku perekrutan mereka berdasarkan keterangan,” jelas Stevan, “sayangnya, sampai saat ini kami belum menemukan orang-orang yang dimaksud.”Caraline segera memeriksa video yang dikirimkan Helen. “Mobil itu sama dengan mobil yang digunakan oleh pelaku penusukan itu
Thomas kembali diam untuk beberapa saat. Ia mengubah gaya duduk dengan maju beberapa senti dan menegakkan punggung agar lebih tegap. “Dari mana harus aku mulai?” tanyanya.Giliran Caraline yang mendadak diam. Wanita itu memang penasaran mengenai identitas orang tua Deric. Jadi ini kesempatan bagus untuk mengetahuinya. Ia hanya tahu bila keduanya sudah tiada. “Kau bebas mengatakannya dari mana pun.”“Baiklah.” Thomas menjeda beberapa saat. “Nama ayah Tuan Jacob adalah Joseph dan ibu Tuan Deric adalah Juliana. Mereka adalah orang tua yang amat penyayang dan pribadi yang luar biasa. Hanya saja, keduanya sudah tiada saat ini.”“Josep, Juliana, Jacob,” gumam Caraline dengan senyum tipis.“Keduanya dikebumikan di salah satu pemakaman di Kota Summertwon,” lanjut Thomas, “Tuan Jacob begitu sangat terluka saat kehilangan mereka. Namun, setelahnya Tuan Jacob berjanji pada keduanya untuk m
Waktu terasa begitu cepat berlalu. Malam ini adalah launching produk terbaru dari Mimiline Group dan Otopixel. Kabar mengenai acara tersebut berhasil menjadi buah bibir warganet di media sosial juga hampir semua masyarakat di negeri ini beberapa hari ini, terlebih ketika kabar burung mengenai kedatangan Henry Hulbert di acara tersebut tersebar.Beberapa pengamat serta selebriti diwawancarai terkait kabar tersebut. Hal itu kian menjadikan launching program baru tersebut menjadi topik panas yang dibahas setiap waktu. Saking ramainya program tersebut, beberapa pihak stasiun televisi bahkan berebut untuk memenangkan hak siar untuk menayangkan program tersebut.Para awak media juga tidak tinggal diam. Selain karena Henry Hulbert, hubungan Caraline dan Diego menjadi salah satu hal yang patut dikorek sedemikian rupa untuk mendatangkan pundi-pundi uang.Pelaksanaan lauching sendiri akan dilaksanakan di sebuah hotel mewah dengan dihadiri oleh b