"Pasangan? Oh maksudmu pasangan dansa?" tanya Anna.
"Bukan, maksudku pasangan asli, kau tau kan?"
"Oh bukan bukan, kau pasti salah mengira, aku dan Michael hanya sebatas sahabat..." ujar Anna, tak mau membuat gosip yang tidak tidak di sekitarnya.
"Oooo, baiklah aku mengerti..." ujar Victoria sambil tersenyum lega, seketika kekhawatirannya itu berubah menjadi kesenangan yang tak tertandingi, ini artinya, ia masih memiliki harapan untuk menarik perhatian Michael.
Tiba-tiba Anna teringat sesuatu, jika Victoria dan Brandon ada di sini, pasti Jevon juga ada di sini, seingatnya terakhir kali ia bertemu Adik laki-laki Brandon itu, ia menganggapnya sebagai Reva dan bukannya Anna.
"Gawat, kalau Jevon ada di sini, dia pasti akan memberitahu semua orang jika Reva datang," pikir Anna, mengingat Reva memberitahunya jika dirinya tak akan datang ke acara ini, semua bisa semakin kacau seketika.
"Eum Victoria, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Anna pada
Keesokan paginya Brandon seperti biasa sarapan terlebih dahulu dengan keluarganya sebelum ia berangkat ke perusahaannya beraama Victoria. "Brandon, sehabis kerja hari ini kamu pergi temui Reva ya, orangtuanya sudah sepakat, jika pertemuan ketiga kalian lebih cepat diadakan lebih baik..." ujar Nicholas, Ayah Brandon dengan santainya. "Baik Yah..." ujar Brandon, seketika pikirannya membayang pertemuannya dengan Anna, pasti Reva kembali menggunakan sahabatnya itu untuk menggantikannya, ini saat yang tepat untuk kembali mendekati Anna. "Kau yakin bisa pergi hari ini? Kemarin kau kembali lebih awal dari kita semua, jangan sampai kau batalkan pertemuan hari ini dengan Reva, itu hanya akan membuat nama keluarga kita buruk saja," ujar Nicholas kembali. Brandon terdiam, sekarang Ayahnya yang mengajarinya untuk menjaga nama baik keluarga, lucu rasanya mengingat ada nama keluarga lain yang dirugikan demi kebaikan keluarganya saat ini. Brandon merasa tak
"Ka kebetulan sekali, Kakak sudah selesai?" tanya Victoria dengan polos, seakan-akan ia tak mendengar perbincangan Kakaknya tadi. "S-Sejak kapan kamu di sini?" tanya Brandon, khawatir jika Victoria mendengar seluruh pembicaraannya dengan Anna. "Barusan tadi aku perlu konfirmasi sesuatu sama Jarvis, lalu saat aku keluar kau juga ada di luar..." ujar Victoria, ia tau betul ruang kerja Jarvis ada di samping ruang kerja Brandon, jadi itu bisa menjadi alasan yang masuk akal setidaknya. "Oooo...aku mengerti, baiklah..." "T-Tadi aku melihat ada seseorang yang baru saja pergi, d-dia Ka Anna yang sedang magang di rumah sakit bukan?" tanya Victoria ingin tau lebih dalam. "I-Iyaaa, dia hanya datang sebentar karena ada hal yang harus ia laporkan sebagai mahasiswa magang di sini," ujar Brandon. "Aneh...sudah jelas-jelas ada yang mereka tutupi dan hal itu berhubungan dengan Ka Reva, juga Jevon, aneh..." pikir Victoria. "Oh okeee okeee,
Sementara Brandon pergi, Victoria segera memasukki kamar Adiknya, Jevon, ia berusaha menggali seluruh informasi mengenai apapun yang ia ketahui. "Jev," "Iya masuk Ka..." ujar Jevon yang bahkan tak memalingkan sedikit pandangan dari handphone gamingnya itu. "Kakak mau tanya sesuatu, bentar aja," ujar Victoria yang kini telah duduk di samping Jevon. "Iya tanya apa Ka?" "Kamu tau sesuatu mengenai Ka Anna, Ka Reva atau hal semacamnya?" Seketika Jevon segera berhenti bermain dan mulai menatap ke arah Kakak perempuannya itu. "Heuhhh...mengapa semua orang mulai membahas mengenai Kakaknya Raditya sih..." ujar Jevon yang seketika teringat percakapannya dengan Brandon, jika ia tak akan memberitahu siapa-siapa mengenai pertemuannya dengan Anna. "Nah benar kan, kau pasti tau sesuatu mengenai Anna, Ka Anna, atau ya itu lah kau tau bukan? Sekarang Kakak mau kamu ceritakan semuanya oke?" "B-Bukan begitu, aku tidak bisa,
Victoria kala itu sedang melamun sambil memikirkan seluruh hal yang telah Jevon beritahukan padanya, ia merasa semua hal ini terlalu cepat baginya, ditambah ia benar-benar tak habis pikir jika selama ini Anna diam-diam sudah memiliki sebuah hubungan dengan Kakaknya Brandon. Karena keingintahuannya, Victoria bahkan tidak melahap makanan yang berada di depannya, ia hanya terus memainkan makanan itu sampai bentuknya sudah tak karuan. "Aku tau, pasti tak semudah itu Ka Brandon mau dijodohkan oleh Ka Reva, ya pantas saja jika ia mencari wanita lain yang sesuai dengan keinginannya, aku pun juga akan melakukan hal yang sama jika berada di posisinya...baguslah jika memang Ka Anna kini dekat dengan Ka Brandon, maka itu artinya tak ada apa-apa di antara Ka Michael dan Ka Anna," pikir Victora. "KRIEKKK..." tiba-tiba sebuah suara terdengar dengan kencang dari pintu utama. Victoria menoleh ke sumber suara tersebut, ia sedikit terkejut karena ternyata itu adalah Br
Anna menghela napas, ia mengerti. "Okeee-okeee, jadi apa rencanamu sekarang?" tanya Anna sambil menatap Reva. "Sepertinya aku akan berada di sini sampai...entahlah...kau tidak keberatan kan Ann?" tanya Reva, ia berharap sahabatnya itu membiarkan dirinya berada di situ sampai setidaknya ada titik terang, Reva tak bisa membayangkan apa yang akan dikatakan kedua orangtuanya saat ia memaksakan diri untuk kembali ke rumah tadi. "Iyaaa Rev, boleh tentu saja..." ujar Anna sambil tersenyum, selagi ia bisa, pintu kamarnya ini akan selaku terbuka bagi sahabatnya itu. Anna melihat ke sekitarnya, banyak sekali buku-buku kedokteran berserakan di sekitar lantai kamarnya. "T-Tetapi seperti yang kau lihat, kamar ini sungguh berantakan," ujar Anna, merasa tak enakan. Malam itu Reva melakukan aktivitasnya seperti biasa, hanya kali ini ia melakukannya di kamar Anna. Sepanjang malam Anna terus memikirkan bagaimana cara Reva akan menyelesaikan semua masala
"Aku serius," ujar Reva dengan nada dingin. "Lantas mengapa bukan perusahaanmu yang membantunya?" tanya Brandon. "Dia tak akan mau, lagi pula jika dia mau, aku juga tak akan bisa, Ayahku belum sepenuhnya memberikan kendali penuh perusahaan, sampai aku menikah nanti," "Okeee okeee sekarang aku mengerti, setelah kerja sama itu terjalin, berarti sudah tak ada apapun di antara kita," "Iyaaa benar...dan pastikan jangan sampai Gerry tau mengenai pembicaraan kita saat ini," ujar Reva. "Iya...kalau begitu biar aku minta bantuan teman jauhku untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan miliknya," ujar Brandon. "Oiya Rev, aku mau minta maaf soal kejadian waktu itu, seharusnya aku tidak menyalahkanmu," "Iyaaa santai saja, aku pun sudah lupa mengenai kejadian kemarin, hanya perusahan Gerry yang ada di pikiranku saat ini," "Baguslah...kau tau alasan utama mengapa Anna membatalkan perjanjian denganmu secepat itu?" tanya Brandon, inila
Dari kejauhan, terletak sebuah cafe yang berjarak tak terlalu jauh dari gedung rumah sakit yaitu Cafe Natural, cafe tersebut adalah salah satu tempat yang sedang hits hari-hari ini dan lumayan diminati oleh berbagai kalangan masyarakat di jakarta. Cafe itu memiliki fasilitas yang bisa dibilang cukup berbeda dari cafe-cafe lain pada umumnya, salah satu fasilitas paling unik adalah sebuah ruangan kapsul yang bisa memuat dua sampai delapan pengunjung sekaligus, dan bukan hanya itu saja, tersedia sebuah area rak buku yang dapat dibaca oleh para pengunjung ketika mereka sedang merasa bosan. Pada salah satu ruangan kapsul, terlihat Michael yang kini telah duduk sendirian. Selain dirinya ingin mengunjungi cafe itu, ia juga ingin menanyakan sesuatu hal pada Jasmine sahabatnya mengenai suatu hal yang berkaitan dengan Anna. Awalnya Michael ingin menceritakan perasaannya pada Anna ke Jasmine, namun lama-kelamaan ia pikir lebih baik mencari informasi yang ingin ia ketahui terleb
"K-Ke mana kita akan pergi?" tanya Anna pada Brandon, ia menatap perlahan ke sampingnya. "Ke rumahku..." ujar Brandon dengan sedikit nada tegas, laki-laki itu sama sekali tak menunjukkan keraguan dalam perkataannya. "Hah? K-Kau serius? U-Untuk apa kita pergi ke sana?" tanya Anna, dirinya benar-benar tak mengerti jalan pikiran Brandon. "Aku ingin memberitahukan sebuah hal yang berhubungan dengan keluargamu Ann, dan bukti-bukti yang kukumpulkan ada di sana..." ujar Brandon pada Anna. Sudah sejak lama Brandon ingin memberitahukan Anna mengenai hubungan keluarganya dengan keluarga Anna, selain dirinya tak mau menutupi hal ini dari gadis itu, Brandon juga berharap ia bisa mendapatkan informasi yang lebih banyak mengenai masalah perusahaan serta saham-saham di dalamnya. Anna bingung, karena seingatnya keluarga kandung yang ia miliki sekarang tidak pernah berurusan dengan keluarga orang lain, terutama keluarga Brandon. "Oooo..." jawab Anna de
“Kita tak akan pernah bisa bersama Brandon, kau tahu itu kan? A-Ayahmu tidak akan setuju, ditambah lagi bagaimana jika Ayahku tau jika aku…” Anna diam, tidak melanjutkan perkataannya. “Jika aku apa Ann?” tanya Brandon, wajahnya semakin mendekati Anna sampai-sampai membuat pipi Anna semakin memerah. “Jika selama ini aku me-nyu-ka-aimu—“ Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Brandon seketika langsung memeluk Anna, sambil mengekspresikan betapa bahagia dirinya dapat bertemu dengan Anna dan berakhir jatuh cinta dengan gadis tersebut. Sore itu Anna mengajak Brandon berjalan menuju taman rumah sakit menggunakan kursi roda, di sela-sela waktu tersebut, Anna melihat sebuah sosok berjas yang sangat tidak asing dalam benaknya. Saat sosok itu menoleh, ia batu tersadar jika orang itu adalah Jackson, pria itu adalah laki-laki yang dahulu ingin dijodohkan degannya sebelum Anna memulai kuliahnya. “Untuk apa dia ada di sini? Terkahir kali ia meneleponku dan sekarang dia datang ke sini?” pikir
Brandon juga tak lupa posisinya sebagai atasan, ia memutuskan untuk memberikan hadiah pada Anna karena ia telah membantu menyelamatkan nyawanya saat peristiwa sebelumnya.Mendapat informasi mengenai kepindahannya sebentar lagi menuju apartemen barunya, Anna segera mengucapkan terima kasih pada atasannya itu, namun ada satu hal yang masih mengganjal dalma pikiranya, yaitu salah satu alasannya ingin pindah ke apartemen yang kini juga menjadi tempat tinggal Brandon adalah karena ia sungguh ingin tahu keadaan Brandon.Tak butuh waktu lama bagi Anna untuk mengemas pindahannya itu. Kehidupannya kini serasa bukan yang dulu lagi, kamar megah yang berada di hadapannya membuatnya sangat tak layak untuk mendapatkan itu semua.“CTIIINGGG!” tiba-tiba sebuah pesan masuk, rupanya Brandon mengabari Anna jika gadis itu butuh bantuan maka dirinya persis ada di kamar tepat di samping kamar Anna.Hari itu Anna berusaha memberanikan diri untuk mengetuk kamar Brand
Sementara itu Ayah Brandon terlihat sedang menunggu kabar mengenai putranya di koridor rumah sakit, ia duduk di sebuah bangku yang terletak tepat di samping ruangan di mana Brandon sedang diperiksa.Di saat yang sama, Jarvis baru saja kembali setelah mengantar Anna menuju Jakarta, sehingga ia tak sengaja bertemu Nicholas, Ayah atasannya itu.Sejatinya setelah mendengar melihat Nicholas yang sedang duduk di bangku kursi rumah sakit, Jarvis segera menghentikan langkahnya dan ia tersenyum."Sepertinya rencana Pak Brandon kali ini berhasil untuk mengungkap semuanya," pikir Jarvis dalam hati.Saat itu juga, dokter yang menangani Brandon keluar. Segera Jarvis berusaha bertingkah jika seakan-seakan ia baru sampai di tepat itu dan tak sengaja berpapasan dengan Nicholas ketika hendak mendengarkan mengenai penjelasan dokter."Bagaimana dok keadaan Brandon anak saya?" tanya Nicholas yang terlihat cemas."Kondisinya baik-baik saja Pak, untung saja luka
Beberapa hari setelah menunggu Brandon akhirnya memberikan kabar jam berapa dirinya dan Anna akan berangkat, Anna pun segera bersiap-siap menunggu kehadiran Brandon untuk menjemputnya. Brandon sendiri saat ini sedang berada di dalam mobilnya, ia sungguh bingung apakah akan menceritakan semua yang sudah ia ketahui beserta rencana-rencananya, namun yang pasti sesampainya ia di kos-kosan Anna, pria itu memutuskan untuk tak menceritakan semuanya pada Anna. Dalam perjalanan kali ini berbeda seperi biasa, Anna dan Brandon sudah tak terlihat canggung seperti biasanya. Beberapa jam berlalu, jalanan yang sebelumnya tidak bisa dilewati oleh Jarvis dan Brandon, kini masih saja tertutup, Brandon sadar ada yang aneh dengan jalanan tersebut, semua ini pasti disengaja oleh orang-orang itu. Saat semua mobil berputar balik, mobil Brandonlah yang masih diam di sana, ia perlahan berusaha mengamati gerak-gerik orang tersebut. "Sepertinya konstruksinya belum seles
Lampu merah lagi-lagi menghiasi perjalanan Michael menuju tempat kos-kosannya, sialnya kali ini ia harus menunggu sekitar seratur dua puluh detik sampai lampu berubah warna menjadi hijau, ia pun memutuskan untuk melihat-lihat ke sekitarnya untuk menghilangkan rasa ngantuk dan rasa bosan yang ia rasakan.Pandangannya tertuju pada seorang gadis yang sedang memakai jaket hitam tepat tak jauh dari mobil yang ia kendarai. Entah mengapa sekilas ia melihat gadis itu, pikirannya mendadak membawanya pada Victoria karena Michael dapat merasakan betul ada sesuatu yabg mirip di antara kedua sosok itu.Michael pun memutuskan untuk mengamati gadis itu kembali, namun ia malah dikejutkan dengan fakta jika wajah gadis itu terlihat sangat mirip dengan Victoria."A-Apa j-jangan-jangan itu..."Michael dengan cepat segera memarkirkan mobilnya ke pinggir jalanan, ia terburu-buru turun dari mobilnya ingin mengecek apakah gadis barusan benar-benar Victoria atau bukan. Namu
"Baiklah itu saja?" tanya Anna yang sedari tadi masih memperhatikan Brandon."T-Tidak, aku menyuruhmu ke sini sekalian ingin mengajakmu untuk...eum...""Untuk apa?" tanya Anna."Untuk pergi denganku ke Depok," ujar Brandon.Anna hanya terdiam, ia bingung, jika dirinya pergi lantas apa yang harus ia katakan pada sahabat-sahabatnya, juga ia masih memiliki tanggung jawab untuk melakukan tugas jaga di rumah sakit."B-Bagaimana dengan Jarvis? B-Bukankah biasanya kau pergi dengannya?" tanya Anna, ia sungguh bingung sekaligus khawatir dirinya hanya akan membebani Brandon selama perjalanan."I-Iya, namun Jarvis memiliki kesibukan lain untuk menyelidiki lebih dalam mengenai orang-orang komplotan berpakaian hitam itu, jadi dari pada aku pergi sendiri, aku memutuskan untuk megajakmu bagaimana? tanya Brandon, sebenarnya Jarvis bisa saja ajak pergi meskipun asistennya itu sedang menjalankan pekerjaan lain, namun kali ini Brandon ingin Anna yang men
"Lalu bagaimana setelahnya?" tanya Michael kembali, rupanya ia masih tak mau menyerah."S-Setelahnya...aku hanya membantu Pak Brandon mengenai urusan yang berhubungan dengan rumah sakit, mungkin dari semua mahasiswa, dia mempercayaiku, itu saja," jelas Anna, semua yang ia katakan sebenarnya bisa dikaitkan dengan fakta yang sebenarnya.Setelah mendengar jawaban Anna, Michael merasa ia masih memiliiki kesempatan untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan Anna, lebih dari sekedar sahabat.Ia juga memberitahukan kepada sahabatnya itu untuk percaya kepadanya, Michael dapat menjamin jika hal yang ia lakukan ini hanya untuk memberikan ganjaran pada orang-orang yang telah melakukan korupsi terhadap beasiswa milik Anna itu, dan berita ini tak akan menyebar sampai ke publik, ia berjanji.Setelah hari pertemuannya dengan Anna dan Jasmine, Michael merasa entah mengapa hubungannya dengan Victoria semakin renggang.Biasanya setiap pagi, Victoria akan selalu meny
Seperti biasanya, siapa pun jika ingin masuk ke dalam ruangan Brandon, pasti harus mengetuk pintu terlebih dahulu. "Ya, masuk!" ujar Brandon dari dalam ruangan. Awalnya ia kira itu hanya Jarvis yang seperti biasa selalu membawakannya berkas-berkas perusahaan. Namun saat ia melihat bahwa orang yang datang ke ruangannya itu adalah Anna, tatapannya segera terpaku pada kemunculan gadis itu dari balik pintu. Brandon yang berdiri segera menyambut Anna. "A-Anna?" "Maaf mengganggu waktumu, aku ke sini untuk menanyakan mengenai hal yang ingin kau bicarakan kemarin," ujar Anna. Mendengar hal itu, Brandon segera menceritakan hal yang ia lihat waktu ia sedang dalam perjalanan dengan Jarvis menuju Depok untuk mendatangi lokasi sekretaris lama Ayahnya untuk mencari sertifikat saham Calvin. Ia menceritakan pada Anna jika sosok orang-orang yang ia temui di area jalanan saat itu terlihat sangat mirip bahkan sama dengan orang-orang yang waktu itu
Sesampainya di kamar, Anna mendadak terdiam. Entah mengapa ia merasa tidak enakan pada Michael, karena beasiswanya yang terputus, sahabatnya itu tiba-tiba saja menjadi terpangil untuk membantu dirinya.Tidak cuma sampai situ, Anna sendiri pun merasa bersalah pada Brandon, karena baru saja beberapa menit yang lalu dirinya seperti seakan-akan tak ingin mendengarkan sepatah kata pun yang keluar dari mulut pria itu.Sementara itu, Brandon di sisi lain memutuskan untuk segera kembali ke rumahnya setelah mendengar jika Anna menyuruhnya untuk menyimpan apa yang mau ia katakan sampai besok.Sebenarnya bukan hal itu yang membuatnya kepikiran, melainkan fakta jika ia baru saja melihat dengan mata kepalanya sendiri dari kejauhan dan juga dari foto yang dikirim oleh Victoria, jika Anna dan Michael memang menyimpan sesuatu di antara mereka."Kamu memang datang di waktu yang tidak tepat, bagaimana mungkin seseorang sepertimu yang baru ditemui oleh Anna, bisa menjalin h