"Aku serius," ujar Reva dengan nada dingin.
"Lantas mengapa bukan perusahaanmu yang membantunya?" tanya Brandon.
"Dia tak akan mau, lagi pula jika dia mau, aku juga tak akan bisa, Ayahku belum sepenuhnya memberikan kendali penuh perusahaan, sampai aku menikah nanti,"
"Okeee okeee sekarang aku mengerti, setelah kerja sama itu terjalin, berarti sudah tak ada apapun di antara kita,"
"Iyaaa benar...dan pastikan jangan sampai Gerry tau mengenai pembicaraan kita saat ini," ujar Reva.
"Iya...kalau begitu biar aku minta bantuan teman jauhku untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan miliknya," ujar Brandon.
"Oiya Rev, aku mau minta maaf soal kejadian waktu itu, seharusnya aku tidak menyalahkanmu,"
"Iyaaa santai saja, aku pun sudah lupa mengenai kejadian kemarin, hanya perusahan Gerry yang ada di pikiranku saat ini,"
"Baguslah...kau tau alasan utama mengapa Anna membatalkan perjanjian denganmu secepat itu?" tanya Brandon, inila
Dari kejauhan, terletak sebuah cafe yang berjarak tak terlalu jauh dari gedung rumah sakit yaitu Cafe Natural, cafe tersebut adalah salah satu tempat yang sedang hits hari-hari ini dan lumayan diminati oleh berbagai kalangan masyarakat di jakarta. Cafe itu memiliki fasilitas yang bisa dibilang cukup berbeda dari cafe-cafe lain pada umumnya, salah satu fasilitas paling unik adalah sebuah ruangan kapsul yang bisa memuat dua sampai delapan pengunjung sekaligus, dan bukan hanya itu saja, tersedia sebuah area rak buku yang dapat dibaca oleh para pengunjung ketika mereka sedang merasa bosan. Pada salah satu ruangan kapsul, terlihat Michael yang kini telah duduk sendirian. Selain dirinya ingin mengunjungi cafe itu, ia juga ingin menanyakan sesuatu hal pada Jasmine sahabatnya mengenai suatu hal yang berkaitan dengan Anna. Awalnya Michael ingin menceritakan perasaannya pada Anna ke Jasmine, namun lama-kelamaan ia pikir lebih baik mencari informasi yang ingin ia ketahui terleb
"K-Ke mana kita akan pergi?" tanya Anna pada Brandon, ia menatap perlahan ke sampingnya. "Ke rumahku..." ujar Brandon dengan sedikit nada tegas, laki-laki itu sama sekali tak menunjukkan keraguan dalam perkataannya. "Hah? K-Kau serius? U-Untuk apa kita pergi ke sana?" tanya Anna, dirinya benar-benar tak mengerti jalan pikiran Brandon. "Aku ingin memberitahukan sebuah hal yang berhubungan dengan keluargamu Ann, dan bukti-bukti yang kukumpulkan ada di sana..." ujar Brandon pada Anna. Sudah sejak lama Brandon ingin memberitahukan Anna mengenai hubungan keluarganya dengan keluarga Anna, selain dirinya tak mau menutupi hal ini dari gadis itu, Brandon juga berharap ia bisa mendapatkan informasi yang lebih banyak mengenai masalah perusahaan serta saham-saham di dalamnya. Anna bingung, karena seingatnya keluarga kandung yang ia miliki sekarang tidak pernah berurusan dengan keluarga orang lain, terutama keluarga Brandon. "Oooo..." jawab Anna de
Anna merasa seharusnya ia menolak ajakan Brandon tadi sebelumnya. Gedung besar megah dan mewah itu membuat Anna merasa dirinya tak seharusnya berada di sana. "S-Sepertinya kita tak seharusnya melakukan ini," ujar Anna sambil menatap ke arah Brandon, begitu juga sebaliknya. "Melakukan apa?" tanya Brandon dengan santainya. "Kau berniat untuk mengajakku masuk ke dalam kan?" tanya Anna. "Iyaaa, karena hal yang ingin kutunjukkan ada di kamarku," ujar Brandon berusaha meyakinkan Anna. "T-Tetapi orangtuamu pasti sedang menunggu di dalam..." ujar Anna, ia khawatir kedua orangtua Brandon berburuk sangka terhadapnya. "Tidak, tenang saja, Ayah dan Ibuku selalu pergi setiap hari dan mereka akan kembali nanti malam," "V-Victoria? Jevon?" "Victoria masih bekerja sampai malam nanti, dan Jevon, dia pasti sibuk berada di dalam kamarnya untuk bermain game sepanjang hari," ujar Brandon, ini benar-benar saat yang tepat untuk
Sementara itu, tepat pukul sembilan malam, Victoria terlihat sedang bersiap-siap ingin meninggalkan rumah sakit, namun sebelum ia angkat kaki dari situ, tak lupa dirinya ingin pamit pada Michael terlebih dahulu.Victoria terus menelusuri lorong rumah sakit untuk mencari keberadaan laki-laki itu, sampai akhirnya ia melihat ke sebuah ruangan di mana terlihat Michael sedang ketiduran akibat sebelumnya ia sibuk memeriksa data-data pasien yang telah ia periksa sebelumnya."Mic?" panggil Victoria pada Michael, namun Michael masih tertunduk menyandarkan kepalanya di atas meja.Victoria pun memutuskan untuk berjalan mendekat, lalu duduk tepat di depan kursi yang berada di depan meja tersebut. Sesekali ia melihat ke sekitarnya, berharap tak aada orang lain yang melihatnya hanya berduaan dengan Michael."Michael," panggil Victoria sekali lagi, namun rupanya panggilan keduanya itu sama sekali tak membuat Michael terbangun.michael yang sedang terlelap dalam m
Pukul lima pagi buta, Anna terlihat sudah siap dengan barang-barangnya, sesekali ia mengecek handphonenya karena terdapat notifikasi dari Brandon yang terus menanyakan kabar-kabar kecilnya seperti apakah Anna sudah, dirinya sedang apa dan sebagainya. Untuk sesaat Anna merasa senang, akhirnya ada orang yang peduli kepadanya selain kedua sahabatnya, Michael dan Jasmine. Bahkan mereka juga telah setuju akan menggantikan Anna selama ia pergi ke Bandung. Jadwal menunjukkan jika bus yang ia naiki akan datang pukul lima lebih sepuluh menit, bus itu setiap pagi memang selalu melewati jalanan besar di depan kos-kosannya, biasanya Anna hanya melihat bus itu lalu-lalang, dan kini ia tak percaya akan segera menaikinya. Selama berada di dalam perjalanan, Anna hanya terus bersandar ke jendela bus sambil melihat-lihat orang-orang yang sedang sibuk beraktivitas pagi itu. Tiga jam pun berlalu, bus yang ia naiki tiba-tiba berhenti, seketika Anna langsung membuka matany
Ayah Anna hanya terdiam, ia bingung saat memutuskan apakah ia akan memberitahukan hal yang telah dirinya rahasiakan selama ini dari anak-anaknya atau tidak. Namun sepertinya hal ini tidak dapat ditutupi lebih lama lagi, sudah saatnya Anna, putri sulungnya itu mengetahui apa yang terjadi padanya dahulu. Ayah Anna segera berjalan dengan tertatih-tatih karena umurnya yang sudah tua menuju salah satu ruangan lalu kembali keluar sambil membawa sebuah kotak tua kecil yang terlihat tak pernah tersentuh selama bertahun-tahun lamanya, bahkan pegangan kotak itu terlihat sudah berkarat jika dilihat dari kejauhan. Melihat hal itu, Anna segera duduk dan yakin jika akhirnya sang Ayah akan menceritakan semua rahasia mengenai saham itu. "Apa itu?" tanya Anna ingin tau. "Bukti-bukti dari hal yang ingin kau ketahui ada di sini..." ujar Ayah Anna, kali ini dengan nada yang lebih tenang dari sebelumnya, sepertinya sudah tak ada lagi cara untuk menutupi seluruh ra
“Baiklah…sekarang aku sudah mengerti semuanya…” ujar Anna pada Ayahnya.Sementara itu Michael di tempat lain melihat Victoria seperti biasanya, sebenarnya ia merasa cukup sedih hari ini karena ia tau Anna tak akan ada di sekitarnya, entah mengapa gadis itu hari-hari ini selalu menjadi tonggak perasaan semangatnya selama berada di rumah sakit.Saat kembali menatap Victoria ia kembali teringat kejadian tadi malam, bisa-bisanya ia tidak ingat akan kejadian tersebut untuk sesaat dan malah terpikirkan oleh Anna.Michael sadar perkataannya semalam sungguh memalukan, bisa-bisanya ia berkata seperti itu saat sedang tertidur ditambah ada Victoria di hadapannya, Michael pun hendak memberitahu Victoria jika semalam ia hanya melantur dan perkataan itu tak ditunjukkan untuk siapapun, Michael berniat beralasan jika kata-kata itu berasa dari dialog film yang pernah ia tonton sebelumnya“Ahhh mana mungkin Victoria percaya denga
Anna yang baru saja pamit dengan keluarganya untuk kembali ke Jakarta, kini nterlihat sedang melepas rindu dengan Ibu, Ayah dan juga Adiknya. 'Kamu baik-baik ya Ann di sana..." ujar Ibu Anna menasehati putri sulungnya itu. "Iyaaa Bu tenang saja..." ujar Anna sambil tersenyum. "Kamu jaga diri baik-baik di sana, jangan lupa akan kata-kata Ayah terhadap Nicholas dan juga keluarganya," ujar Ayah Anna dengan suara yang tidak terlalu keras, agar Jevon tidak mendengarnya. Anna mengangguk mengerti, meskipun dalam lubuk hatinya ia masih merasa tak enak hati jika harus terus-terusan mencurigai Brandon dan juga keluarganya. "Kalian semua baik-baik ya di sini, pasti saat libur nanti aku akan pulang," ujar Anna setelah ia habis memeluk Adik laki-lakinya. Kini Anna sadar, Ayahnya bukanlah sosok yang berhak ia salahkan atas seluruh kemerosotan ekonomi yng dialami oleh keluarganya, melainkan berkat Ayahnyalah Ibu Anna dapat melahirkan dengan fasilitas