Anna yang baru saja pamit dengan keluarganya untuk kembali ke Jakarta, kini nterlihat sedang melepas rindu dengan Ibu, Ayah dan juga Adiknya.
'Kamu baik-baik ya Ann di sana..." ujar Ibu Anna menasehati putri sulungnya itu.
"Iyaaa Bu tenang saja..." ujar Anna sambil tersenyum.
"Kamu jaga diri baik-baik di sana, jangan lupa akan kata-kata Ayah terhadap Nicholas dan juga keluarganya," ujar Ayah Anna dengan suara yang tidak terlalu keras, agar Jevon tidak mendengarnya.
Anna mengangguk mengerti, meskipun dalam lubuk hatinya ia masih merasa tak enak hati jika harus terus-terusan mencurigai Brandon dan juga keluarganya.
"Kalian semua baik-baik ya di sini, pasti saat libur nanti aku akan pulang," ujar Anna setelah ia habis memeluk Adik laki-lakinya.
Kini Anna sadar, Ayahnya bukanlah sosok yang berhak ia salahkan atas seluruh kemerosotan ekonomi yng dialami oleh keluarganya, melainkan berkat Ayahnyalah Ibu Anna dapat melahirkan dengan fasilitas
Dalam hatinya ia terus bertanya-tanya, mengapa seseorang seperti dirinya harus menghabiskan air matanya yang berharga hanya untuk laki-laki bernama Brandon, Anna benar-benar tidak memahami perasaannya sendiri. “Tidak Ann! Kau harus kuat, lihatlah ke depan, banyak peluang besar yang menantimu di sana, jangan biarkan permasalahan sepele seperti ini akan menghambat semuanya…cepat atau lambat kau pasti bisa menemukan cara lain untuk merebut kembali saham milik Ayah dari perusahaan milik keluarga Brandon,” pikir Anna. Malam harinya, terlihat kini Calista, Ibu Brandon sedang menghabiskan waktunya untuk bersantai melakukan refleksi dengan putrinya, Victoria Yoan Patra di rooftop megah rumah mereka. “Hadeuh…Ibu benar-benar tak habis pikir dengan keluarga Pak Surya, bisa-bisanya mereka mau melakukan perjodohan tanpa mengetahui jika putri mereka sudah memiliki kekasih,” ketus Ibu Brandon mengomel-mengomel layaknya Ibu-Ib
“Dari mana saja kamu?” tanya Nicholas pada istrinya itu.“Seperti biasa, hanya sekedar melakukan girls talk dengan Victoria,” ujar Calista sambil menata alat makeupnya yang berada dj atas meja rias.“Brandon aku dengar-dengar sudah dekat dengan seseorang yang baru ya?” tanya Nicholas dengan santainya, ia sudah jelas-jelas tadi mendengar sedikit dari perxakapan istri juga putrinya.“B-Bagaimana kau tau mengenai hal itu?” tanya Calista, tangannya seketika terhenti lalu kembali seperti semula merapihkan alat riasnya.“Aku tidak sengaja mendengar percakapan kalian…” ujar Nicholas singkat.“Iya kau benar,—“ seketika Calista terdiam, ia mendadak teringat perkataan Victoria putrinya yang memberitahunya untuk tak berbicara mengenai hal itu pada orang lain.Betapa leganya Calista karena sang suami tak bertanya lebih lanjut mengenai sosok yang sedang dekat dengan Bran
Dua hal yang tidak ia ketahui adalah ternyata mobil Brandon sejak beberapa menit yang lalu telah terparkir di seberang jalan, juga ada orang-orang yang sudah siap sedia bersembunyi di dekat area kos-kosan untuk menangkap Anna.Brandon dari jauh merasa keheranan, untuk apa Michael dan Anna pulang berduaan malam-malam begini, ia sungguh ingin tau jawabannya, sehingga ia memutuskan untuk turun dari mobil untuk menemui Anna, ia benar-benar masih tidak menyerah untuk membuat Ann kembali percaya padanya.Sementara itu Anna yang sedang berusaha membuka gerbang kos-kosannya tiba-tiba terkejut ada tiga orang yang seketika berusaha menutup wajahnya dengan kain, namun untungnya Anna segera terkejut, menoleh dan berteriak.“Lepaskan dia! Apa yang kalian lakukan padanya?!” bentak Brandon, raut wajahnya seketika panik karena salah seorang dari mereka mengeluarkan sebuah pisau untuk menyerang Brandon, sementara dua orang lainnya menahan tangan Anna agar gadis itu t
“Terima kasih Ann…” ujar Brandon sambil menatap Anna yang sedang sibuk dengan kasur lipat dan akhirnya gadis itu berdiri.“Seharusnya aku yang berterima kasih padamu…” ujar Anna sambil berjalan ke arah jendela kamarnya, dari raut wajahnya ia terlihat sangat khawatir, khawatir jika orang-orang asing tadi akan kembali.Melihat hal itu Brandon segera berusaha menenangkan Anna dengan kata-katanya, “Tenang, aku jamin orang-orang itu tak akan kembali,”Seketika Anna menoleh.“Heuh…aku benar-benar tak habis pikir hal seperti itu akan terjadi, apa coba yang mereka inginksn dari gadis biasa sepertiku?” tanya Anna kebingungan.“E-Entah mengapa aku curiga jika ada seseorang di balik ini semua…”“M-Maksudmu? Ada orang di luar sana yang menyuruh mereka melakukan itu?”“Iya, karena jika kulihat dari gerak gerik mereka, mereka tak ada keinginan
“H-Hey Ann, mengapa kau semakin menangis?” tanya Brandon sambil mengelap air mata pada pipi Anna. “A-Aku hanya menyesali perbuatanku terhadapmu, itu saja…” ujar Anna sambil berusaha menenangkan dirinya. “Tidak kau tak peelu menyesali apapun, semuanya berjalan dengan baik, jika aku menemukan kabar mengenai sertifikat itu, aku akan segera memberitahukannya padamu, aku janji,” ujar Brandon sambil tersenyum. “Berhenti,” ketus Anna yang membuat Brandon sehingga kembali memasang wajah datar dan kebingungan. Lalu gadis itu segera kembali mengobati luka Brandon, seketika Brandon menyadari alasan Anna membuatnya berhenti tersenyum. “Kemungkinan besar lukanya besok sudah sembuh,” ujar Anna. “Aku harap tidak,” “Mengapa begitu?” “Agar aku bisa kembali ke sini,” “Bukannya rumah sakit terletak lebih dekat dengan perusahaanmu,” “Tidak, bagiku perjalanan ke sini jauh lebih cepat dibandingkan perjalanan ke mana pun," ujar Brando
Usai pekerjaan sore itu, Brandon bergegas pergi dengan Jarvis menuju titik lokasi di mana kemungkinan Flora, sekretaris lama Nicholas tinggal. Hanya itulah satu-satunya kesempatan mereka untuk menggali informasi, Brandon tahu betul sikap Ayahnya, jika upayanya ini tidak berhasil maka ia akan segera membicarakan langsung mengenai ini empat mata dengan sang Ayah. "Jarvis, apa mungkin ada orang lain yang tau mengenai hal ini selain kita berdua dan Anna sendiri?" tanya Brandon yang sedang duduk menatapi jalanan sambil sesekali menatap layar handphonenya yang menunjukkan percakapannya dengan Anna, terlihat pria itu sungguh berusaha menanyai kabar Anna setiap jamnya. "Hmmm, sepertinya tidak ada Pak, karena saya sendiri tak pernah membicarakan hal ini selain dengan Bapak sendiri," balas Jarvis. "Memangnya ada apa ya Pak?" tanya Jarvis lagi. "Jadi baru saja kemarin ada orang yang berusaha mencelakai Anna, mereka berjumlah tiga orang dengan memakai pakaian ser
"Ann tunggu!" ketus Michael pada Anna. "Ini semua urusanku, tak ada hubungannya denganmu," ujar Anna yang merasa kesal dengan dirinya sendiri karena sudah lalau meninggalkan handphone miliknya di atas meja sehingga pembicaraan seperti ini harus kembali terjadi. "Tentu saja ada, ayolah Anna, kau bisa ceritakan semuanya padaku," "Tidak ada hal yang harus kuceritakan, semuanya berjalan dengan baik, aku sudah cukup senang dengan kondisi saat ini, apa lagi yang harus diperdebatkan?" "Beasiswa itu, j-jangan bilang mereka diam-diam tidak mengembalikan seluruh beasiswa itu di belakangku?" "Memang itu kenyataannya, dan aku harap kau berhenti membantuku Mic," "A-Apa itu sebabnya kau berusaha menggantikan tugas jaga orang lain, demi untuk membayar biaya semester akhir? Benar begitu?" tanya Michael, ia semakin merasa bersalah karena harus membiarkan gadis yang sukai melewati masalah ini sendirian. "Iyaaa...karena itu semua masalahnya
Sesampainya di kamar, Anna mendadak terdiam. Entah mengapa ia merasa tidak enakan pada Michael, karena beasiswanya yang terputus, sahabatnya itu tiba-tiba saja menjadi terpangil untuk membantu dirinya.Tidak cuma sampai situ, Anna sendiri pun merasa bersalah pada Brandon, karena baru saja beberapa menit yang lalu dirinya seperti seakan-akan tak ingin mendengarkan sepatah kata pun yang keluar dari mulut pria itu.Sementara itu, Brandon di sisi lain memutuskan untuk segera kembali ke rumahnya setelah mendengar jika Anna menyuruhnya untuk menyimpan apa yang mau ia katakan sampai besok.Sebenarnya bukan hal itu yang membuatnya kepikiran, melainkan fakta jika ia baru saja melihat dengan mata kepalanya sendiri dari kejauhan dan juga dari foto yang dikirim oleh Victoria, jika Anna dan Michael memang menyimpan sesuatu di antara mereka."Kamu memang datang di waktu yang tidak tepat, bagaimana mungkin seseorang sepertimu yang baru ditemui oleh Anna, bisa menjalin h
“Kita tak akan pernah bisa bersama Brandon, kau tahu itu kan? A-Ayahmu tidak akan setuju, ditambah lagi bagaimana jika Ayahku tau jika aku…” Anna diam, tidak melanjutkan perkataannya. “Jika aku apa Ann?” tanya Brandon, wajahnya semakin mendekati Anna sampai-sampai membuat pipi Anna semakin memerah. “Jika selama ini aku me-nyu-ka-aimu—“ Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Brandon seketika langsung memeluk Anna, sambil mengekspresikan betapa bahagia dirinya dapat bertemu dengan Anna dan berakhir jatuh cinta dengan gadis tersebut. Sore itu Anna mengajak Brandon berjalan menuju taman rumah sakit menggunakan kursi roda, di sela-sela waktu tersebut, Anna melihat sebuah sosok berjas yang sangat tidak asing dalam benaknya. Saat sosok itu menoleh, ia batu tersadar jika orang itu adalah Jackson, pria itu adalah laki-laki yang dahulu ingin dijodohkan degannya sebelum Anna memulai kuliahnya. “Untuk apa dia ada di sini? Terkahir kali ia meneleponku dan sekarang dia datang ke sini?” pikir
Brandon juga tak lupa posisinya sebagai atasan, ia memutuskan untuk memberikan hadiah pada Anna karena ia telah membantu menyelamatkan nyawanya saat peristiwa sebelumnya.Mendapat informasi mengenai kepindahannya sebentar lagi menuju apartemen barunya, Anna segera mengucapkan terima kasih pada atasannya itu, namun ada satu hal yang masih mengganjal dalma pikiranya, yaitu salah satu alasannya ingin pindah ke apartemen yang kini juga menjadi tempat tinggal Brandon adalah karena ia sungguh ingin tahu keadaan Brandon.Tak butuh waktu lama bagi Anna untuk mengemas pindahannya itu. Kehidupannya kini serasa bukan yang dulu lagi, kamar megah yang berada di hadapannya membuatnya sangat tak layak untuk mendapatkan itu semua.“CTIIINGGG!” tiba-tiba sebuah pesan masuk, rupanya Brandon mengabari Anna jika gadis itu butuh bantuan maka dirinya persis ada di kamar tepat di samping kamar Anna.Hari itu Anna berusaha memberanikan diri untuk mengetuk kamar Brand
Sementara itu Ayah Brandon terlihat sedang menunggu kabar mengenai putranya di koridor rumah sakit, ia duduk di sebuah bangku yang terletak tepat di samping ruangan di mana Brandon sedang diperiksa.Di saat yang sama, Jarvis baru saja kembali setelah mengantar Anna menuju Jakarta, sehingga ia tak sengaja bertemu Nicholas, Ayah atasannya itu.Sejatinya setelah mendengar melihat Nicholas yang sedang duduk di bangku kursi rumah sakit, Jarvis segera menghentikan langkahnya dan ia tersenyum."Sepertinya rencana Pak Brandon kali ini berhasil untuk mengungkap semuanya," pikir Jarvis dalam hati.Saat itu juga, dokter yang menangani Brandon keluar. Segera Jarvis berusaha bertingkah jika seakan-seakan ia baru sampai di tepat itu dan tak sengaja berpapasan dengan Nicholas ketika hendak mendengarkan mengenai penjelasan dokter."Bagaimana dok keadaan Brandon anak saya?" tanya Nicholas yang terlihat cemas."Kondisinya baik-baik saja Pak, untung saja luka
Beberapa hari setelah menunggu Brandon akhirnya memberikan kabar jam berapa dirinya dan Anna akan berangkat, Anna pun segera bersiap-siap menunggu kehadiran Brandon untuk menjemputnya. Brandon sendiri saat ini sedang berada di dalam mobilnya, ia sungguh bingung apakah akan menceritakan semua yang sudah ia ketahui beserta rencana-rencananya, namun yang pasti sesampainya ia di kos-kosan Anna, pria itu memutuskan untuk tak menceritakan semuanya pada Anna. Dalam perjalanan kali ini berbeda seperi biasa, Anna dan Brandon sudah tak terlihat canggung seperti biasanya. Beberapa jam berlalu, jalanan yang sebelumnya tidak bisa dilewati oleh Jarvis dan Brandon, kini masih saja tertutup, Brandon sadar ada yang aneh dengan jalanan tersebut, semua ini pasti disengaja oleh orang-orang itu. Saat semua mobil berputar balik, mobil Brandonlah yang masih diam di sana, ia perlahan berusaha mengamati gerak-gerik orang tersebut. "Sepertinya konstruksinya belum seles
Lampu merah lagi-lagi menghiasi perjalanan Michael menuju tempat kos-kosannya, sialnya kali ini ia harus menunggu sekitar seratur dua puluh detik sampai lampu berubah warna menjadi hijau, ia pun memutuskan untuk melihat-lihat ke sekitarnya untuk menghilangkan rasa ngantuk dan rasa bosan yang ia rasakan.Pandangannya tertuju pada seorang gadis yang sedang memakai jaket hitam tepat tak jauh dari mobil yang ia kendarai. Entah mengapa sekilas ia melihat gadis itu, pikirannya mendadak membawanya pada Victoria karena Michael dapat merasakan betul ada sesuatu yabg mirip di antara kedua sosok itu.Michael pun memutuskan untuk mengamati gadis itu kembali, namun ia malah dikejutkan dengan fakta jika wajah gadis itu terlihat sangat mirip dengan Victoria."A-Apa j-jangan-jangan itu..."Michael dengan cepat segera memarkirkan mobilnya ke pinggir jalanan, ia terburu-buru turun dari mobilnya ingin mengecek apakah gadis barusan benar-benar Victoria atau bukan. Namu
"Baiklah itu saja?" tanya Anna yang sedari tadi masih memperhatikan Brandon."T-Tidak, aku menyuruhmu ke sini sekalian ingin mengajakmu untuk...eum...""Untuk apa?" tanya Anna."Untuk pergi denganku ke Depok," ujar Brandon.Anna hanya terdiam, ia bingung, jika dirinya pergi lantas apa yang harus ia katakan pada sahabat-sahabatnya, juga ia masih memiliki tanggung jawab untuk melakukan tugas jaga di rumah sakit."B-Bagaimana dengan Jarvis? B-Bukankah biasanya kau pergi dengannya?" tanya Anna, ia sungguh bingung sekaligus khawatir dirinya hanya akan membebani Brandon selama perjalanan."I-Iya, namun Jarvis memiliki kesibukan lain untuk menyelidiki lebih dalam mengenai orang-orang komplotan berpakaian hitam itu, jadi dari pada aku pergi sendiri, aku memutuskan untuk megajakmu bagaimana? tanya Brandon, sebenarnya Jarvis bisa saja ajak pergi meskipun asistennya itu sedang menjalankan pekerjaan lain, namun kali ini Brandon ingin Anna yang men
"Lalu bagaimana setelahnya?" tanya Michael kembali, rupanya ia masih tak mau menyerah."S-Setelahnya...aku hanya membantu Pak Brandon mengenai urusan yang berhubungan dengan rumah sakit, mungkin dari semua mahasiswa, dia mempercayaiku, itu saja," jelas Anna, semua yang ia katakan sebenarnya bisa dikaitkan dengan fakta yang sebenarnya.Setelah mendengar jawaban Anna, Michael merasa ia masih memiliiki kesempatan untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan Anna, lebih dari sekedar sahabat.Ia juga memberitahukan kepada sahabatnya itu untuk percaya kepadanya, Michael dapat menjamin jika hal yang ia lakukan ini hanya untuk memberikan ganjaran pada orang-orang yang telah melakukan korupsi terhadap beasiswa milik Anna itu, dan berita ini tak akan menyebar sampai ke publik, ia berjanji.Setelah hari pertemuannya dengan Anna dan Jasmine, Michael merasa entah mengapa hubungannya dengan Victoria semakin renggang.Biasanya setiap pagi, Victoria akan selalu meny
Seperti biasanya, siapa pun jika ingin masuk ke dalam ruangan Brandon, pasti harus mengetuk pintu terlebih dahulu. "Ya, masuk!" ujar Brandon dari dalam ruangan. Awalnya ia kira itu hanya Jarvis yang seperti biasa selalu membawakannya berkas-berkas perusahaan. Namun saat ia melihat bahwa orang yang datang ke ruangannya itu adalah Anna, tatapannya segera terpaku pada kemunculan gadis itu dari balik pintu. Brandon yang berdiri segera menyambut Anna. "A-Anna?" "Maaf mengganggu waktumu, aku ke sini untuk menanyakan mengenai hal yang ingin kau bicarakan kemarin," ujar Anna. Mendengar hal itu, Brandon segera menceritakan hal yang ia lihat waktu ia sedang dalam perjalanan dengan Jarvis menuju Depok untuk mendatangi lokasi sekretaris lama Ayahnya untuk mencari sertifikat saham Calvin. Ia menceritakan pada Anna jika sosok orang-orang yang ia temui di area jalanan saat itu terlihat sangat mirip bahkan sama dengan orang-orang yang waktu itu
Sesampainya di kamar, Anna mendadak terdiam. Entah mengapa ia merasa tidak enakan pada Michael, karena beasiswanya yang terputus, sahabatnya itu tiba-tiba saja menjadi terpangil untuk membantu dirinya.Tidak cuma sampai situ, Anna sendiri pun merasa bersalah pada Brandon, karena baru saja beberapa menit yang lalu dirinya seperti seakan-akan tak ingin mendengarkan sepatah kata pun yang keluar dari mulut pria itu.Sementara itu, Brandon di sisi lain memutuskan untuk segera kembali ke rumahnya setelah mendengar jika Anna menyuruhnya untuk menyimpan apa yang mau ia katakan sampai besok.Sebenarnya bukan hal itu yang membuatnya kepikiran, melainkan fakta jika ia baru saja melihat dengan mata kepalanya sendiri dari kejauhan dan juga dari foto yang dikirim oleh Victoria, jika Anna dan Michael memang menyimpan sesuatu di antara mereka."Kamu memang datang di waktu yang tidak tepat, bagaimana mungkin seseorang sepertimu yang baru ditemui oleh Anna, bisa menjalin h