“Terima kasih Ann…” ujar Brandon sambil menatap Anna yang sedang sibuk dengan kasur lipat dan akhirnya gadis itu berdiri.
“Seharusnya aku yang berterima kasih padamu…” ujar Anna sambil berjalan ke arah jendela kamarnya, dari raut wajahnya ia terlihat sangat khawatir, khawatir jika orang-orang asing tadi akan kembali.
Melihat hal itu Brandon segera berusaha menenangkan Anna dengan kata-katanya, “Tenang, aku jamin orang-orang itu tak akan kembali,”
Seketika Anna menoleh.
“Heuh…aku benar-benar tak habis pikir hal seperti itu akan terjadi, apa coba yang mereka inginksn dari gadis biasa sepertiku?” tanya Anna kebingungan.
“E-Entah mengapa aku curiga jika ada seseorang di balik ini semua…”
“M-Maksudmu? Ada orang di luar sana yang menyuruh mereka melakukan itu?”
“Iya, karena jika kulihat dari gerak gerik mereka, mereka tak ada keinginan
“H-Hey Ann, mengapa kau semakin menangis?” tanya Brandon sambil mengelap air mata pada pipi Anna. “A-Aku hanya menyesali perbuatanku terhadapmu, itu saja…” ujar Anna sambil berusaha menenangkan dirinya. “Tidak kau tak peelu menyesali apapun, semuanya berjalan dengan baik, jika aku menemukan kabar mengenai sertifikat itu, aku akan segera memberitahukannya padamu, aku janji,” ujar Brandon sambil tersenyum. “Berhenti,” ketus Anna yang membuat Brandon sehingga kembali memasang wajah datar dan kebingungan. Lalu gadis itu segera kembali mengobati luka Brandon, seketika Brandon menyadari alasan Anna membuatnya berhenti tersenyum. “Kemungkinan besar lukanya besok sudah sembuh,” ujar Anna. “Aku harap tidak,” “Mengapa begitu?” “Agar aku bisa kembali ke sini,” “Bukannya rumah sakit terletak lebih dekat dengan perusahaanmu,” “Tidak, bagiku perjalanan ke sini jauh lebih cepat dibandingkan perjalanan ke mana pun," ujar Brando
Usai pekerjaan sore itu, Brandon bergegas pergi dengan Jarvis menuju titik lokasi di mana kemungkinan Flora, sekretaris lama Nicholas tinggal. Hanya itulah satu-satunya kesempatan mereka untuk menggali informasi, Brandon tahu betul sikap Ayahnya, jika upayanya ini tidak berhasil maka ia akan segera membicarakan langsung mengenai ini empat mata dengan sang Ayah. "Jarvis, apa mungkin ada orang lain yang tau mengenai hal ini selain kita berdua dan Anna sendiri?" tanya Brandon yang sedang duduk menatapi jalanan sambil sesekali menatap layar handphonenya yang menunjukkan percakapannya dengan Anna, terlihat pria itu sungguh berusaha menanyai kabar Anna setiap jamnya. "Hmmm, sepertinya tidak ada Pak, karena saya sendiri tak pernah membicarakan hal ini selain dengan Bapak sendiri," balas Jarvis. "Memangnya ada apa ya Pak?" tanya Jarvis lagi. "Jadi baru saja kemarin ada orang yang berusaha mencelakai Anna, mereka berjumlah tiga orang dengan memakai pakaian ser
"Ann tunggu!" ketus Michael pada Anna. "Ini semua urusanku, tak ada hubungannya denganmu," ujar Anna yang merasa kesal dengan dirinya sendiri karena sudah lalau meninggalkan handphone miliknya di atas meja sehingga pembicaraan seperti ini harus kembali terjadi. "Tentu saja ada, ayolah Anna, kau bisa ceritakan semuanya padaku," "Tidak ada hal yang harus kuceritakan, semuanya berjalan dengan baik, aku sudah cukup senang dengan kondisi saat ini, apa lagi yang harus diperdebatkan?" "Beasiswa itu, j-jangan bilang mereka diam-diam tidak mengembalikan seluruh beasiswa itu di belakangku?" "Memang itu kenyataannya, dan aku harap kau berhenti membantuku Mic," "A-Apa itu sebabnya kau berusaha menggantikan tugas jaga orang lain, demi untuk membayar biaya semester akhir? Benar begitu?" tanya Michael, ia semakin merasa bersalah karena harus membiarkan gadis yang sukai melewati masalah ini sendirian. "Iyaaa...karena itu semua masalahnya
Sesampainya di kamar, Anna mendadak terdiam. Entah mengapa ia merasa tidak enakan pada Michael, karena beasiswanya yang terputus, sahabatnya itu tiba-tiba saja menjadi terpangil untuk membantu dirinya.Tidak cuma sampai situ, Anna sendiri pun merasa bersalah pada Brandon, karena baru saja beberapa menit yang lalu dirinya seperti seakan-akan tak ingin mendengarkan sepatah kata pun yang keluar dari mulut pria itu.Sementara itu, Brandon di sisi lain memutuskan untuk segera kembali ke rumahnya setelah mendengar jika Anna menyuruhnya untuk menyimpan apa yang mau ia katakan sampai besok.Sebenarnya bukan hal itu yang membuatnya kepikiran, melainkan fakta jika ia baru saja melihat dengan mata kepalanya sendiri dari kejauhan dan juga dari foto yang dikirim oleh Victoria, jika Anna dan Michael memang menyimpan sesuatu di antara mereka."Kamu memang datang di waktu yang tidak tepat, bagaimana mungkin seseorang sepertimu yang baru ditemui oleh Anna, bisa menjalin h
Seperti biasanya, siapa pun jika ingin masuk ke dalam ruangan Brandon, pasti harus mengetuk pintu terlebih dahulu. "Ya, masuk!" ujar Brandon dari dalam ruangan. Awalnya ia kira itu hanya Jarvis yang seperti biasa selalu membawakannya berkas-berkas perusahaan. Namun saat ia melihat bahwa orang yang datang ke ruangannya itu adalah Anna, tatapannya segera terpaku pada kemunculan gadis itu dari balik pintu. Brandon yang berdiri segera menyambut Anna. "A-Anna?" "Maaf mengganggu waktumu, aku ke sini untuk menanyakan mengenai hal yang ingin kau bicarakan kemarin," ujar Anna. Mendengar hal itu, Brandon segera menceritakan hal yang ia lihat waktu ia sedang dalam perjalanan dengan Jarvis menuju Depok untuk mendatangi lokasi sekretaris lama Ayahnya untuk mencari sertifikat saham Calvin. Ia menceritakan pada Anna jika sosok orang-orang yang ia temui di area jalanan saat itu terlihat sangat mirip bahkan sama dengan orang-orang yang waktu itu
"Lalu bagaimana setelahnya?" tanya Michael kembali, rupanya ia masih tak mau menyerah."S-Setelahnya...aku hanya membantu Pak Brandon mengenai urusan yang berhubungan dengan rumah sakit, mungkin dari semua mahasiswa, dia mempercayaiku, itu saja," jelas Anna, semua yang ia katakan sebenarnya bisa dikaitkan dengan fakta yang sebenarnya.Setelah mendengar jawaban Anna, Michael merasa ia masih memiliiki kesempatan untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan Anna, lebih dari sekedar sahabat.Ia juga memberitahukan kepada sahabatnya itu untuk percaya kepadanya, Michael dapat menjamin jika hal yang ia lakukan ini hanya untuk memberikan ganjaran pada orang-orang yang telah melakukan korupsi terhadap beasiswa milik Anna itu, dan berita ini tak akan menyebar sampai ke publik, ia berjanji.Setelah hari pertemuannya dengan Anna dan Jasmine, Michael merasa entah mengapa hubungannya dengan Victoria semakin renggang.Biasanya setiap pagi, Victoria akan selalu meny
"Baiklah itu saja?" tanya Anna yang sedari tadi masih memperhatikan Brandon."T-Tidak, aku menyuruhmu ke sini sekalian ingin mengajakmu untuk...eum...""Untuk apa?" tanya Anna."Untuk pergi denganku ke Depok," ujar Brandon.Anna hanya terdiam, ia bingung, jika dirinya pergi lantas apa yang harus ia katakan pada sahabat-sahabatnya, juga ia masih memiliki tanggung jawab untuk melakukan tugas jaga di rumah sakit."B-Bagaimana dengan Jarvis? B-Bukankah biasanya kau pergi dengannya?" tanya Anna, ia sungguh bingung sekaligus khawatir dirinya hanya akan membebani Brandon selama perjalanan."I-Iya, namun Jarvis memiliki kesibukan lain untuk menyelidiki lebih dalam mengenai orang-orang komplotan berpakaian hitam itu, jadi dari pada aku pergi sendiri, aku memutuskan untuk megajakmu bagaimana? tanya Brandon, sebenarnya Jarvis bisa saja ajak pergi meskipun asistennya itu sedang menjalankan pekerjaan lain, namun kali ini Brandon ingin Anna yang men
Lampu merah lagi-lagi menghiasi perjalanan Michael menuju tempat kos-kosannya, sialnya kali ini ia harus menunggu sekitar seratur dua puluh detik sampai lampu berubah warna menjadi hijau, ia pun memutuskan untuk melihat-lihat ke sekitarnya untuk menghilangkan rasa ngantuk dan rasa bosan yang ia rasakan.Pandangannya tertuju pada seorang gadis yang sedang memakai jaket hitam tepat tak jauh dari mobil yang ia kendarai. Entah mengapa sekilas ia melihat gadis itu, pikirannya mendadak membawanya pada Victoria karena Michael dapat merasakan betul ada sesuatu yabg mirip di antara kedua sosok itu.Michael pun memutuskan untuk mengamati gadis itu kembali, namun ia malah dikejutkan dengan fakta jika wajah gadis itu terlihat sangat mirip dengan Victoria."A-Apa j-jangan-jangan itu..."Michael dengan cepat segera memarkirkan mobilnya ke pinggir jalanan, ia terburu-buru turun dari mobilnya ingin mengecek apakah gadis barusan benar-benar Victoria atau bukan. Namu