"Asal kau tau ya, sejak beberapa hari yang lalu, aku sudah—" seketika Anna terdiam karena melihat kehadiran Michael.
Brandon yang tengah memperhatikan kalimat Anna kata demi kata lalu segera melepaskan genggaman tangannya dari tangan Anna.
"Baguslah sekarang kalian sudah saling kenal, kalau begitu aku dan Anna pergi sebentar ya Bran, ada hal yang harus kami urus," ujar Michael sambil pergi dengan diikuti Anna di sebelahnya.
"Mic! Mengapa kau tak bilang akan memperkenalkanku pada Brandon???!!!" ujar Anna pada Michael, ia kesal karena tiba-tiba harus dipertemukan dengan canggung seperti tadi.
"Ya aku pikir semakin banyak relasi yang kau kenal, akan semakin bagus untuk karirmu kedepannya, bukan begitu?" tanya Michael.
Anna terdiam, ada benarnya juga kata-kata Michael, ia tak salah, Anna sadar ia tak boleh bertingkah seperti ini, jika tidak, Michael dapat mencurigai jika selama ini ia berusaha menjauhi Brandon.
Michael menatap sahabatnya i
"Pasangan? Oh maksudmu pasangan dansa?" tanya Anna. "Bukan, maksudku pasangan asli, kau tau kan?" "Oh bukan bukan, kau pasti salah mengira, aku dan Michael hanya sebatas sahabat..." ujar Anna, tak mau membuat gosip yang tidak tidak di sekitarnya. "Oooo, baiklah aku mengerti..." ujar Victoria sambil tersenyum lega, seketika kekhawatirannya itu berubah menjadi kesenangan yang tak tertandingi, ini artinya, ia masih memiliki harapan untuk menarik perhatian Michael. Tiba-tiba Anna teringat sesuatu, jika Victoria dan Brandon ada di sini, pasti Jevon juga ada di sini, seingatnya terakhir kali ia bertemu Adik laki-laki Brandon itu, ia menganggapnya sebagai Reva dan bukannya Anna. "Gawat, kalau Jevon ada di sini, dia pasti akan memberitahu semua orang jika Reva datang," pikir Anna, mengingat Reva memberitahunya jika dirinya tak akan datang ke acara ini, semua bisa semakin kacau seketika. "Eum Victoria, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Anna pada
Keesokan paginya Brandon seperti biasa sarapan terlebih dahulu dengan keluarganya sebelum ia berangkat ke perusahaannya beraama Victoria. "Brandon, sehabis kerja hari ini kamu pergi temui Reva ya, orangtuanya sudah sepakat, jika pertemuan ketiga kalian lebih cepat diadakan lebih baik..." ujar Nicholas, Ayah Brandon dengan santainya. "Baik Yah..." ujar Brandon, seketika pikirannya membayang pertemuannya dengan Anna, pasti Reva kembali menggunakan sahabatnya itu untuk menggantikannya, ini saat yang tepat untuk kembali mendekati Anna. "Kau yakin bisa pergi hari ini? Kemarin kau kembali lebih awal dari kita semua, jangan sampai kau batalkan pertemuan hari ini dengan Reva, itu hanya akan membuat nama keluarga kita buruk saja," ujar Nicholas kembali. Brandon terdiam, sekarang Ayahnya yang mengajarinya untuk menjaga nama baik keluarga, lucu rasanya mengingat ada nama keluarga lain yang dirugikan demi kebaikan keluarganya saat ini. Brandon merasa tak
"Ka kebetulan sekali, Kakak sudah selesai?" tanya Victoria dengan polos, seakan-akan ia tak mendengar perbincangan Kakaknya tadi. "S-Sejak kapan kamu di sini?" tanya Brandon, khawatir jika Victoria mendengar seluruh pembicaraannya dengan Anna. "Barusan tadi aku perlu konfirmasi sesuatu sama Jarvis, lalu saat aku keluar kau juga ada di luar..." ujar Victoria, ia tau betul ruang kerja Jarvis ada di samping ruang kerja Brandon, jadi itu bisa menjadi alasan yang masuk akal setidaknya. "Oooo...aku mengerti, baiklah..." "T-Tadi aku melihat ada seseorang yang baru saja pergi, d-dia Ka Anna yang sedang magang di rumah sakit bukan?" tanya Victoria ingin tau lebih dalam. "I-Iyaaa, dia hanya datang sebentar karena ada hal yang harus ia laporkan sebagai mahasiswa magang di sini," ujar Brandon. "Aneh...sudah jelas-jelas ada yang mereka tutupi dan hal itu berhubungan dengan Ka Reva, juga Jevon, aneh..." pikir Victoria. "Oh okeee okeee,
Sementara Brandon pergi, Victoria segera memasukki kamar Adiknya, Jevon, ia berusaha menggali seluruh informasi mengenai apapun yang ia ketahui. "Jev," "Iya masuk Ka..." ujar Jevon yang bahkan tak memalingkan sedikit pandangan dari handphone gamingnya itu. "Kakak mau tanya sesuatu, bentar aja," ujar Victoria yang kini telah duduk di samping Jevon. "Iya tanya apa Ka?" "Kamu tau sesuatu mengenai Ka Anna, Ka Reva atau hal semacamnya?" Seketika Jevon segera berhenti bermain dan mulai menatap ke arah Kakak perempuannya itu. "Heuhhh...mengapa semua orang mulai membahas mengenai Kakaknya Raditya sih..." ujar Jevon yang seketika teringat percakapannya dengan Brandon, jika ia tak akan memberitahu siapa-siapa mengenai pertemuannya dengan Anna. "Nah benar kan, kau pasti tau sesuatu mengenai Anna, Ka Anna, atau ya itu lah kau tau bukan? Sekarang Kakak mau kamu ceritakan semuanya oke?" "B-Bukan begitu, aku tidak bisa,
Victoria kala itu sedang melamun sambil memikirkan seluruh hal yang telah Jevon beritahukan padanya, ia merasa semua hal ini terlalu cepat baginya, ditambah ia benar-benar tak habis pikir jika selama ini Anna diam-diam sudah memiliki sebuah hubungan dengan Kakaknya Brandon. Karena keingintahuannya, Victoria bahkan tidak melahap makanan yang berada di depannya, ia hanya terus memainkan makanan itu sampai bentuknya sudah tak karuan. "Aku tau, pasti tak semudah itu Ka Brandon mau dijodohkan oleh Ka Reva, ya pantas saja jika ia mencari wanita lain yang sesuai dengan keinginannya, aku pun juga akan melakukan hal yang sama jika berada di posisinya...baguslah jika memang Ka Anna kini dekat dengan Ka Brandon, maka itu artinya tak ada apa-apa di antara Ka Michael dan Ka Anna," pikir Victora. "KRIEKKK..." tiba-tiba sebuah suara terdengar dengan kencang dari pintu utama. Victoria menoleh ke sumber suara tersebut, ia sedikit terkejut karena ternyata itu adalah Br
Anna menghela napas, ia mengerti. "Okeee-okeee, jadi apa rencanamu sekarang?" tanya Anna sambil menatap Reva. "Sepertinya aku akan berada di sini sampai...entahlah...kau tidak keberatan kan Ann?" tanya Reva, ia berharap sahabatnya itu membiarkan dirinya berada di situ sampai setidaknya ada titik terang, Reva tak bisa membayangkan apa yang akan dikatakan kedua orangtuanya saat ia memaksakan diri untuk kembali ke rumah tadi. "Iyaaa Rev, boleh tentu saja..." ujar Anna sambil tersenyum, selagi ia bisa, pintu kamarnya ini akan selaku terbuka bagi sahabatnya itu. Anna melihat ke sekitarnya, banyak sekali buku-buku kedokteran berserakan di sekitar lantai kamarnya. "T-Tetapi seperti yang kau lihat, kamar ini sungguh berantakan," ujar Anna, merasa tak enakan. Malam itu Reva melakukan aktivitasnya seperti biasa, hanya kali ini ia melakukannya di kamar Anna. Sepanjang malam Anna terus memikirkan bagaimana cara Reva akan menyelesaikan semua masala
"Aku serius," ujar Reva dengan nada dingin. "Lantas mengapa bukan perusahaanmu yang membantunya?" tanya Brandon. "Dia tak akan mau, lagi pula jika dia mau, aku juga tak akan bisa, Ayahku belum sepenuhnya memberikan kendali penuh perusahaan, sampai aku menikah nanti," "Okeee okeee sekarang aku mengerti, setelah kerja sama itu terjalin, berarti sudah tak ada apapun di antara kita," "Iyaaa benar...dan pastikan jangan sampai Gerry tau mengenai pembicaraan kita saat ini," ujar Reva. "Iya...kalau begitu biar aku minta bantuan teman jauhku untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan miliknya," ujar Brandon. "Oiya Rev, aku mau minta maaf soal kejadian waktu itu, seharusnya aku tidak menyalahkanmu," "Iyaaa santai saja, aku pun sudah lupa mengenai kejadian kemarin, hanya perusahan Gerry yang ada di pikiranku saat ini," "Baguslah...kau tau alasan utama mengapa Anna membatalkan perjanjian denganmu secepat itu?" tanya Brandon, inila
Dari kejauhan, terletak sebuah cafe yang berjarak tak terlalu jauh dari gedung rumah sakit yaitu Cafe Natural, cafe tersebut adalah salah satu tempat yang sedang hits hari-hari ini dan lumayan diminati oleh berbagai kalangan masyarakat di jakarta. Cafe itu memiliki fasilitas yang bisa dibilang cukup berbeda dari cafe-cafe lain pada umumnya, salah satu fasilitas paling unik adalah sebuah ruangan kapsul yang bisa memuat dua sampai delapan pengunjung sekaligus, dan bukan hanya itu saja, tersedia sebuah area rak buku yang dapat dibaca oleh para pengunjung ketika mereka sedang merasa bosan. Pada salah satu ruangan kapsul, terlihat Michael yang kini telah duduk sendirian. Selain dirinya ingin mengunjungi cafe itu, ia juga ingin menanyakan sesuatu hal pada Jasmine sahabatnya mengenai suatu hal yang berkaitan dengan Anna. Awalnya Michael ingin menceritakan perasaannya pada Anna ke Jasmine, namun lama-kelamaan ia pikir lebih baik mencari informasi yang ingin ia ketahui terleb