Mirela menghela napas mendengar pertanyaan Veny, dalam hati dia mengeluh, semua ini gara-gara Pras, wajar kalau Veny merasa curiga. Bagaimana tidak? Mereka sudah beberapa kali bertemu di acara pertemuan himpunan pengusaha yang diadakan setiap dua tahun sekali tapi mengapa kakaknya itu tidak pernah mengambil kesempatan untuk mendekati Veny dan malah meminta Mirela sebagai perantara seperti saat ini. Jadi wajar saja kalau hal itu sangat mencurigakan bagi Veny. "Aku juga sama kagetnya dengan Kamu ketika Dia meminta Aku untuk menjadi perantara antara Kamu dan Dia," kata Mirela sambil mencebikkan bibirnya. " ... " "Aku sama sekali tidak nyangka kalau selama ini ternyata Dia naksir Kamu, pantas saja saat kedua orangtuaku ingin mengenalkan anak relasi mereka, kakakku itu selalu menolak dengan berbagai macam alasan, ternyata Dia sudah lama mengincar Kamu," kata Mirela lagi. "Aku tersanjung tapi Aku nggak yakin kalau kakakmu dapat melewati ajudan ayahku," kata Veny terus terang. "Maksud K
Mirela menghubungi kakaknya Pras setelah selesai berbicara dengan sahabatnya Veny dan mengatakan apa yang dikatakan sahabatnya itu terkait salam yang Pras titipkan kepadanya."Hmmm...jadi artinya itu masih ada kesempatan buat aku," tanya Pras santai.Pemuda itu benar-benar merasa relaks saat mendengar informasi yang telah disampaikan adik perempuannya itu. Tadinya dia sempat khawatir kalau Veny telah memiliki pria idaman lain di hatinya, karena sikapnya yang sangat cuek selama ini."Yups, tapi kakak harus cepat bergerak agar tidak terlambat, sebab aku mencurigai sepertinya ajudannya itu juga menaruh hati kepada Veny," ungkap Mirela jujur."......."Pras mengerutkan keningnya mendengar informasi yang satu ini, dia mulai mengingat sosok pria tampan dan tegap khas militer yang selalu mendampingi Veny kemanapun gadis itu pergi."Dan sementara ini ak
Bab 22 Mirela memesan tiket pesawat untuk tempat yang akan dia kunjungi saat liburan, gadis itu memilih untuk berlibur ke India, padahal banyak tempat lain yang lebih bagus untuk dikunjungi namun, gadis itu lebih memilih India sebagai tempat yang akan dia kunjungi untuk liburannya kali ini karena Mirela merasa tertarik untuk melihat taj mahal, bangunan yang dibangun atas kecintaan seorang pria kepada wanita yang dikasihinya. Mirela yang merasa hampir hilang kepercayaan kepada kaum pria atas gagalnya pertunangannya dengan Rengga merasa perlu untuk melihat bangunan tersebut untuk meyakinkan hatinya bahwa di dunia ini masih banyak pria setia yang bisa di harapkan dan diandalkan. Saat Mirela memberitahukan kepada Veny tentang niatnya berlibur ke India, sahabatnya itu menatapnya dengan pandangan aneh. Bagaimana tidak? Sebelumnya Veny sempat berpikir kalau sahabatnya itu akan memilih Paris atau Italia sebagai tempat berlibur. Selain banyak tempat romantis yang bisa dikunjungi, di sana
Bab 23 Dean mendapatkan kabar soal Mirela yang akan berpergian ke luar negri dari bawahannya dan memutuskan untuk menyusun rencana pertemuan kebetulan mereka di luar negeri. "Bagaimana caranya membuat pertemuan yang seolah-olah itu adalah suatu kebetulan?" tanya Dean kepada bawahannya. "Bagaimana kalau bermain pahlawan menyelamatkan kecantikan, Bos?" tanya anak buahnya. "... apakah tidak terlalu klise?" tanya Dean sambil mengusap dagunya ragu. Walaupun cara tersebut memang bagus tapi cara itu sudah terlalu sering dipergunakan, bahkan film dan sinetron banyak menggunakan cara yang sama di jalan ceritanya untuk mempertemukan tokoh pria dan wanitanya. Dean mengerutkan kening merasa tidak puas memikirkan bahwa cara yang dia pakai amatlah pasaran dan banyak digunakan dimana mana. Apakah itu tidak akan menimbulkan kecurigaan di hati Mirela? Kalau dia menggunakan cara yang sama? " ... " Anak buahnya juga mengerutkan kening ikut berpikir, dia sadar kalau bosnya sama sekali tidak tert
Bab 24 Mirela mulai mengemasi barang-barang yang akan dia bawa saat berlibur besok untuk waktu yang tidak terbatas. Dia belum memutuskan berapa lama waktu yang akan dihabiskannya untuk liburan, semua tergantung pada mood yang dia miliki. Jika dirinya dapat melupakan semua kekecewaan yang telah dialaminya, mungkin dia akan cepat pulang namun, selama dia tidak dapat melupakan kepedihan hatinya mungkin dia akan terus berada di luar negeri. Setidaknya sampai dua tahun lagi ... saat rapat perhimpunan pengusaha dimulai, baru dia akan pulang karena dirinya telah berjanji akan mewakili Veny dalam rapat itu. Walau sebenarnya dia sendiri tidak tahu apa yang akan dia lakukan di sana. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di depan apartemennya. Mirela memalingkan pandangannya dari barang-barang yang sedang diberesi dan dimasukan ke dalam koper ke arah pintu. "Siapa sih?" gerutu Mirela kesal. Namun, suara ketukan yang terus menerus dan semakin kencang membuat gadis itu mau tidak mau men
Bab 25 Dua tahun kemudian .... Mirela melangkahkan kaki keluar dari pesawat dengan wajah dan senyum yang cerah. Di loby bandara Veny menunggunya dengan tidak sabar, pasalnya pesawat yang di tumpang Mirela terlambat mendarat di bandara hingga dua jam. Hal itu membuat Veny gelisah seperti duduk di atas bara api. Dia bolak balik bertanya kepada petugas di bandara mengapa pesawat yang ditumpangi Mirela Lambat mendarat. Jawabannya adalah karena faktor cuaca. Cuaca hari itu memang mendung dengan awan gelap pekat menggantung di atas bandara. Veny menghela napas. Sambil menunggu dia sibuk mengamati langit dan berdoa semoga pesawat yang ditumpangi sahabatnya bisa secepatnya mendarat dengan selamat. Veny ingin melihat bagaimana perubahan yang dibuat oleh sahabatnya setelah lama tinggal di luar negeri. Dari kejauhan Veny melihat seorang perempuan cantik berambut pirang memakai kaca mata hitam dengan pakaian yang sangat modis tak ubahnya seperti super star. Gadis itu berdecak kag
Veny tampak tertegun ketika melihat sahabatnya Mirela keluar dari ruang ganti, baju yang membalut tubuh sahabatnya itu sangat indah, membuat Mirela yang sudah cantik jadi semakin bersinar dan bertambah cantik."Bagaimana?" tanya Mirela bingung karena melihat sahabatnya hanya diam sambil menatapnya.Dia memilih baju ini karena sepertinya baju ini cocok untuk warna kulitnya dan akan membuat kulitnya tampak lebih bersinar. Tapi melihat reaksi sahabatnya saat ini hanya diam saja dan lama menatapnya bolak balik, Mirela jadi merasa tidak yakin dengan penilaiannya atas baju tersebut."Luar biasa!" kata Veny sambil mengitari sahabatnya.Hanya itu yang dapat dia katakan untuk menggambarkan bagaimana menakjubkannya penampilan Mirela saat ini. Veny yakin sahabatnya ini akan mencuri perhatian pengusaha-pengusaha yang hadir di acara tersebut. Diam-diam Veny tertawa dalam hati, menertawakan bagaimana
Mirela berangkat ke pertemuan pengusaha bersama kakaknya, Pras. Awalnya kakaknya itu merasa heran ketika mendengar bahwa MIrela akan menghadiri pertemuan pengusaha di Bandung. Selain adik perempuannya itu bukan pengusaha, Pras juga merasa khawatir adiknya akan bertemu dengan Rengga dan kembali terluka karena mengingat masa lalunya, apalagi kalau Rengga membawa istrinya.Namun, kecemasannya itu menguap ketika dia mendengar sendiri dari Mirela bahwa liburannya tiga tahun telah cukup untuk membuatnya melupakan Rengga, karena dia sadar masih banyak pria lain yang lebih baik dari Rengga.Akhirnya mereka sepakat akan berangkat bersama. Pras menjemput adiknya yang saat ini berada di rumah Veny dan tidak melewati kesempatan untuk sedikit main mata dengan sahabat adiknya itu.Sampai di hotel bintang lima tempat acara digelar, Pras dan Mirela menyadari kalau mereka datang terlambat, sebab acara sudah dimulai, dan pembawa acara sedang membuka acara.
Ini adalah sebuah kesengajaan! Sinta sengaja melukai anaknya agar Dean datang ke rumah ini menemui dirinya dan anaknya. Sejak Dean pindah dari rumah ini, dia tidak pernah datang atau menemuinya. Jika anak ini kangen pada papanya, Dean akan menyuruh kepala pelayan untuk membawa anaknya ke tempat yang dia tunjuk.Bagaimana dengan Sinta? Dia sama sekali tidak diizinkan untuk ikut dalam pertemuan antara Dean dan anaknya.Sinta ingin bertemu, tapi Dean tidak mau. Apapun cara yang Sinta lakukan sepertinya Dean tetap tidak bergeming! Pria itu benar-benar tidak mau lagi menemui Sinta.Sementara Sinta resah dengan kondisi anaknya yang dia buat sendiri, Dean masih memanjakan Mirela yang sakit akibat perbuatannya."Sepertinya aku sudah agak baikan," kata Mirela sambil duduk di tempat tidur. "Kamu sebaiknya menengok anak itu, bagaimanapun dia anak kandungmu!" kata Mirela sambil menghela napas panjang."Apakah kamu benar-benar tidak sakit lagi?""Setelah dioleskan obat oleh dokter aku sudah tidak
Mirela terdiam mendengar perkataan narsis suaminya. Memang benar suaminya itu memiliki tubuh yang bagus, tapi apakah harus menyanjung diri sendiri seperti itu?"Mengapa kamu diam? Apakah kamu tidak setuju dengan perkataan aku?" tanya Dean saat melihat istrinya itu hanya berdiam diri tidak merespon kata-katanya."Apakah kamu harus memuji diri sendiri?" tanya Mirela sambil tersenyum tidak berdaya."Tentu, bukankah air laut memang asin sendiri?" kata Dean balik bertanya.Mirela langsung terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya. Dulu dia berpikir Dean adalah orang yang dingin dan tidak banyak omong. Bukankah itu yang selalu dikatakan oleh sahabat dan kakaknya? Tapi ternyata setelah menikah dengannya, Mirela mendapati Dean tidak sedingin yang dipikirkan kebanyakan orang. Kadang dia juga bisa lucu dan polos seperti anak kecil yang menantikan pujian."Baiklah, suamiku memang memiliki tubuh yang bagus dan ideal," puji Mirela pada akhirnya.D
Perkiraan Mirela memang tepat, setelah melakukan hubungan intim dengan Dean, dia benar-benar tidak bisa bangun hingga Dean bergegas mencari dokter wanita untuk mengobati Mirela yang mengeluh sangat sakit di bagian intinya.Dokter itu hanya berdecak saat melihat apa yang terjadi pada daerah intim Mirela yang bengkak. Dia melirik Dean, ada semacam rasa kesal terlintas di wajah dokter itu. Laki-laki ini benar-benar buas, pikir dokter wanita itu sambil mengolesi salep pada bagian intim Mirela.Mirela merasakan sejuk dan nyaman di bagian intimnya saat sang dokter mengoleskan sesuatu di sana. Sedangkan Dean hanya diam menerima pandangan kesal sang dokter yang bolak balik ditujukan padanya. Apakah itu sangat parah? Tanya Dean dalan hati. Dia benar-benar tidak dapat mengendalikan diri saat berhubungan intim dengan Mirela. Itu benar-benar sangat enak hingga Dean merasa enggan untuk berhenti. "Bagaimana?" tanya Dean kepada dokter wanita itu tanpa dapat menyembunyikan rasa ingin tahunya."Ini b
Melihat bagaimana lembutnya Dean memperlakukan Mirela, petugas hotel wanita itu terpaku tidak bergerak di tempatnya. Dia membayangkan kalau saja yang mendapatkan perlakuan itu adalah dirinya sendiri, betapa bahagianya.Dia baru tersadar setelah mendengar bentakan Dean yang mempertanyakan untuk apa dia masih berada di sini."Maaf tuan, apakah ada hal lain yang tuan perlukan?" tanya petugas wanita itu sopan, tapi tidak meninggalkan kesan genit dari nada suara dan gerak geriknya.Mirela yg berada dalam gendongan suaminya mengangkat wajahnya dan heran melihat sikap genit petugas hotel yang ada di hadapannya saat ini. Mirela mengerutkan kening, biasanya petugas-petugas hotel ini baik yang pria maupun wanita, selalu menampilkan kesan ramah dan sopan, tapi tidak ada nada genit sama sekali dalam suaranya.Dia menatap wajah suaminya ingin tahu apakah suaminya sedang melihat kegenitan petugas itu. Di luar dugaan Mirela, saat ini Dean malah sedang menatap wajah Mirela penuh kelembutan. Sedikitpu
Mirela dan Dean melalui malam pertama mereka dengan penuh gairah. Dean benar-benar merasa puas bisa bersatu dengan wanita yang sudah lama dia kejar dan dambakan. Pagi harinya Dean bangun dengan enerjik sementara Mirela merasakan tubuhnya seperti habis tertabrak. Dia merasakan sakit dan pegal-pegal di seluruh tubuhnya. Itu semua dikarenakan aksi suaminya menjarah dan menggiling dirinya bolak balik. Mirela tidak menyangka kalau suaminya, Dean akan sangat antusias sekali melakukan penyatuan mereka tersebut berulang-ulang.Dean merasa kasihan melihat istrinya terkapar tidak berdaya akibat keganasannya semalam. Dia pun berinisiatif untuk membantu istrinya membersihkan diri di kamar mandi. Dean membopong tubuh Mirela ke kamar mandi dan mulai memandikan istrinya terlebih dahulu.Mirela mulai merasa nyaman dan pegal-pegal nya hilang ketika merasakan siraman air hangat dan pijatan lembut Dean di tubuhnya. Hal ini berbeda dengan Dean yang mati-matian menahan hasratnya agar tidak memakan istrin
Dean menghela napas mendengar pertanyaan Mirela, apakah istrinya ini akan marah jika dia mengatakan terus terang kalau rumah yang sebelumnya Dean tempati saat ini dihuni oleh Sinta dan anaknya."Dia menginginkan tinggal di rumahku untuk menemani anak itu," kata Dean hati-hati sambil menatap wajah istrinya ingin melihat apakah ada perubahan setelah mendengar apa yang dia katakan.Mirela mengerutkan kening mendengar Sinta ikut tinggal di rumah Dean. Apa maksudnya? Sekalipun Dean tidak berniat menikahi Sinta, Mirela akan tetap merasa tidak nyaman jika tinggal satu atap dengan wanita yang pernah melahirkan anak suaminya tersebut."Apakah kamu akan menikahinya?" tanya Mirela ingin tahu.Kalau jawabannya iya maka Mirela tidak akan ragu untuk menggugat cerai suami yang baru dinikahinya ini."Tidak.""Aku tidak bisa tinggal bersama dia ...""Jangan khawatir, kamu dan aku akan pindah dari sana dan menempati rumah kita sendiri," potong Dean semangat."Lalu bagaimana dengan anak itu?""Biarkan d
"B-bagus bos," kata manajer hotel pada akhirnya."Tentu saja orang tampan sepertiku akan tetap tampan walau memakai apapun," kata Dean bangga." ... "Manajer hotel hanya menelan ludah, tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa mendengar kata-kata narsis bosnya itu. Bosnya memang tampan, justru karena tampan itu dia benar-benar tidak cocok memakai baju petugas hotel."Siapkan troli untuk mengangkut makanan!" perintah Dean sambil memperbaiki dasinya."Baik."Manajer hotel langsung menghubungi bagian dapur untuk menyiapkan apa yang dipesan oleh bosnya dan membawanya langsung ke kantornya.Tidak lama sepasang petugas hotel mengantarkan pesanan manajer ke kantornya dan merasa heran melihat pria tampan memakai seragam pegawai hotel."Ehm ...ini bos kita, beliau akan memberikan kejutan untuk istrinya," jelas manajer agar anak buahnya tidak bersikap kurang ajar kepada Dean.Keduanya hanya mengangguk dan berlalu dari kantor manajer setelah memberikan hormat kepada Dean.Dean menanggapi ke
Mirela yang sedang menikmati hari-hari indah dan tenangnya di hotel tempat dia menginap selama beberapa hari ini, mulai merasa heran dengan semua fasilitas yang diberikan oleh hotel tersebut. Dia melihat pengunjung hotel lain sama sekali tidak memiliki keistimewaan yang sama. Dia mulai mencari tahu dengan bertanya kepada pegawai hotel yang membereskan kamarnya. Namun, pegawai itu hanya mengatakan kalau Mirela telah memenangkan undian yang diam-diam dilakukan oleh pihak hotel untuk memilih satu pengunjung yang beruntung untuk mendapatkan pelayanan terbaik. Mirela hanya mengangguk memahami apa yang dikatakan oleh petugas hotel tersebut. Bagaimanapun masuk akal kalau hotel sebesar ini mengadakan undian seperti ini. Cuma yang agak aneh mengapa itu dilakukan secara diam-diam? Apakah itu untuk mencegah timbulnya rasa iri di hati para pengunjungnya? Apapun itu Mirela tidak merasa keberatan untuk mendapatkan pelayanan terbaik. Bukankah itu menguntungkan dirinya sendiri? Mengapa harus dit
Sinta tersenyum sinis mendengar perkataan Dean. Dia sangat percaya kalau Dean bisa melakukan apa saja pada orang-orang yang berusaha menghalangi jalannya untuk memiliki Mirela. Apa yang terjadi pada Rengga juga telah di dengar oleh Sinta. Namun, Sinta mengetahui titik lemah Dean, selama Mirela sendiri yang menyetujui Sinta menjadi istri ke dua Dean, Sinta yakin Dean pasti tidak akan menolak lagi untuk menikahi dirinya."Jika kamu ingin anak itu aku yang mengurus aku akan mengurusnya, tapi aku tidak akan mengikuti keinginanmu untuk menikah denganku atau menjadi istri keduaku!" kata Dean tegas.Sedikitpun Dean tidak ingin membuat kesalahan dalam membangun mahligai rumah tangganya bersama Mirela. Dean mendapatkan Mirela dengan susah payah setelah sekian lama mengincarnya, jadi wajar kalau Dean tidak ingin diganggu oleh siapapun atau apapun yang dapat merusak hubungannya dengan Mirela."Bagaimana kalau Mirela menyetujui?" tanya Sinta penuh harap."Sekalipun dia menyetujui, aku tetap tida