Share

Dimulai

Author: Esteifa
last update Last Updated: 2021-10-16 13:26:59

Ridho Tuhan adalah ridho orang tua juga, katanya begitu.

Mungkin karena itu Maudi jadi sial begini, ia terkena tulahnya. Berbohong soal kepergiannya, malah jadi malapetaka tersendiri.

Maudi menyesal tentu saja, ia bahkan tidak punya rencana saat kakaknya Mario menurunkan ia di stasiun kereta. Maudi baru mencari loker-loker di ponselnya saag gadis itu sudah duduk dikursinya dan kereta yang ia tunggangi melaju.

Dan waktu itu ia bertemu seorang pemuda tampan, mungkin usianya seumuran dengan Mario, namun wajahnya putih dan beruntung sekali karena punya babyface, Maudi tak berbicara banyak dengan laki-laki yang kata Eva mirip Jimin Kw-5.

Eva melihat laki-laki ini saat Maudi melakukan panggilan video tadi. Dan setelah selesai, saat Maudi sedang memeriksa berkasnya, laki-laki yang duduk disebelah Maudi itu menyeletuk menggunakan Bahasa Indonesia.

Bertanya soal ‘mau cari kerja di Jakarta? Mau ngelamar dimana? atau berangkat buat tes aja?’ dengan nada suara yang ramah dan juga lembut selembut wajahnya.

Maudi tak langsung menjawab tentu, meski punya visual mirip artis Korea bukan berarti Maudi harus langsung kegirangan saat ditanya sok kenal bukan? Maudi justru malah bergeser menjauh dari si Jimin Kw-5 ini.

Karena dari pada apapun, tidak ada yang lebih mengerikan dari pada serangan orang asing, orang yang sudah dikenal saja biasanya punya serangan-serangan lembut, apalagi orang asing begini, bisa saja dia punya maksud tertentu hingga tiba-tiba mengajak Maudi bicara setelah sekian lama diam dikursinya.

Dan saat kereta sudah sampai di stasiun metropolitan, lelaki yang merupakan Jimin Kw-5, baru diketahui kalau dia mempunyai nama Jihan, memberikan satu lembar kertas pengumuman pada Maudi.

Maudi tak sempat menolak, semua orang berebut ingin keluar, jadi ia hanya bisa menerima kertas itu dan dibawa keluar. Jihan memberikan satu kertas lowongan pekerjaan.

Lowongan pekerjaan yang menyediakan mes bagi pekerja dengan domisili yang jauh, ada uang makan dan juga subsidi kendaraan. Maudi membacanya dengan jelas, ini adalah loker CV-CV yang suka bertebaran di laman facebuk grup Pencaker.

Dan dengan bodohnya Maudi mempercayainya.

Mempercayai laki-laki yang bahkan hanya ia tau namanya saja, mempercayai satu lembar kertas yang entah isinya apa. Dan akhirnya disini Maudi sekarang.

Duduk di dalam mobil dengan lima orang wanita lainnya, ada yang masih sibuk membenari dandanan, ada juga yang sedang menambah bantalan kutang.

Maudi harusnya tak mempercayai si Jimin Kw-5. Karena kalau ia tidak mengikuti apa yang pied pipper itu berikan mungkin sekarang Maudi tak duduk di dalam mobil keluarga menggunakan dress siatas lutut tanpa lengan ini. Dasar Jimin Kw! GGS! Ganteng-ganteng sagikun*!

Gusti! Sebut Maudi dalam hati, ia saking putus asanya hingga manut saja saat orang-orang itu memakaikan make up ke wajahnya.

“Saya nggak mau,” ujar Maudi pada wanita berdandan menor yang duduk di sebelah supir.

Rambut Maudi yang biasanya lepek, berminyak dan hanya dicepol seadanya itu sudah menjuntai lurus berkat catokan. Wajahnya dipolesi dempul yang lebih tebal dari dempul Sera, dan juga bajunya, sepertinya mbak-mbak ini beli baju di onlen shop yang sama seperti Sera, ini baju untuk anak TK!

Mbak-mbak yang mengenalkan diri sebagai Dona itu menoleh.

“Enggak ngapa-ngapain mbak, cuma duduk doang,” balasnya kepada Maudi.

Dan seperti yang diketahui public. Maudi ini Jago kandang. Jadi kalau dihadapkan dengan kerja nyata seperti ini ia tak bisa sama sekali, kakinya gemetar takut dengan tangan mengepal dingin.

Ia bisa saja kabur, tapi barang-barang Maudi ada pada mereka, ijasah dan uangnya adalah yang paling penting.

Maudi menyeletuk sok berani. “Ini kalo saya diapa-apain, nanti kalo saya mati, tek hantuin loh mbak semuanya ini orang yang ada di sini.”

Tawa kecil dikeluarkan Dona. “Jakarta itu keras mbak,” kata si mbak-mbak menor itu. “Memang begini kalo mau cari kerja, orang SPG aja harus goodlooking apa lagi pekerja kantoran yang banyak tekanan.”

Kantoran mbahmu! Sahut Maudi dalam hati, ia harusnya sudah sadar ketika dibilang bahwa CV yang mereka jalankan adalah CV dengan passion dan tujuan sangat berbeda dengan yang selama ini Maudi tau.

Belum selesai bicara, wanita berlipstik merah yang menggunakan dress semerah lipstick di bibirnya itu melanjutkan kalimatnya. “Ada mes, tunjangan-tunjangan, gaji gede, mbak nggak mau punya duit banyak?”

Oke Maudi, jangan jadi menyebalkan kalau enggak mau dibunuh saat ini juga.

Bagaimana pun, Maudi adalah tahanan mereka, dan mereka yang memegang kuasa, Maudi tidak boleh menyulut emosi mereka kalau tidak mau diturunkan dipinggir jalan, dikuliti dan berakhir dibuang di hutan.

“Tapi emangnya harus make baju begini,” eluh Maudi kemudian, menyampingkan rasa takut sekilas. “Ini kayak orang mau manggung di orjen tunggal tau.”

Waktu itu mobil yang dikendarai Maudi sudah sampai di sebuah bangunan amat besar, bertingkat seperti mampu membelah langit.

Dan ketika mobil itu berhenti Maudi menyeletuk panic. “Saya keberatan dandan kayak biduan gini, udah lah saya mau pergi.”

Dona lekas-lekas turun dari mobil, membuka pintu untuk Maudi yang ternyata malah tidak bisa membuka pintu mobil itu.

“Mbak, mbaknya masa mau pergi, udah sampe loh ini,” ujar Dona dengan nada suara yang menyayangkan.

Maudi mendongak keatas, bangunan ini amat tinggi, jendela-jendelanya banyak, tentu saja, Maudi pun kemudian menurunkan pandangannya kembali pada Dona.

Memicing marah. “Tuh kan, mana ada pertemuan buat kerja di hotel,” celetuk Maudi keras-keras, agak terdengar panic. Maudi kemudian menunjuk wajah Dona dengan telunjuknya. “Mbaknya mucikari ya?”

Dona terlihat memutar bola mata tak masalah dengan kalimat Bahasa Indonesia medok yang diucapkan Maudi.

“Mbak pikir saya bisa ditipu? Hah?” selak Maudi lagi, pelan-pelan mulai melangkah mundur menggunakan kaki yang dibalut heels tinggi itu.

Dona masih terlihat tenang saja. Justru, saat tenang begini malah tambah terlihat menyeramkan. Kesannya kan jadi seperti wanita itu sudah menghadapi orang seperti Maudi lebih dari sekali atau dua kali. Hingga bosan.

Dona kemudian mengangguk, meraih pergelangan tangan Maudi. “Udah disini, mbak nggak bisa pergi kamu.”

Maudi menarik tangannya kembali, tidak mau, sebelum kemudian gadis dua puluh tahun yang agaknya hendak jadi bahan lelang itu menangkap presesi seseorang yang familiar.

Seorang lelaki dewasa bertubuh tinggi, rambutnya hitam lebat, wajahnya putih bersih. Lelaki itu menggunakan kemeja panjang dan juga celana bahan formal, berjalan dengan satu rekan, ada satu berkas penting ditangannya, tampak sedang berbicara serius.

“Bang Sat!” teriak Maudi keras-keras. Sekuat tenaga, menggunakan ajian yang ia pelajari dari sang ibu setiap kali Tiar marah.

“Astaga!”

Bahkan Dona dan orang-orang di sekeliling Maudi memekik kaget. Tapi sepertinya memang orang yang Maudi panggil punya kadar congek berlebihan di telinga, hingga menoleh pun tidak, Satria justru melaju terus tanpa terganggu.

“Mas Satria!” teriak Maudi lagi, kali ini lebih keras dari sebelumnya. “Bang! Bang Satria! Ini disini!”

Dengan begitu, seperti sebuah adegan dalam film superhero dimana sang pahlawan menampakan batang hidung, begitulah Satria saat lelaki itu perlahan menoleh.

Menatap kearah Maudi dengan tatapan bingung, lalu terlihat kalau rekan kerja Satria bertanya beberapa hal, mungkin menanyakn apa Satria mengenal biduan yang baru saja memanggil namanya.

Maudi yakin Satria susah mengenalinya, karena secara, dandanan begini bukanlah Maudi sekali. Tentu semua orang akan pangling.

Maudi melambaikan tangan dengan kelegaan nyata diwajahnya. Akhirnya setelah lontang-lantung di Jakarta, kena tipu orang, Maudi bertemu dengan seseorang yang dikenalnya juga.

“Mas Satria! Mas Sat, ini Mody!” teriak Maudi lagi, tak malu mengangkat tangan hingga ketiaknya terlihat. Siapa yang peduli soal ketiak, Maudi bahkan sudah mau menangis saat Satria akhirnya mengenali dirinya dan langsung bergegas berjalan mendekat.

“Maudi?”

--

*Sagikun: Pembohong, tukang tipu (Bahasa Korea)

--

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Retna Saipudien
seruuuuu,,jodohnya bang Sat ini kayak nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Unexpected Encounter   Tidur di mana

    Maudi melepas cekalan tangan Dona cepat-cepat ketika Satria sudah berada cukup dekat darinya. Berlari dengan hak tinggi kepayahan sebelum akhirnya berhasil bersembunyi di belakang tubuh lelaki tinggi berkemeja formal itu.Maudi mencengkram ujung kemeja Satria.“Maudi kamu ngapain disini?” tanya Satria pada anak tetangganya itu, matanya tak menyembunyikan keterkejutan, ia tidak tau kalau Maudi di Jakarta, setaunya anak tetangga itu tak pernah keluar kota. Satria menoleh pada Maudi yang terlihat berbeda dengan Maudi yang ia kenal, pakaiannya, dandanannya. “Trus kenapa pake baju begini? Casting? Ikut audisi acara dangdut Indonesia?”Sebenarnya Maudi sangsi ditanyai hal sedemikian rupa, namun bagaimana lagi, ia sedang tidak dalam posisi yang boleh untuk berdecak sebal atau sekedar melempar protes pada anak tetangganya ini.“Jangan tanya-tanya itu dulu, Mas. Selametin aku dulu,” kata Maudi kemudian, sumpah demi apapun matanya berat sekali karena bulu mata palsu yang ditempelk

    Last Updated : 2021-10-19
  • Unexpected Encounter   Mie ayam bawang

    Waktu itu, Maudi disuruh menunggu di ruang tunggu hotel lebih dahulu sementara Satria meneruskan pekerjaannya. Mengurus seminar yang sedang berlangsung dan sudah ditinggal cukup lama.Maudi menunggu sekitar tiga puluh menit lamanya, hingga matanya memerah menahan kantuk. Lalu setelah Satria kembali Maudi tak menunda untuk bangun dari duduk. Antusias, berterimakasih.Mengampit tas travelnya, menenteng sepatu tinggi ditangan dan berjalan tanpa alas kaki.Melihatnya Satria menghembuskan napas sekilas, mana ada sih gadis perawan dewasa begini tingkahnya. Satria berjalan menuju resepsionis. Meminta satu slipper hotel. Dan memberikannya pada Maudi untuk dipakai.Maudi pun hanya memakainya tanpa banyak cakap.Setelah itu, mereka pergi, Satria menggunakan motor lelaki, bukan ninja seperti punya Rean, tapi motor lelaki yang badannya tidak terlalu besar. Maudi tau namanya, tapi ia lupa. Ah iya. Motor macan.Yang jelas. Motor ini membuat Maudi kesulitan. Jelas saj

    Last Updated : 2021-10-19
  • Unexpected Encounter   Bingung harus bagaimana

    Maudi terbangun dari tidur saat siang sudah menjadi raja.Semalam Maudi tidak bisa tidur, entah kenapa, padahal biasanya kalau memang badan sudah lelah Maudi akan dengan gampang jatuh terlelap. Tetapi karena kemelut pikiran yang tak berujung dan juga Jakarta yang panas membuat Maudi tak mau memejam.Kalau kemarin Maudi masih bisa tidur ditempat Dona karena setidaknya ada bantuan kipas angin, hari ini, tidak ada, ia hanya mendapatkan sedikit angin dari sobekan kardus bekas, dan tentu saja tidak membantu, terbukti dengan baju Maudi yang basah oleh keringat seperti habis jogging pagi-pagi.Ketika Maudi bangun Satria sudah tidak ada. Pria itu sudah pergi ke kantor sepertinya, mengingat jam di dinding sudah menunjukan waktu yang cukup siang.Maudi pun bergegas menuju kamar mandi, ia yang biasanya mandi hanya saat hendak keluar sekarang harus mandi sesaat setelah bangun tidur karena badannya bau asam.Selesai mandi Maudi baru melihatnya. Saat kakinya baru keluar dari pintu

    Last Updated : 2021-10-24
  • Unexpected Encounter   Satu hari saja

    "Besok?"Dua mata Maudi mengedip cepat, jemari kurus gadis itu saling berpaut lengkap dengan kegugupan hakiki.Maudi sedang melaksanakan rencananya, meski tau bahwa sesuatu yang dimulai dengan kebohongan tidak akan pernah berakhir dengan baik, tetap saja Maudi tergoda untuk berbohong. Sebenarnya buka tergoda juga, Maudi terpaksa. Ia tidak akan berbohong kalau tidak sedang kepepet kok.Maudi berdehem kecil. Ia mengangguk sembari menatap Satria yang sedang duduk di depannya."Iya, temenku bilang besok baru bisa buat pindahan. Soalnya kerja shif dia," balas Maudi.Maudi meminta Satria untuk mengijinkannya numpang tidur di kosan ini satu hari lagi sebelum Maudi menemukan solusi atas nasibnya sendiri.Tentu saja yang dikatakan Maudi barusan adalah sebuah kebohongan. Karena terang saja, semua teman Maudi yang sepertinya bisa diandalkan tiba-tiba sekali tidak punya kesempatan membantu, mereka semua sibuk dengan pekerjaan dan juga ada yang sudah punya roomate.

    Last Updated : 2021-10-24
  • Unexpected Encounter   Nasi goreng

    Maudi mengikuti kemana Satria pergi. Tak memperdulikan guyonan tak lucu pasal ginjal dari mulut lelaki ini.Seingatnya Satria menyambar kunci motor sebelum berdiri beberapa saat lalu, jadi Maudi pikir tempat Abang nasi gorengnya akan jauh, tapi ternyata hanya diujung gang, yang bahkan bisa sampai hanya dengan jalan kaki.Entah apa motivasi Satria hingga mau-maunya mengeluarkan motor dari tempat parkir dan memilih pergi dengan motor.Maudi turun dari motor Satria. Menunggu lelaki itu selesai menyetandar dan mematikan mesin motornya.Lalu saat Satria turun dari motor dan mendekati gerobak Abang tukang nasi goreng Maudi pun hanya mengekor."Larisan ya?" kata Satria pada si Abang tukang nasi goreng, Maudi tak benar-benar menghiraukan, ia hanya melempar pandangan kearah lain, melihat-lihat sekitar.Setelah berapa saat pertanyaan itu terdengar dari si Abang tukang nasi goreng.Maudi mendengarnya, ia pun melirik, tersenyum tipis."Siapa bro?" tanya t

    Last Updated : 2021-10-24
  • Unexpected Encounter   Direkrut orang dalam

    "Rencana event Author terhebat udah fix?"Satria yang sedari tadi tengah fokus dengan pekerjaan di kubikelnya kini menjulurkan leher, menoleh pada rekan kerja di kubikel sebelah."Kayaknya bakal fix. Soalnya kan Pak Doddy yang mengajukan, mungkin tinggal menetapkan beberapa hal tambahan dan mengajukan proposal ke pusat," jawab Satria sembari sesekali mengalihkan pandangannya dari layar komputer di meja.Desah kesal menjadi respon rekan Satria."Jadi maksudnya masih akan ada meeting lanjutan?"Satria terkekeh kecil. "Enak kan diskusi?"Tidak semuanya. Beberapa orang memang merasa kalau pertemuan dengan eksekutif penting amat sangat membosankan dan harus dihindari.Dan Serena salah satunya."Enggak suka aku," jawab Serena. "Males banget harus open mic didepan atasan."Satria terkekeh lagi. Open mic katanya.Ketika itu sebelum Satria sempat membalas keluhan kerja rekan sejawatnya ponsel milik lelaki itu lebih dulu berbunyi.M

    Last Updated : 2021-10-26
  • Unexpected Encounter   Mantan pengangguran

    Maudi menyetujuinya.Semudah itu.Karena menurutnya tawaran dari Satria kemarin itu adalah sebuah pucuk dicinta ulam pun tiba.Pun dengan mepetnya keadaan dan juga pepatah yang berbunyi; ‘tidak baik menolak rejeki’. Meskipun memang pada dasarnya Maudi tidak punya alasan untuk menolak tawaran Satria. Karena terang saja.Semua yang Maudi inginkan adalah menetap lebih lama di Jakarta dan untuk mewujudkan satu hal itu Maudi harus memiliki kerjaan yang jelas.Walaupun Satria sudah mengatakan padanya jelas-jelas kalau pekerjaan itu hanya untuk waktu satu minggu, tapi setidaknya Maudi bisa mendapat uang lebih dan paling penting Maudi bisa mencari pekerjaan lain dalam waktu satu minggu itu. Yang penting status Maudi berubah dari pengangguran Expert menjadi mantan pengangguran.Maudi mencengram ransel Satria lebih erat ketika motor besar yang ditunggangginya selap-selip diantara mobil-mobil yang sedang berderet menanti lampu lalu lintas berganti warn

    Last Updated : 2021-10-28
  • Unexpected Encounter   Bebysitter newbie

    Bintang berangkat kerja di antar oleh Mas Satria beberapa menit kemudian, sedangkan Maudi ditinggal dirumah bersama Calum yang sejak tadi fokus pada gadget keluaran terbaru ditangannya.Anak berumur tiga tahun itu fokus sekali pada laju ular yang sepertinya sudah seukuran badan pohon kelapa kalau di buat nyata. Anak kecil jaman sekarang main cacing di layar elektronik, sedangkan dulu Maudi bermain real cacing yang ia cari sendiri di lapisan pohon pisang yang sudah membusuk.Maudi melirik kearah jam didinding. Sepi sekali disini, hanya terdengar suara soundtrack permainan yang sedang dimainkan Calum, ada teleivi, namun Maudi sungkan menyalakannya sedangkan yang punya rumah sedang tidak ada.Maudi menoleh kepada balita yang ada di sampingnya. Calum ganteng. Mirip mbak Bintang yang cantik, tapi sifatnya, keturunan dari Satria plek ketiplek.Apa? Dipikir dari tadi Maudi tidak mencari bahan obrolan hanya untuk mengambil atensi balita ini? Mulut Maudi bahkan suda

    Last Updated : 2021-10-28

Latest chapter

  • Unexpected Encounter   Extra part

    Kehidupan pernikahan persis dengan apa yang pernah Maudi bayangkan. Tidak perlu bertanya jauh-jauh, Maudi sudah bisa memahami hanya dengan mendengar keluh kesah teman-teman yang lebih dulu menikah.Dan sekarang. Giliran Maudi yang mengalami itu.Jangan kira dalam cerita romansa yang ada cuma adegan mesra-mesra. Nyatanya kehidupan nyata lebih mencolok dari picisan kata cinta.Indah? Tentu ada indahnya juga, namanya juga hidup. Maudi bahkan berani bilang kalau ia tak pernah sebahagia ini sebelumnya.Ngomong-ngomong, Maudi sudah menjadi seorang ibu.Maksudnya, ibu sungguhan. Mengandung dan melahirkan. Enam bulan lalu Maudi melahirkan seorang putri cantik dari perutnya. Adiknya Calum.Tak lama setelah menikah, Maudi langsung hamil, maka dari itu tidak ada masa pacaran setelah menikah. Yang ada cuma morning sickness, emosional rollercoaster, ngidam dan kaki yang bengkak.Satria begitu memanjakan Maudi. Apalagi saat hamil. Rasanya Maudi seperti kembali jadi anak k

  • Unexpected Encounter   Wedding Night (17+)

    Musim di Indonesia sudah tidak lagi menentu. Kendati masih sama hanya hujan dan gersang tetapi kedatangan dua musim itu tak lagi pada jadwal yang diketahui bumi.Seingat Maudi tadi siang, waktu resepsi pernikahannya digelar, suhu bumi yang ia pijak tak jauh berbeda dengan panasnya gurun sahara. Tidak ada yang menyangka saat malam tiba justru dingin serta rintik hujan melanda.Protes? Oh jangan salah, Maudi bukan sedang protes. Ia hanya ingin bicara bahwa jangan pernah percaya apa kata ramalan cuaca.Hujan ini bagus.Bagus, sangat bagus malah.Ada yang lupa? Ini malam pengantin Maudi dan Satria.Malam pertama dan hujan, apa ada yang lebih bagus daripada itu?Mungkin ada.Berkumpul bersama teman saat hujan di hari pernikahan mungkin terasa amat menyenangkan bagi pengantin laki-laki. Terbukti dengan Maudi yang masih tertidur sendiri meski jam di dinding sudah menunju angka dua belas. Sudah tengah malam! Padahal suasana sedang mendukung tetapi dia malah asik nong

  • Unexpected Encounter   Wedding Day

    Percaya pada takdir.Mungkin hanya itu yang bisa Maudi sampaikan setelah menjalani kisah yang panjang ini.Karena berdasarkan pengalaman. Mau seberapa jauh langkah berjalan, arahnya takdir yang menentukan.Berniat pergi ke Utara, malah sampai di selatan. Berlari menuju timur, tiba-tiba sudah ada di barat.Tetapi apapun itu hasilnya, yang Maudi tau, takdir membawa hasil paling baik dari yang pernah dibayangkan.Seperti sekarang ini.Dua tahun merupakan waktu yang cukup lama.Usia Maudi bertambah begitu saja, sekarang sudah dua tujuh, semakin dewasa dalam pikiran dan seluruh aspek hidup.Dua tahun ini, banyak yang berubah dari Maudi. Dalam sifat maupun kepercayaan terhadap sesuatu. Juga naik turun hubungan percintaan dengan Satria.Maudi diberi waktu untuk melakukan hal yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Pergi jalan-jalan ke berbagai tempat, memikirkan soal cita-cita dan tujuan hidup, mempunyai teman baru, tak jarang Sera menyeret Maudi untuk

  • Unexpected Encounter   Soal kepercayaan

    Jujur itu aman. Tetapi beberapa hal memang lebih baik disimpan sebagai rahasia selamanya daripada membuka sebuah kejujuran pias.Dulu sekali, ketika Maudi belum tau bahwa Calum bukanlah anak biologis Satria, Maudi tidak jauh berbeda dari orang kebanyakan, ia tidak bisa untuk tidak menghakimi, lebih-lebih menganggap hidup manusia sejenis Satria terlampau bodoh dan sia-sia.Hal sejenis itu terlampau normal dan tak bisa dihindari untuk ukuran manusia yang pikirannya belum terbuka.Saat itu Maudi terlalu nyaman dengan dirinya sendiri, hanya menatap dunia dari arah pandangnya sendiri, belum mengerti kalau dunia bukan cuma tentang dia, dan dunia punya pandangan lain selain dari pandangan matanya.Dan hal itu terlampau wajar.Karena saat itu Maudi tidak tau, dan saat itu Maudi tidak ingin tau.Tetapi sekarang? Cerita sudah lain jalan. Mata Maudi yang semula hanya mantap satu arah lurus ke depan sekarang sudah mendapat penerangan. Maudi tau bahwa ia tidak boleh

  • Unexpected Encounter   Juga sama

    Sudah dua orang mengatakan kalimat yang persis sama itu pada Maudi. Yang pertama adalah Bintang dan yang kedua itu Sera.Dan Maudi yakin ia tidak sebodoh itu kalau sampai harus mendengar kalimat tersebut untuk ketiga kalinya. Maudi juga paham bagaimana perasaan yang disebut cinta itu bekerja. Meski awam Maudi mengerti betapa perasaan tidak bisa dibohongi.'Jangan tolak Satria kalau kamu memang suka', Maudi sudah menolaknya, karena awalnya Maudi pikir jatuh cinta itu pilihan. Waktu itu saat hidup masih amat rumit Maudi berpikir kalau menerima perasaan Satria hanya akan menambah masalah di hidupnya jadi daripada begitu Maudi memilih untuk tidak.Maudi belum mengerti kalau hati tidak bisa didikte. Perlu waktu yang cukup lama bagi Maudi untuk paham bahwasanya mau sekuat apa kita menghindar kalau memang sudah ada perasaan, kalau hati sudah menentukan arah, maka sudah, mau pergi menghindar ke mana pun, mau bilang tidak seribu kali pun, jawabannya tetap sam.Dan Maudi baru

  • Unexpected Encounter   Jangan tolak kalau suka

    Maudi langsung melesat kabur sebelum pembicaraan mengenai 'pacar' Satria bersama ibu semakin jauh, tentunya setelah menghadapi krisis kepercayaan yang dahsyat, berkat kemampuan kompor Mario, ibu makin yakin kalau anak gadisnya yang terkenal nolep ini adalah tersangka dalam bahan gossip belakangan.Dan tentunya, Maudi tidak bisa lagi untuk mengelak, dia nol sekali kalau sedang panik, apa lagi jika dipojokkan, membuka mulut pun Maudi tergagap saking gugupnya. Jadi daripada dihakimi oleh ibu dan membuat kebahagiaan di dalam hidup Mario menikat, lebih baik Maudi kabur saja.Maudi tau ia tidak bisa sepenuhnya kabur, karena mereka masih satu rumah, dan mau dibilang bagaimana pun juga, permasalahan cinta Maudi, yang mana bersama Satia, merupakan hal serius yang harus dibicarakan. Jadi daripada kabur, mungkin lebih tepat mengatakan kalau Maudi menenangkan diri sejenak sebelum menerima tekanan yang lebih besar.Karena Maudi yakin, berubahnya sikap Bu Sarah belakangan, berubahnya

  • Unexpected Encounter   Ketahuan

    Ingat apa yang terakhir kali terjadi?Maudi mengalami hal yang menurutnya mencurigakan. Oh yes, tentu, apa lagi kalau bukan soal Bu Sarah dan anak perempuannya.Nyinyir soal apa lagi, Mod?Jangan berperasangka buruk duluan, pasti ada hal janggal kenapa Maudi menganggap mereka mencurigakan, bukan?Benar. Karena belakangan, Bu Sarah yang suka mengomentari apapun yang Maudi lakukan, Bu Sarah yang selalu menganggap semua hal yang dilakukan Maudi salah, tiba-tiba saja dia berubah menjadi lebih kalem.Begitu baik, sampai-sampai Maudi curiga.Ada apa ini?Belum lagi soal Sera. Dia juga sama anehnya. Kemarin waktu malam minggu, Maudi mengobrol dengan Rean saat lelaki itu menunggu Sera selesai berdanan, dan Sera melihatnya. Tetapi dia tidak memulai perdebatan seperti biasa, dia tidak menuduh Maudi mau merebut kekasihnya, dia tidak nyindir-nyindir Maudi dengan kalimat kecut dan itu luar biasa bagi Maudi.Kenapa mereka ini? Kenapa insyafnya barengan.

  • Unexpected Encounter   Tamu

    Sepertinya Maudi memang sudah gila.Hm benar, topik bicara kali ini masih sama dengan topik bicara yang kemarin. Sibuknya pikiran Maudi pun masih berputar pada hal yang sama.Memang benar kata orang, kalau jatuh cinta, kalau patah hati, dan kalau sedang bingung karena perasaan merah muda itu pastinya semua hal yang semula normal menjadi berantakan.Sebelumnya Maudi tidak pernah, menanyakan kemana dan apa alasan seseorang pergi, ia juga tidak pernah mengintip dari balik jendela kala seseorang dari lingkungannya meninggalkan rumah, tolong catat baik tidak pernah sekalipun, bahkan saat kakak Maudi pergi dari rumah Maudi tidak pernah merasa berat dalam hati.Tetapi apa ini. Maudi sampai kebingungan parah, ia seperti bukan dirinya sendiri.Mulai dari saat malam itu, saat Satria bilang bahwa dia akan segera kembali ke Jakarta, Maudi tidak yakin kenapa dirinya sedikit keberatan mendengar kabar itu. Padahal jelas, Maudi tidak ada hak sedikitpun untuk merasa demikian

  • Unexpected Encounter   Peluk perpisahan

    Maudi pernah mendengar tentang pengalaman seseorang pasal 'firasat wanita tidak pernah salah'. Ya, benar. Biasanya firasat tersebut identik dengan baik buruknya sifat sang lelaki, dan juga firasat tentang bagaimana hati seseorang berubah.Tetapi kali ini, sepertinya firasat Maudi sebagai seorang perempuan dapat diakui. Bukan, Maudi tidak mendapat berita mengejutkan seperti; Satria cuma nyepik kamu, dia nggak serius dan cuma buat bercanda aja.Bukan seperti ini. Firasatnya kali ini merupakan firasat soal bisnis lelaki itu.Maudi sendiri terkejut.Ia tak tau harus berpikir yang mana terlebih dahulu, senang karena berasil menjadi seorang cenayang atau ikut sedih Satria dikibuli teman bisnisnya.Padahal wajah teman Satria tidak ada raut kriminalnya. Inilah orang selalu bersikeras jangan memandang seseorang dari fisik luarnya saja."Ditunda?" pekik Maudi tak percaya.Niat awal cuma menanyakan soal pekerjaan yang Satria tawarkan waktu itu, karena ibu ter

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status