Dengan segala rencanaku aku pindah ke sebuah kota yang menurutku lebih tenang. Semua kulakukan sendiri mulai dari mengurus kepindahan kependudukan hingga mencari tempat tinggal baru.Di sini aku mencari pekerjaan baru. Aku benar-benar memulai semuanya dari nol.Semua ini aku lakukan untuk menghindari orang-orang yang berpotensi bisa menyakiti hatiku dan juga putriku. Aku juga ingin menjauhi Rangga yang bisa saja menjadi Malapetaka baru. Jujur saja aku tak ingin jika orang-orang melanjutkan gosip tentang diriku dan Rangga. Kemarin belum juga menikah orang-orang sudah membicarakan diriku dan tentu saja memojokkan aku. Padahal sebenarnya aku tak membutuhkan orang-orang seperti Rangga. Daripada berdampak buruk lebih baik kuhindari saja semuanya. Mencari dunia baru itu lebih baik.Di sini aku menata hidup kembali.Dengan persiapan yang matang Di sini aku menemukan sebuah pekerjaan dengan gaji yang belum terlalu besar, tapi insya allah masih bisa mencukupi kebutuhan ku dan clara. Kehidupa
"Nak Vina masih punya uang nggak? Boleh Ibu pinjam barang sebentar?" Bu Ratih menghampiri Vina dengan raut muka pucat. Sepertinya kesehatan wanita paruh baya itu sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.Vina mengerlingkan mata merasa tak senang dengan pertanyaan itu."Ibu mau apa sih tanya-tanya uang aku?" respon Vina seperti menyepelekan."Maksud ibu kalau kamu masih punya uang, ibu mau pakai sedikit aja buat suruh Dira beli sesuatu yang bisa kita makan. Di kulkas persediaan lalu kita udah nggak ada lagi.""Lo, Ibu kok mintanya sama aku? Kenapa nggak minta sama anak Ibu aja?""Valdi lagi nggak ada duit, Nak," bu Ratih menjawab lirih."Aduh tuh anak ibu emang kagak becus cari nafkah! Masak ngehidupin istri satu aja ngos-ngosan! Nggak nyangka aku bakalan jadi kayak gini!" Vina menggerutu."Eh, Bu, atau gini aja, ntar aku minta uangnya sama Mas Valdi, nah udahnya ntar baru Ibu ajak tuh Dira buat beli apa aja kek buat makan. Tapi ingat beli mentah aja, biar ntar ibu yang masak di rumah
Bab 81"Hai mbak Vina, Mbak Vina itu nyadar diri ya, belagak banget ngusir ngusir kami dari sini! Masih untung kakak aku mau nikahin janda kayak kamu!" Dira mengomel."Aku ini lagi hamil anak kakak kamu, Dira! Jadi jangan macam-macam.""Aku nggak peduli kamu hamil atau apa, yang jelas sejak Kakak aku nikahin kamu kakak aku nggak pernah lagi rutin kasih uang sama kami, sama ibu juga nggak pernah! Nggak kayak dulu! Kamu emang biangnya, Mbak Vina!" Dira sama sekali tidak mau kalah."Capek-capek Ibu aku ngurusin Mas Valdi dari kecil, tapi udah besar kayak gini malah diperbudak sama kamu buat cari uang buat menuhin kebutuhan kamu juga. Nggak tahu diri! Padahal seharusnya kami yang lebih berhak," Dira terus saja bicara tanpa menelan ludah.Vina mendengarnya merasa panas hati. Tidak mau dan tidak terima di kata-kata demikian."Jadi mau kalian Valdi nggak usah kasih uang sama aku kasih sama kalian aja semuanya gitu?" Tatapan mata Vina melirik ke arah bu Ratih dan Dira secara bergantian."Jel
Bab 82"Ya wajarlah kalau Valdi mengusir Vina! kenapa ya kita selalu aja dapat ipar-ipar yang kelakuannya buruk semua?" Salma dan Mel bercengkrama."Iya dih. Mentang-mentang dia cantik, adik kita dia bikin sesuka hati. Dia pikir kita rela apa adik laki-laki kita dibikin budak kayak gitu. Mungkin aja dia memang nganggap kalau Valdi itu tukang cari uang aja. Nggak mau menghormati suami, nggak mau menghormatin keluarga suami juga. Sama kita-kita juga nggak sopan. Iih, ntar lebih baik kita suruh Valdi buat buang aja wanita kayak dia ke tong sampah," Mel berbicara tidak kalah mencibir."Kalau menurut cerita Dira kayaknya Vina tuh sering bilang kalau dia bersikap seolah kayak enggak butuh Valdi aja. Sok banget gitu cara ngomongnya," ujar Salma."Ibu juga sering bilang Vina suka menyinggung soal masalah aku sama Fahri juga. Padahal aku sama Mas Fahri kan emang beda konteks. Emang Mas Fahri yang salah. Kalau masalah dia sama Valdi itu jelas-jelas Valdi nggak salah. Yang salah dia sendiri kok
Bab 83Salma benar-benar merasa kasihan terhadap dirinya sendiri. Ia meratapi nasibnya yang tidak bisa dibilang baik-baik saja.Ia tak henti bertanya-tanya mengapa dirinya selalu saja terlilit hutang. Ditambah lagi dengan sang suami yang bertingkah seolah sudah tak peduli lagi.Seketika wanita itu teringat pada sosok Rika, wanita yang ia benci. Entah kenapa bagi Salma rikalah yang menjadi dalang semua dari ketidakberuntungan hidupnya."Pokoknya aku nggak mau tahu aku perlu uang uang itu, Sal. Udah untung aku mau kasih toleransi 3 bulan belakangan. Masak kamu belum juga dapat uangnya? dan sekarang mau nggak lagi?" Bu Yuni berceloteh menjengkelkan Salma."Ya aku harus gimana lagi Bu, aku benar-benar gak punya uang sekarang?" Salomah tidak tahu kata-kata apa lagi yang bisa ia lontarkan untuk menjawab ocehan Bu Yuni."Kamu sih cuma bisa ngomong Rika aja. Ternyata kamu sendiri lebih parah," cibir Bu Yuni."Nggak usah banding-bandingin aku sama Rika dong Bu. Jelas aku sama dia beda. Dulu tu
"Ya udahlah kalian nggak usah percaya lagi sama tuh Salma. Selalu selama ini tahu nggak kalian itu dibohongi sama dia!" "Tuh majikan aku udah jadi korbannya. Salma dulu kan sering bilang dan ngumbar-ngumbar berita buruk tentang si Rika. Tapi tahu nggak kalian ternyata sama sendiri tuh jauh lebih buruk daripada Rika, Si mantan ipar yang selalu ia jelek-jelekin. Utang dia sana majikan aku udah berbulan-bulan gak paje dibayar. Pokoknya pelajaran bagi kita deh, kalo dia mau pinjem duit nggak usah dikasih kalau nggak mau rugi!" ucap Giyem, art sebelah rumah."Bagi aku sih jauh lebih mending Rika daripada Salma. Si Rika yang aku tahu emang beneran punya pekerjaan bagus. Sedangkan Salma, aku ggak pernah liat dia bekerja. Udah gitu kalau sama kita omongannya gede mulu. Pakai acara pamer-pamerin duitnya yang katanya banyak, terus terusan juga ngebanggain faldi. Padahal setahu aku faldi baru aja dipecat dari perkantoran tempat dia kerja selama ini! pinter bohong si Salma,"Dada Salma dag dig
Bab 85"Kamu beneran kurang ajar, Vina! Gara-gara kamu Valdi jadi nggak peduli lagi sama kami! Gara-gara kamu juga Valdi kehilangan pekerjaan!" Salma menghardik.Vina menatap Salma dengan tetapan heran. Sikap-sikap Salma yang blak-blakan dalam hati membuat Vina tertawa. Sebab bagi Vina orang seperti Salma tampak begitu kampungan dalam mengekspresikan sifatnya."Kenapa kamu malah nyalahin aku Kak Salma? Apakah Kak Salma Nggak bisa mikir penyebab kenapa Valdi kehilangan pekerjaannya?" Tanya Vina."Emang mau mikirin yang kayak gimana lagi? Udah jelas-jelas kamu yang jadi penyebabnya. Semua berubah setelah Valdi nikahin kamu?" Serobot Salma"Aduh bener-bener nggak bisa gitu dong, Kak! Seharusnya Kakak itu bisa mikir kayak gini, Kenapa Valdi bisa dipecat? Ya itu karena faldi sendiri yang bodoh! Artinya kemampuan Valdi nggak cocok di bidang itu! Bukan karena gara-gara aku! Tuh Di sini aku jadi korban loh, seandainya aja dulu aku tahu kalau faldi kayak gini, nggak ada apa-apa, mana keluargan
Bab 86Pov RanggaAku menatap ke kursi dan meja yang ada di hadapanku. Meja dan kursi itu telah kosong sejak beberapa waktu yang lalu. Hati ini terasa sakit bila mengingat wanita yang pernah duduk di posisi kursi itu.Rika! Wanita itu telah menghilang tanpa jejak, tanpa memberitahuku sebelumnya, dan juga ia pergi dengan mengabaikan lamaranku padanya.Mengapa dia tak percaya padaku? Mengapa dia tak memikirkan bagaimana perasaanku? Apa Aku ingin selalu membosankan baginya? Apa dia pikir aku ini hanya main-main saja?Oh ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? "Selamat siang, Pak! Boleh aku titip salam dati Dira, khusus buat Pak Rangga!" Senyum Melia mengembang mendekatiku."Oh iya tentu dalam dari aku juga, dong! Penggemar setia Pak Rangga," celoteh Melia berbisik manja.Ada apalagi dengan mereka-mereka ini? Ucapan Melia yang menyebut nama Rika membuat hatiku sedikit tak nyaman, sebab keluarga Dira telah menorehkan luka di hati Rika. Entah mengapa, rasanya aku menyimpan dendam pada siapap