Share

Panik

Author: Jusiah Mssn
last update Last Updated: 2022-01-04 21:46:54

Tepat jam enam, aku mulai berkutat dengan peralatan dapur. Memotong ayam menjadi beberapa bagian dan membersihkan sayur untuk kujadikan jamuan makan malam nanti.

Sambil mengerjakan tugas, seketika teringat dengan uang milik suami yang sudah aku belanja. Jujur, aku tidak enak hati, merasa bersalah. Akan tetapi, rasa itu berusaha kulawan sekuat hati.

Uang itu ada hak aku di dalamnya, tidak salah mengambil separuh. Aku yakin tidak akan dosa seorang istri mengambil uang suaminya yang bisa dikategorikan sebagai suami pelit.

Iya, pelit. Aku baru sadar, selama satu bulan ini Bang Mail berbohong. Setiap aku minta uang selalu mendapat jawaban 'tidak ada' sudah dipinjam orang. 

"Astaghfirullah, ya Allah." Rasanya batinku tertekan.

Untuk mengisi paru-paru yang kembali terasa sesak, aku menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya lagi. Selanjutnya berusaha fokus pada pekerjaan yang kulakukan.

Selesai membersihkan potongan-potongan ayam, bumbu yang sudah halus aku masukkan di wajan. Menumis hingga harum, lalu memasukkan potongan ayam. 

"Sepertinya enak," gumamku ketika bumbu dan ayam sudah tercampur rata. Baunya juga sangat menggugah selera.

Sambil menunggu ayam matang, aku menumis sayuran yang juga sangat disukai Bang Mail. Daun sawi, tauge dicampur tempe adalah sayur campur yang menjadi favoritnya sedari dulu. Apalagi jika ditambahkan sedikit irisan cabe rawit. Kata Bang Mail mertua yang lewat di depan kita tak akan terlihat oleh mata. Seenak itu.

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Alhamdulillah semuanya sudah selesai. Aku menata makanan di atas meja, lalu gegas mengambil tudung saji untuk menutupnya.

Panggilan dari Allah telah terdengar. Tak lama lagi waktu salat maghrib tiba. Aku buru-buru ke kamar untuk bersiap.

Usai salat, sebuah notifikasi W******p masuk di HP-ku. Setelah memeriksanya, ternyata dari Jihan.

[Mar, suamimu udah pulang?]

Aku mengerutkan kening. Tumben Jihan bertanya soal suamiku. Ada apa? Karena penasaran, aku pun langsung membalas pesan itu.

[Belum, Han. Kenapa?] Entah mengapa jantungku berdebar laju. Feelingku mengatakan ada sesuatu hal yang terjadi.

[Jino kembali demam, aku sekarang di rumah sakit. Tadi aku enggak sengaja melihat suamimu bersama seorang wanita. Kupikir kamu, eh ternyata bukan.] 

Isi pesan ketiga yang dikirim sahabatku nyaris membuat diri ini terjengkang. Laju debaran jantung seiring sesaknya dada seakan ingin melenyapkan nyawa seketika itu juga. 

Aku lemas. 

[Salah lihat kali, Han? Enggak mungkinlah suamiku. Jangan-jangan orang lain.] Aku berusaha untuk tidak percaya. 

[Semoga saja, sih ... tapi kalau dilihat-lihat emang suamimu kok. Suamimu enggak punya kembaran 'kan?]

Aku tak membalas pesan itu. Kusimpan HP di atas kasur. Aku lemah tak berdaya. Cobaan apa ini? Jika benar Bang Mail bersama seorang wanita, sudah pasti wanita itu adalah Puspa. Buat apa mereka di sana?

Jika benar-benar itu terjadi, berarti yang bicara sama Puspa di teras juga adalah Bang Mail. Sepintar itu mereka mempermainkan aku. 

Lihat saja Bang, aku tidak akan membiarkan kamu menang dalam permainan ini. Batinku bicara.

Kukepal tangan kuat-kuat. Rasa-rasanya ingin kuhujani belati di perutnya yang mirip roti sobek itu. Ingin kucakar wajahnya yang menjadi penyebab wanita tergoda. Ketampanannya akan aku rusak.

Oh, aku ... aku hanya bisa berhalusinasi. Nyatanya aku tak mampu melakukan hal itu. 

Tok ... tok ... tok ....

Ketukan pintu berulang-ulang menyadarkan aku dari lamunan. Buru-buru membuka mukena, menyimpannya di pinggir ranjang, lalu keluar menuju pintu utama. Aku yakin itu Bang Mail. 

Akan tetapi, jika beneran Bang Mail kenapa cara mengetuknya beda? Tak memberi salam pula. 

Daun pintu kubuka lebar sambil mencari sosok manusia yang sengaja mengetuk berulang-ulang. Tidak jauh dari pintu berdiri seorang wanita berkerudung hitam membelakangiku. 

Aku tidak tahu siapa wanita itu, tapi dilihat dari pakaian dan sepatu yang dikenakan, aku yakin dia berasal dari keluarga kaya.

"Maaf, cari siapa?" tanyaku pelan.

"Sadarkan suamimu," balasnya lalu buru-buru pergi bersamaan dengan munculnya Bang Mail mengendarai motor bututnya.

Aku tak sempat mengejar. Bang Mail menghalangi. Padahal ingin bertanya maksud dari ucapannya. 

"Sudahlah, enggak penting. Ayo masuk. Enggak lama lagi akan hujan. Ayo di sini dingin!" ajak Bang Mail, sedikit memaksa seperti tidak ingin jika aku bicara sama wanita itu.

"Abang kenal wanita itu?" tanyaku penuh selidik.

"Kenal? Ya enggaklah. Udah abang mandi dulu, yah." Bang Mail mengecup keningku lalu gegas ke kamar. Aku hanya terdiam sambil memandangi punggungnya hingga ia benar-benar tak terlihat lagi.

Luruh air mata ini, masih tidak percaya dengan semua yang terjadi. Jika pada akhirnya Bang Mail memilih bersama wanita lain, lalu bagaimana denganku? 

Aku hidup sebatang kara. Kedua orangtua sudah lama meninggal dalam kebakaran beberapa tahun silam. Waktu itu aku pulang dari rumah teman, rumahku sudah habis terbakar. Ibu dan ayah tidak sempat diselamatkan. 

Jika suatu hari Bang Mail melupakan diri ini, bagaimana aku bisa hidup? Rumah ini rumah miliknya. Sudah pasti aku akan terusir.

"Lagi mikirin apa, sih?" Aku terkejut mendapat pelukan dari Abang. 

Dia melingkarkan kedua tangannya di perut ini. Dagu ia sandarkan di bahuku. Aroma maskulin di tubuhnya begitu menusuk hidung. Jujur, aku merindukan perlakuan ini.

"Jangan terlalu banyak pikir. Abang enggak mau istri abang yang cantik ini sakit gara-gara pikirannya ada di mana-mana." Bang Mail mengecup rambutku yang tertutup jilbab.

Aku membuka tangannya dari perut. "Aku lapar," ucapku tanpa menatapnya.

Langkah kupercepat menuju meja makan. Kubuka tudung saji lalu duduk memulai acara makan malam yang akan membuat perut kenyang. 

"Wow, makanan enak, nih." Bang Mail duduk. 

Dia memindahkan nasi ke piringnya, lalu mengambil lauk pauk yang menjadi kesukaannya. Bang Mail sangat nafsu. Beberapa kali nambah dan itu membuatku sangat senang. Soal makan, suamiku memang juaranya.

'Bang, benarkah Abang mengkhianatiku? Apa salah dan dosaku, Bang?' 

Tidak terasa mata mengembun. Aku mencondongkan tubuh, pura-pura menggaruk kaki. Padahal ingin menghapus air mata yang tiba-tiba jatuh tetes demi tetes.

"Dek, enak sekali. Semua ini kamu yang masak?" tanyanya tanpa melihat ke arahku. Bang Mail fokus ke makanannya.

"Bukan. Ini dari Puspa," balasku cepat dengan mimik wajah serius.

Kulihat suamiku seketika berhenti mengunyah. Ia segera minum lalu menatapku dalam. Bang Mail seperti tidak suka makanan itu padahal sudah memakannya banyak.

"Ini kamu yang masak?" ulangnya. Wajahnya tampak begitu serius.

"Iya," jawabku lalu makan dengan santai.

"Marina, apa yang salah denganmu?" tanyanya lagi, tampak kesal.

"Enggak ada. Abang kenapa?" tanyaku balik.

"Abang ke kamar dulu." Bang Mail beranjak pergi. Aku tak menggubris. Kunikmati makan malamku seorang diri. 

"Dek, dapat uang dari mana untuk membeli semua ini? Kamu 'kan enggak kerja." Bang Mail muncul lagi. Itu berhasil membuat makanan yang ingin kumasukkan dalam mulut tidak jadi. 

Aku mendongak menatapnya sambil tersenyum. 

"Aku enggak kerja dan Abang enggak kasih uang. Pikirlah di mana agaknya aku mendapatkan uang," ucapku, lalu lanjut makan.

Sementara itu, Bang Mail mempercepat langkahnya ke kamar. Aku yakin sebentar lagi dia akan berteriak memanggil namaku. 

Bersambung

Related chapters

  • Uang yang Disembunyikan Suami   Akhirnya Keceplosan

    "Kemana, tuh orang?" Mata mengarah ke pintu kamar yang jaraknya dekat dengan dapur. Lama aku menunggu teriakan dari Bang Mail, tapi tidak sedikitpun ia bersuara. Jangankan suara, orangnya saja sama sekali tidak muncul. Mungkin Abang belum sadar yang kupakai belanja adalah uang miliknya. Padahal aku tidak sabar ingin melihat bagaimana reaksinya. Tidak sabar ingin tahu untuk apa uang itu dan apa alasannya menyembunyikannya dariku. Akh, gagal. Bang Mail beneran tidak muncul. Kuangkat piring bekas tempat makan kami ke wastafel. Mencuci semuanya, lalu mengemas sisa-sisa makanan lainnya untuk kemudian kututup kembali menggunakan tudung saji. Setelah kerjaan beres aku menuju kamar. Pintu kubuka secara perlahan. Tampak Bang Mail sedang duduk melamun di tepi ranjang. Wajahnya terlihat sangat sedih. Aku tidak tahu masalah apa yang sedang dihadapi hingga ia tampak sesedih itu. Tadinya kupikir sudah tidur, ternyata tidak. "Ekhem.

    Last Updated : 2022-01-04
  • Uang yang Disembunyikan Suami   Yang Ingin Ditemui Suamiku

    Kutatap wajah Bang Mail penuh selidik. Dia yang tengah kebingungan hanya bisa mengalihkan pandangan seolah-olah takut menatapku.Aku memicingkan mata, menatapnya lekat tanpa bersuara. Tak sabar rasanya ingin mendengar alasan yang akan dikatakannya. Sedetik kemudian, kudekatkan diri padanya, mendongak tak henti menatap."Uang?" tanyaku memastikan. Tetap setia pada kepura-puraan. "Abang punya uang?"Dapat kulihat bagaimana ekspresi Bang Mail ketika kutanya soal uang yang dimaksud. Sepintas ia melihatku, lalu kembali berpaling. Emosi mulai terlukis di wajah tampan itu. Yang demikian membuat hati ini senang."Abang punya uang?" Sekali lagi aku bertanya. "Uang dari mana, Bang? Bukannya Abang bilang enggak punya uang? Dipinjam teman."Aku sengaja mengingatkan semua yang pernah terucap dari mulutnya. Bang Mail harus sadar, harus malu jika yang dilakukan itu tidak baik. Membohongi istri, menyembunyikan uang dari istri itu sangat keterlaluan menurutku. 

    Last Updated : 2022-01-05
  • Uang yang Disembunyikan Suami   Tersenyum Dalam Luka

    Kuikuti Bang Mail. Di lorong dekat penyerahan obat-obatan, nyaris saja aku ketahuan. Untung segera menyadarinya dan langsung ikut mendorong brankar pasien yang tengah didorong oleh suster. Juga ada beberapa orang yang ikut serta sambil menangis memegang tangan pasien yang tak sadarkan diri."Mbak siapa?" Seseorang bertanya. Mungkin keluarga pasien. Kulepas tangan dari brankar itu."Ak–aku, aku salah orang. Maaf," jawabku setelah yakin Bang Mail sudah tak lagi memerhatikan.Aku gegas pergi. Melajukan langkah mencari sosok suami yang belakangan ini menyakiti hati. Hampir setiap ruangan kuperiksa dengan teliti, tapi tidak membuahkan hasil. Tepat di depan ruangan ICU, aku mengintip melalui pintu kaca yang transparan."Kamu berbohong Bang. Yang bersama Abang di rumah sakit ternyata bukan bos Abang," gumamku.Kucoba mengondisikan detak jantung yang kian melaju. Tidakl

    Last Updated : 2022-02-01
  • Uang yang Disembunyikan Suami   Hubungan Pak Ray dan Mereka

    Kupersilahkan masuk ke rumah. Tidak baik seorang tamu dibiarkan berdiri di luar. Apalagi sudah mulai malam dan angin pun bertiup kencang hingga dinginnya berasa menembus ke kulit terdalam."Tidak perlu," tolaknya datar. "Sadarkan suamimu."Kalimat terakhir membuatku mengingat beberapa hari yang lalu seorang ibu berkerudung datang mengatakan kalimat yang sama. Jangan-jangan ibu berkerudung itu adalah dia? Dia ibunya Puspa yang pernah menatapku diam-diam di teras rumahnya.Aku tak tahu sedang memikirkan apa di saat netranya mengarah padaku. Dan aku juga tak tahu mengapa ia memintaku menyadarkan Bang Mail."Maksud ibu apa, yah?" tanyaku. Rasa ingin tahu ini begitu besar."Puspa, anakku mencintai suamimu dan suamimu membalasnya. Suruh pria laknat itu bercermin. Dia siapa dan berasal dari keluarga bagaimana? Sadar diri. Anakku tidak sepadan dengannya," jelasnya panjang leb

    Last Updated : 2022-02-02
  • Uang yang Disembunyikan Suami   Pergi dari Rumah

    Aku sangat-sangat terkejut. Terlebih lagi kini aku menginjakkan kaki di halaman rumahnya. Rumah yang tidak lain milik Puspa ini membuat hati terasa nyut-nyut ngeri. Berasa kalah dari seorang pelakor.Aku lambat menyadari semuanya. Jika seandainya dari dulu menyelidiki hubungan antara keduanya, mungkin saat itu juga aku berhemat demi membeli rumah baru yang akan kutinggali seorang diri. Mau bagaimana? Allah belum mempercayaiku untuk memiliki seorang anak."Kamu kenapa, kenal pemilik rumah ini?" tanya Pak Ray.Tidak ada jawaban dari mulut seorang Marina Anggira. Kulajukan langkah keluar dari pekarangan rumah pelakor itu. Meski sejuta tanya bersarang di kepala, aku tetap tinggalkan depan rumahnya.'Pak Ray dan mereka ada hubungan apa yah?' batinku terus bertanya-tanya.Aku ke rumah dengan langkah cepat. Ternyata Bang Mail sedari tadi memerhatikan. Sejak kapan dia pulang?

    Last Updated : 2022-02-02
  • Uang yang Disembunyikan Suami   Dia Datang Diwaktu Yang Tepat

    "Lepas aku bilang!" pintaku, meronta.Sekuat tenaga melawan dan mencoba mencari tahu pemilik tangan kekar itu, tapi semuanya gelap. Aku tidak bisa melihat secara jelas siapa agaknya yang begitu cepat mencekal pergelangan tanganku di tengah gelapnya malam?Aku hanya menduga mungkinkah tangan milik Bang Mail? Dari bau parfum sepertinya dirinya. Akan tetapi, itu belum pasti karena parfum yang digunakan Pak Ray saja mirip dengan yang digunakan suamiku."Lepas!" Tak henti-hentinya melawan hingga rasanya tenaga sedikit terkuras. Aku mulai lelah hingga terpaksa menggigit tangannya."Marina, kumohon jangan pergi. Abang sangat mencintai kamu."Suara itu? Ternyata dia Bang Mail. Berarti dia terbangun tak lama setelah aku pergi.Meski sudah aku gigit, Bang Mail tetap enggan melepas tangan ini. Ia terus memegangnya erat lalu berjalan meraih koper dan HP yang tergeletak di pinggir jalan.Kulihat layar HP retak. Ini semua

    Last Updated : 2022-02-05
  • Uang yang Disembunyikan Suami   Terpaksa Pergi Lagi

    Aku membalas senyuman wanita itu. Ia menghampiri Pak Ray, meraih tangannya lalu ia cium dengan takzim."Tumben Mas lambat pulang?" tanyanya, masih dengan senyuman yang menghias wajahnya."Mas liatin Puspa dulu." Pak Ray menjawab. "Oh, iya ... Sayang, kenalkan ini Marina mantan pegawai mas yang akan kembali bekerja."Aku hanya tersenyum ketika istri Pak Ray menatapku. Selang beberapa saat, ia mengulurkan tangan. "Nessa.""Marina." Aku pun menyambutnya."Yuk, masuk!" ajaknya kemudian."Marina ayo." Pak Ray juga mengajak."Ayo masuk Tante," sahut Aura.Aku mengangguk sembari tersenyum lagi dan lagi. Kuikuti langkah mereka sambil menarik koper hingga tiba di ruang tamu dan dipersilakan duduk layaknya tamu terhormat.Dari segi perbuatan, sepertinya Nessa orangnya baik. Apakah saat mengantar Bang Mail menemui Puspa di rumah sakit dia tidak tahu kalau yang diantar sudah beristri? Atau pura-

    Last Updated : 2022-02-05
  • Uang yang Disembunyikan Suami   Marina Menikah Lagi?

    POV MailSejak kepergian Marina dari rumah, makanku tak terurus, pikiran tak karuan dan tidur pun tak nyenyak. Bukan karena tidur tanpa kasur, tapi karena Marina istriku tak berada di sisi.Jujur, kepergiannya meninggalkan sejuta luka di hati ini. Aku benar-benar kehilangan Marinaku, sosok wanita berstatus istri yang selalu taat akan perintah Allah. Yang selalu menyediakan makanan untukku dan yang selalu ada setiap aku butuh.'Marina abang merindukanmu.'Kulipat dua selimut yang kupakai semalam dengan air mata melaju membasahi pipi. Aku kesepian tanpa Marina. Dia segala-galanya bagiku.Setelah rapi, selimut aku simpan di atas ranjang. Semalam aku tidur di lantai beralaskan selimut. Meski sudah pakai selimut tebal, tetap saja dinginnya malam menembus hingga ke tulang-tulang. Dingin sekali.Sebelum berangkat kerja, pagi-pagi sekali aku harus mengurus Puspa di rumahnya. Mulai dari minumnya hingga makannya. Kadang lelah dan ingin men

    Last Updated : 2022-02-10

Latest chapter

  • Uang yang Disembunyikan Suami   TAMAT

    Marina tak enak hati ketika tahu ternyata Anton benar-benar membelikan tiket untuknya. Ia menatap Anton yang hanya fokus bicara sama Ray.'Aku tahu niatmu bagus Mas, tapi kok aku enggak enak begini? Aku tahu di balik hadiah tiket ini, Mas ingin berusaha membuang perasaan mas padaku sekaligus membayar janji mas tempo hari. Itu bagus untuk kami semua, tapi jujur aku enggak enak banget,' batin Marina."Hadiahnya tiket?" Ray mengeluarkan dua tiket pesawat.Sebenarnya Ray juga tahu Anton berusaha membuang perasaannya terhadap Marina. Akan tetapi, Ray berpura-pura tidak tahu. Ia tidak ingin membalas soal itu. Suatu saat Anton pasti akan menemukan wanita yang jauh lebih baik. Ray yakin."Ya, tiket pesawat ke Dubai untuk kalian. Aku rasa kamu sudah sembuh. Kalian enggak mau berbulan madu? Aku juga sudah pesan hotel untuk kalian, loh di sana," kata Anton, terlihat senang. Meski hatinya ada sedikit kesedihan y

  • Uang yang Disembunyikan Suami   Hadiah dari Anton

    "Jika jalan satu-satunya adalah operasi, tolong disegerakan Dok. Lakukan yang terbaik untuk adikku."Pada akhirnya Anton meminta dokter, Ray dioperasi saja. Ia yakin adiknya pasti akan selamat. Keputusan itu tentu saja sudah disetujui semua keluarga."Baiklah, tapi pihak rumah sakit tidak bisa menjamin keselamatan saudara Bapak. Kepalanya terbentur keras dan banyak kehilangan darah. Sudah pasti kepalanya mengalami luka yang sangat parah," jelas dokter."Aku percaya kuasa Allah," balas Anton, yakin Ray tetap akan selamat. Akhirnya dokter pun gegas menyiapkan peralatan yang akan dipakainya untuk operasi."Ya Allah, selamatkan suamiku, selamatkan suamiku," gumam Marina.Beberapa jam telah berlalu, mereka menunggu hasil. Marina mondar-mandir di depan ruang operasi dengan perasaan takut. Bagaimana jika nanti suaminya tidak selamat? Pikirnya.

  • Uang yang Disembunyikan Suami   Kecelakaan

    Sambil tetap mendekatkan HP di telinga, Anton kembali membatin, 'Selamat menempuh hidup baru. Semoga bahagia dunia dan akhirat. Doakan semoga aku bisa move on dari rasa ini. Aku tersiksa melihatmu bersamanya.'Tidak bisa dipungkiri, meski sudah berusaha menerima kenyataan bahwa dirinya bukanlah jodoh Marina, tetapi tetap saja Anton sangat sedih melihat adiknya bersanding dengan wanita idamannya.Terkadang bisikan setan menghasutnya untuk membawa kabur Marina dari pelaminan. Akan tetapi, Anton mampu melawan.'Dia bukan jodohku. Aku percaya, jika jodoh takkan kemana.'"Hai, sama siapa? Tante Soraya dan Bapak mana? Mereka berjanji akan datang, loh."Anton kaget, bahunya ditepuk seseorang yang tidak lain adalah Ray. Saat ini Ray sudah memaafkan Pak Adnan. Anton juga sama.Dua hari yang lalu, Pak Adnan berlutut minta maaf pada Soraya. Minta balik

  • Uang yang Disembunyikan Suami   Keluarga Anton Berduka

    Sambil tetap mendekatkan HP di telinga, Anton kembali membatin, 'Selamat menempuh hidup baru. Semoga bahagia dunia dan akhirat. Doakan semoga aku bisa move on dari rasa ini. Aku tersiksa melihatmu bersamanya.'Tidak bisa dipungkiri, meski sudah berusaha menerima kenyataan bahwa dirinya bukanlah jodoh Marina, tetapi tetap saja Anton sangat sedih melihat adiknya bersanding dengan wanita idamannya.Terkadang bisikan setan menghasutnya untuk membawa kabur Marina dari pelaminan. Akan tetapi, Anton mampu melawan.'Dia bukan jodohku. Aku percaya, jika jodoh takkan kemana.'"Hai, sama siapa? Tante Soraya dan Bapak mana? Mereka berjanji akan datang, loh."Anton kaget, bahunya ditepuk seseorang yang tidak lain adalah Ray. Saat ini Ray sudah memaafkan Pak Adnan. Anton juga sama.Dua hari yang lalu, Pak Adnan berlutut minta maaf pada Soraya. Minta balik

  • Uang yang Disembunyikan Suami   Hari Pernikahan Marina

    Tanpa dipersilahkan, pemberi salam langsung masuk. Berjalan pelan ke arah Wiranti, Ray dan Aura."Aku sudah lama mencari keberadaanmu Wiranti. Ternyata kamu di sini. Ray anakmu yang berarti juga anakku. Anak kita," ucapnya sumringah. Akhirnya bisa menemukan anak kedua dari hasil pernikahan kedua.Karena Anton menolak harta warisan darinya. Pak Adnan akan mengalihkan semuanya pada Ray. Ia sangat berharap anaknya itu bisa menerima. Sebab, merasa diri tak lama lagi akan kembali menghadap Tuhan. Pak Adnan tidak mau menyisakan harta untuk istrinya yang saat ini, yaitu Dena. Karena selepas ini pun wanita itu akan diceraikannya. Dena sudah berselingkuh dengan pria lain. Tidak ada kata maaf.Pak Adnan sadar itu salahnya, karena kerap main tangan disebabkan emosi yang tidak terkendali dan semua itu juga karena seringnya Dena menghambur-hamburkan uang. Pak Adnan merasa Dena hanya mencintai hartanya saja.

  • Uang yang Disembunyikan Suami   Ray dan Anton Saudara?

    Meski Anton sedih karena sebentar lagi wanita yang dicintainya akan menikah, tapi ia berusaha merelakan. Sebab cinta itu memang lebih kepada merelakan, bukan melepaskan ataupun mengumpul keberanian untuk merebut.Keduanya melempar senyum, lalu Anton membalikkan badan berjalan ke sofa. Sedangkan Marina ke dapur untuk minum. Kerongkongannya seketika berasa kering, ia harus minum untuk melegakan tenggorokan.Klakson mobil membuat Marina bergegas keluar, melewati Anton yang kini berdiri di ambang pintu utama."Aku lambat enggak?" tanya Ray, baru saja turun dari mobilnya."Enggak, kok Mas," jawab Marina sambil tersenyum.'Tentang foto tadi, aku kasih tahu mereka enggak, yah?' batin Marina."Ton, kami pulang, yah," pamit Ray."Tunggu, Mas. Ada yang ingin aku katakan pada Mas dan Pak Anton. Mungkin sebaiknya jan

  • Uang yang Disembunyikan Suami   Nyonya Soraya Melamar Marina

    "Bagaimana mungkin?" gumam Marina tak percaya.Foto terus dipandanginya tanpa mengetahui keberadaan Anton tepat di belakang. Foto yang katanya istri kedua Pak Adnan itu ia elus."Kok bisa?" gumamnya lagi."Ekhem."Marina menoleh. "Pak Anton?""Yes, i'm. Itu foto kenapa dilihat-lihat terus? Ntar juga ketemu di hari pernikahan kalian," ujar Anton, membuat Marina mengerjit keheranan. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu."Maksudnya?" Marina memberi pertanyaan."Ini foto ibunya Ray bukan? Tante Wiranti," jawab Anton.'Ya Allah, jadi foto orangtua yang kulihat di kamar Aura itu adalah foto ibunya Mas Ray? Itu artinya Mas Ray dan Pak Anton ...?' Marina menatap Anton tanpa berkedip.'Itu artinya Pak Anton ini kakaknya Mas Ray,' lanjutnya membatin."Yang kamu lihat aku sep

  • Uang yang Disembunyikan Suami   Foto Istri Kedua Pak Adnan Itu Ternyata

    Mereka berpencar. Satu ke jendela dapur, satu ke pintu utama dan dua tepat di bawah jendela ruang tamu.Mereka mulai beraksi. Dengan peralatan yang sudah disediakan, keempat pria berwajah mirip-mirip preman itu mulai mengerjakan tugas masing-masing.Mengeluarkan obeng, lalu mencoba mencungkil jendela. Mereka melakukannya penuh kehati-hatian. Namun, pria yang berada di dapur dikejutkan seekor tikus yang lewat hingga ia mengeluarkan suara teriakan."Siapa di sana?" Suara Ray terdengar dari dalam.Pria yang masih kaget gara-gara tikus langsung berlari sebelum ketahuan pemilik rumah. Ia ke depan pintu utama. Benda tajam dan obengnya ditinggal di depan pintu dapur."Goblok!" marah pria yang berusaha membuka pintu utama sambil menjitak keras kepala temannya. Ia meminta kembali mengambil peralatan mereka."Tapi, tapi bagaimana

  • Uang yang Disembunyikan Suami   Ibu Rosma Meninggal

    "Innalilahi wa'innailaihirraji'un," gumam Ray, kemudian dengan sigap ia menangkap tubuh Marina yang tiba-tiba tubuhnya terlihat lemas dan mau jatuh.Sekujur tubuh Marina lemah tak berdaya. Nyaris jatuh pingsan andai tidak ada Ray menangkap tubuhnya."Marina, sadar ayo duduk." Ray membawa Marina bersandar di dinding. Orang-orang melihatnya heran. Mungkin pada bertanya siapa mereka ini hingga sebegitu sedihnya melihat keadaan Puspa dan Ibu Rosma.Suara tangisan terdengar memilukan. Ray menoleh, ternyata Puspa sudah sadar dari pingsannya. Sedangkan saat ini Marina berusaha tetap sadar walau rasanya ingin pingsan dikarenakan mengingat surat Puspa yang memintanya merawat Ibu Rosma. Akan tetapi, nyatanya sudah terlambat."Mas, tolong tenangkan hati Puspa. Kasihan," lirih Marina.Ray tidak bicara sepatah kata pun, ia masih mengingat ketika pembantunya men

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status