“Sudah bangun kau rupanya!“
“Hebat sekali, kau baru beberapa hari di rumah ini, namun lihat sikapmu? Kau berlagak seperti ratu saja. “Devita menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka lebar, rupanya di depan sana sudah ada sang ibu mertua sudah berdiri di depan pintu, menatap sini pada gadis itu, Devita yang nyatanya masih terkulai lemas di atas tempat tidur.“Bangu!”“Apa lagi yang kau tunggu?“Kau tahu sudah jam berapa ini?Marta, sang ibu mertua melirik ke arah benda bundar itu, mesin waktu yang sudah menunjukkan angka setengah delapan, pagi. Entahlah, padahal hari itu memang masih terlalu dini, namun hanya keluarga inilah yang paling sibuk, apalagi nyonya Marta, dia tak ingin melihat seseorang di dalam rumahnya hanya bermalas-malasan saja.Malam tadi, adalah malam yang terindah seharusnya yang dilalui Devita, malam pengantin yang berhiaskan selimut mesra dan kasih sayang dalam pelukan manja mesra, ini adalah malam bulan madu pertama mereka.“ Ya bu, maaf aku terlalu kelelahan.,“Aku akan bangun. “Devita menyibak selimut tebal yang tadinya sejenak mengurangi rasa lelahnya sehabis bertarung dengan suaminya, menebar benih kehidupan dengan harapan menghadirkan keturunan.Wajah Devita terlihat agak menunduk, dia tak berani menatap sang ibu mertua yang kini berada tak jauh darinya Memang hanya Nyonya Marta yang tak pernah menyetujui hubungan mereka , namun kuatnya cinta mengalahkan penghalang kokoh itu. Andre sudah berjanji apapun yang akan terjadi, laki-laki ini akan tetap teguh dengan cintanya, cinta yang tumbuh diantara kelas sosial ekonomi yang berbeda.“Kau seharusnya menunjukkan padaku gadis miskin!“Bagaimana caranya menjadi menantu yang baik pada keluarga ini!”Kata-kata ketus itu begitu saja keluar dengan lancar, Devita tahu sang ibu mertua tidak pernah menyukai dirinya.“Malam dan pesta pernikahan kalian telah usai, sementara Suamimu sudah berangkat ke kantornya masih terlalu pagi, tapi kauu....? Kau tidak melakukan apa-apa selain berbaring di sana...?“Bahkan menyiapkan sarapan untuk puteraku saja kau tidak....! “Wajah sang ibu mertua mulai sedikit murka, mungkin sudah memuncak pada Devita yang dianggapnya tidak becus dalam mengurus keperluan putranya, bukan Devita tidak ingin melakukan tugasnya, tapi Andrelah yang meminta untuk Devita tidak terlalu menguras tenaganya, dia mengerti bahwa momen acara pernikaha n besar itu benar-benar menguras tenaga.Devita hanya terlihat menunduk dan kembali menguatkan hatinya, namun dari kedua matanya itu tak bisa dibohongi, sejenak air bening itu menetes membasahi pipinya yang ranum.Sementara itu, nyonya Marta pergi meninggalkan Devita begitu saja, dia kembali ke ruang tamu menemui suaminya di sana, dengan wajah kusut marut.“Lihatlah,,,?“Kenapa wanita itu selalu diperingatkan dulu baru bisa melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga!”“Apa yang membuat Andre putra kita jatuh cinta padanya,..ini gila!!“Begitu ketus, saat obrolan itu terjadi di ruang tamu.Ya, walaupun dari balik dapur sana, Devita sang perempuan malang yang kini terbelenggu dalam keluarga besar nyonya Marta dan tuan Wicaksono. Ini benar-benar memang tak punya hati, apa yang dikatakan bahkan dilontarkan dari mulut wanita bernama nyonya Marta benar-benar pedas dan membekas luka.Tuan wicaksono, dia melihat tingkah istrinya di sana yang duduk di atas sofa empuk, mereka sedang berada di ruang tamu, menonton acara televisi adalah kesukaan keluarga ningrat dan kaya itu, mereka memiliki beberapa orang-orang penting yang mengurus bisnis keluarga mereka, ini masih terlalu pagi memang, hanya terkadang saja mereka memantau perusahaan dan bisnis mereka pada saat-saat senggang.“Husss, kau jangan berkata seperti itu bu, tidak baik.““Bagaimana kalau Devita mendengar apa yang kau katakan? Bagaimana pun,dia juga menantu kita sekarang bu. “Seorang laki-laki yang duduk tak jauh dari nyonya Marta berperawakan gagah tinggi dengan rambut yang sedikit ditumbuhi uban dialah tuan Wicaksono. Tuan Wicaksono tahu akan watak istrinyaTak patah semangat selalu menasehati istrinya,namun percuma, nasehat keras tak berlaku bagi mertua bernama nyonya Marta yang berwatak keras itu. Walaupun dia sebagai kepala rumah tangga rumah megah ini.“Kenapa kau selalu membela wanita malas itu dari pada istrimu sendiri...? ““Ada apa denganmu? kau hampir sama dengan puteramu itu, Sama-sama keras kepala! “Nyonya Marta berujar ketus lalu menatap tajam pada suaminya, tuan Wicaksono. Laki-laki itu hanya diam, dia memang laki-laki gagah, tapi tak segagah ketika berhadapan dengan istrinya yang galak itu, seolah kehormatan seorang laki-laki tiada gunanya dihadapkan dengan seorang perempuan ketus dan sombong bernama nyonya Marta.“Kenapa?“Apa kau tidak suka dengan apa yang aku katakan...?“Apa masalahnya dengan wanita itu! kalau pun dia tidak suka, dia boleh angkat kaki dari rumah ini, mudah bukan...!”Sembari menyilang kedua tangganya di depan dada, Nyonya Marta memalingkan wajahnya, seolah menghadap ke arah dapur pada lawan bicaranya Devita. Ya, hanya saja ruang tamu itu memang luas dan terhalang oleh beberapa tembok dinding ruangan istana rumah megah nan mewah milik keluarga hartawan ini.Keadaan sunyi senyap sejenak, terlihat Devita menyapu air matanya yang jatuh dari kelopak mata yang semakin sayu itu.“Andai saja.....? “Perempuan ini mulai mengenang apa yang sudah terjadi, namun dia tidak boleh menyerah dengan keadaan, meskipun rintangan berat akan dia hadapi, Devita terkenal tegar dan penyabar.“Ah, sudahlah! ““Aku tak boleh berpikiran seperti itu. “Kembali dia menegakkan kepalanya, mencoba menghapus air matanya. Di berdiri di depan wastafel dapur, memang disana memiliki beberapa pembantu, hanya saja nyonya Marta melarang para pembantu menyelesaikan pekerjaan berat ini. Andre tak mengetahui apa yang sudah dilakukan ibunya pada gadis yang dia cintai.Devita sudah melakukan tugasnya, bak pembantu dia di sana, namun ini memang kewajiban yang harus dia lakukan dalam menjalani aktifitas sebagai menantu yang baik, dia harus selalu patuh pada apa yang dikatakan Andre suaminya.“ Kau harus bisa mengambil perhatian ibuku Devita, ““Aku percaya, suatu saat ibu pasti akan berbalik menyukaimu. “Kata-kata itu masih Devita simpan dalam memori otaknya, memang harus dia pantang menyerah, hanya untuk membuat hati mertuanya yang sombong dan berwatak keras itu suatu saat akan menyukai dirinya, seperti apa yang dikatakan suaminya.“ Aku harus percaya apa yang dikatakan Mad Andre, ““ Yaaa, suatu saat ibu akan menyukaiku, aku harus selalu berbuat baik di rumah ini. “Ujar Devita yang saat itu menyusun beberapa piring dan peralatan makan yang menumpuk, kini dia hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan apa yang diperintahkan oleh sang ibu mertua."Mana gadis itu?"Kenapa lama sekali hanya untuk membuatkan kopi? "Kepala nyonya Marta terlihat agak mendongak ke arah dapur.Devita adalah seorang model cantik yang dikenal oleh Andre semenjak dia menghadiri sebuah acara peresmian usaha pakaian ekspor dan impor butik milik orang tuanya yang kini dia kelola. Baru berjalan beberapa hari perkawinan sakral nan indah itu, namun tidak bagi Devita, dia hanya seorang gadis malang yang terperangkap dalam keluarga yang benar-benar tidak menyukainya. “ Aku begitu jauh berbeda dengan keluargamu Mas, “Kau dan keluargamu keluarga terpandang, sementara dengan aku hanya orang biasa saja, mungkin ibumu tidak akan pernah menyukaiku.”Devita sejenak mengutarakan kegundahan dalam hatinya, meskipun dia sudah terpikat pada laki-laki tampan dan juga baik itu. Tidak dengan Andre, dia tahu jika gadis yang dia cintai mungkin terlibat cekcok dengan sang ibu, tapi baginya ini hanyalah persoalan biasa saja, hanya saja mungkin gadis yang dia cintai sudah tak tahan dengan apa yang dia rasakan. “ Kenapa kau selalu mempermasalahkannya,,?”“Status sosial tidak penting untukku, “Percaya
“Jangan sesekali kau coba mengadu pada Andre! “Kau tahu akibatnya bukan?”Disaat gadis itu sedang membantu seorang pembantu memotong daging dan sayuran untuk keluarga itu makan, nyonya Marta menghampiri Devita saat itu juga. Nyonya Marta tak ingin sifat buruk dan busuknya itu diketahui putranya, mengancam adalah salah satu cara untuk membungkam mulut gadis malang menantunya itu. “Jika kau ingin betah dan tetap bersama putraku, tetap jaga lisanmu itu! Sedikit saja Andre mengetahui semua tentang hal ini, kau bakal tanggung akibatnya gadis miskin!”Ya, begitulah setiap hari apa yang nyonya Marta lakukan pada menantunya, berulang kali bahkan berkali-kali selalu mengancam dengan kata-katanya, ketika Andre putranya itu tidak sedang berada di dalam rumah, setelah kepergian Andre dari rumah penyiksaan itu pun mulai terjadi, Nyonya Marta mulai menguasai semuanl keadaan rumah. Memang sepenuhnya nyonya Marta tidak bermain fisik, tapi ini sakitnya lebih lelah dari fisik. Permainan kata-katanya
Sebuah mobil mewah menepi di depan rumah megah bak istana itu, keluar Andre, seorang laki-laki tampan yang memang baru saja sibuk mengurusi bisnis keluarga yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Belum hilang rasa lelahnya, sang ibu menyambutnya dari depan pintu dengan sandiwaranya. “kau tahu istrimu itu Andre! " Gadis yang kau pilih itu! Dia hanya seorang gadis dan menantu yang pemalas, ““Sedaru tadi kerjanya hanyalah diam saja di dalam kamarnya tanpa melakukan apapun, ini hampir membuatku muak!” Bagaimana dia bisa menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik nantinya untukmu kalau terus seperti itu caranya...! “Marta menyambut kedatangannya putra semata wayangnya itu yang baru saja pulang, diantarkan bersama seorang supir pribadi mereka. Andre yang belum sepenuhnya hilang dengan lelah karena bisnis dan pekerjaannya, kini mencoba untuk memeriksa apa yang dikatakan oleh sang ibu. “Ibu jangan seperti itu, ““Dia masih tetap seorang menantu di rumah ini.”Laki-laki ini terlihat agak j
"Bagus, kau bangun lebih awal rupanya!"pagi itu sangat ramah sekali, disambut dengan kata-kata pedas sang mertua pada Devita, saat mereka sedang berada di jamuan makan pagi keluarga besar. “Kapan kalian akan memberikan aku cucu? “Bukankah pernikahan kalian sudah menginjak usia beberapa bulan belakangan ini, tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda yang kalian berikan padamu! “Kata-kata itu benar-benar tajam dan sangat menusuk relung hati Devita dan Andre, Saat mereka sedang berkumpul di meja makan. Ya, mereka sedang menikmati hidangan makan pagi keluarga besar, nyonya Marta berbicara sembari menatap pada Andre sejenak lalu kembali melahap makanannya, kemudain kembali menatap pada Devita sang menantunya itu, dalam sekali seolah begitu dalam dan penuh arti. “Kami berdua sedang sudah berusaha bu, hanya Tuhan yang mengabulkannya. “Andre membalas perkataan ibunya saat itu juga dengan pertanyaan kritis, saat dia benar-benar terdesak dengan pertanyaan yang memang seharusnya tidak dil
“Gubraaaaaaak ““Kepalaku,,, aduhh, sakit sekali! “Suara benda jatuh itu mengagetkan hampir seluruh isi rumah, sebuah ember bejad mengepel lantai itu rupanya tidak sengaja tertendang oleh kaki gadis itu saat mengerjakan perintah mertuanya Marta yang sengaja menyiksa gadis malang itu. Devita gadis malang itu yang seperti biasanya membantu pekerjaan rumah di rumah, kini merasakan kepalanya berdenyut sakit sekali. Gadis malang itu melihatnya lantai licin itu sudah tergenang air bekas pel dalam ember, tak tahan dengan sakitnya, dia mencoba bangkit dan meletakkan gagang pel ke sandaran dinding beton. “Devitaaaaaaa, apa yang terjadi? ““A-apa, apa kau baik-baik saja. ‘Pembantu rumah tangga yang tadinya membantu Devita untuk menyapu lantai dan membersihkannya lantai itu hingga licin, melihat gadis malang itu terhuyung-huyung bersandar di dinding beton dekat tangga, dia memegangi tubuh Devita agak dapat bersandar di sana. Belum lama, suara berisik dari lantai atas itu, membangunkan singa
Keadaan benar-benar sangat kacau saat ini, sebuah keadaan genting yang benar-benar sudah terjadi, menantu malang itu terlihat tergeletak di atas lantai dengan kepala yang terbentur, Bi Ijah sang pembantu rumah tangga itu semakin histeris saja melihat keadaan buruk itu. “Devita,,,,? Devita!”“Dev, bangun nak? Bangunnnn,, , “Kepanikan Bi Ijah sang pembantu rumah tangga itu benar-benar terjadi, kala melihat wajah Devita yang pucat pas, i sang gadis malang yang terjatuh dan tidak sadarkan diri itu kini butuh pertolongan. Devita kini sudah pingsan di hadapan pembantu, tuan wicaksono dan nyonya Marta, mungkin karena memang benar-benar lelah dengan pekerjaan dan tubuhnya yang sudah tidak kuat. Tuan wicaksono sangat panik, sebagai kepala rumah tangga, dia bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di rumah ini, termasuk kejadian buruk ini. Tuan Wicaksono berlari, mendekati tubuh menantunya. “Bangun?”“Ayo bangun Devita?”“Devitaaa,,,?”Teriak tuan wicaksono dengan lantang, namun tubuh
“Ada apa ini,,ada apaaaa,,,?”“Apa yang terjadi pada Devita istriku!”Andre sudah sampai dengan napas yang masih tersengal-sengal, dia melihat ibu dan ayahnya begitu panik dengan wajah mereka, namun semua diam membisu saat Andre menatap dan bertanya pada ibunya. “Istrimu, Devita,, diaaaa?”Tuan wicaksono sebagai ayah Andre hendak menjelaskan tentang kecelakaan itu, tapi begitu takut akan kemarahan putranya yang menjadi-jadi nantinya. Ya, begitu sibuknya Andre di kantor hingga dia belum sempat untuk menelpon istrinya hari ini, sampai membuat laki-laki itu semakin penasaran tentang apa yang sedang terjadi. “Kenapa kalian semua diam,,,,?”“Jelaskan padaku, apa yang telah terjadi...!!!”Saat Andre yang sedang panik dan begitu kesal bercampur marah itu bertanya dan sama sekali tak mendapatkan jawaban, seorang dokter perempuan itu keluar. Dengan wajah yang tidak meyakinkan akan memberi kabar gembira, Dokter itu hanya bicara beberapa patah kata, sembari sedikit membuka pintu ruangan ICU.
Dengan wajah yang benar-benar panik, Andre dan dokter bicara dalam ruangan. Hanya mereka berdua di dalam sana, membicarakan tentang seseorang dalam wajah yang sama-sama serius tentang keadaan gawat darurat itu. “Saya harus menyampaikan kabar buruk ini pada anda tuan. “Dokter perempuan yang memang masih terlihat muda itu bicara pada Andre, mereka sedang membicarakan kondisi yang dialami oleh Devita. Sungguh miris memang, kehidupan yang harus dialami gadis malang sang menantu kaya itu. “Kesehatan istri anda sangat begitu memprihatinkan,““Kenapa bisa separah ini kesehatannya, dia mengalami panas yang sangat tinggi.”Seolah memang begitu berat, dokter itu berbicara pada Andre tentang Devita. Terlihat memang wajah kecemasan yang ada pada Andre saat benar-benar Dokter perempuan itu menunjukkan kalimatnya untuk mengatakan sebuah kenyataan yang sangat pahit. “Mungkin istriku kelelahan Dokter, maklum istriku sangar ringan tangan jika di rumah, dia tak segan membantu pekerjaan rumah, tapi
Mobil iring-iringan pernikahan menuju kediaman rumah nyonya Marta yang kaya raya itu akan segera dimulai. Devita perempuan malang yang penuh tangisan itu hendak menuju mobil iring-iringan pengantin, perjalanan mereka untuk kembali membawa sepasang pengantin Andre dan Cley untuk segera pulang dan menikmati hari pernikahan dan mengiringi hari bahagia itu. Tiga kendaraan di sana, bagian depan berisi sepasang pengantin Andre dan Cley serta seorang supir, sementara dua kendaraan lagi mengiringi mobil pengantin di bagian belakang. "Sekarang kau sudah resmi menjadi istriku Cley, ""Aku sudah tak sabar untuk bercinta dan sampai di rumah, kau menikam pesta perkawinan meriah ini bukan?"Andre sedikit menggoda Cley, saat berada di dalam kendaraan.Cley hanya tersipu malu dengan wajah yang penuh kepalsuan. "Aku harap penderitaan ini segera berakhir tuhaaaaaan, aku mohonnnnn. "Sementara itu Devita dalam hati kecilnya benar-benar hancur berkeping-keping, dia tak memiliki semangat hidup sama s
"Sudahlah, untuk apa kau menangisi orang yang tega menduakan dirimu,"" Semua itu tak ada gunanya! cukuuuup kau membuang air matamu itu. "Mbok Ijah angkat bicara di sana, tepat di sudut bangunan diantara pesta megah suasana pesta yang digelar dengan meriah. "Kau percaya apa yang mbok katakan bukan?""Ada kebahagiaan di balik derita yang akan kau lewati nantinya. "Ya, pembantu yang baik hati dan sudah menganggap Devita bagai anaknya sendiri itu benar-benar tulus, meyakinkan apa yang gadis itu rasakan saat ini. "Ta-taaaaapi mbooook....?""Tegaaaa, tegaaaa sekali mereka melakukan hal ini padaku. "Jawab Devita yang masih dilanda duka mendalam dalam dirinya, dia tak bisa begitu saja menerima kenyataan dan mimpi buruk yang selama ini terus membayangi hidupnya yang kelam. Pesta meriah yang baru saja usai, banyaknya tamu undangan yang datang pun sudah pulang dari tadi meninggalkan meriahnya acara pesta pernikahan di sana. "Mari kita kembali masuk ke dalam ndok, ""Nyonya akan murka ji
"Saya Terima nikah dan kawinnya Cley dengan uang tunai seratus juta rupiah dan cincin kawin dibayar tunai. "Pernikahan itu digelar di sebuah pesta mewah tepat di sebuah gedung luas, dihiasi dengan dekorasi indah nak menyejukkan mata, tapi tak sesejuk pikiran Devita, yang ikut hadir di pesta perkawinan megah itu, dirinya yang merelakan perkawinan suaminya hanya bisa menahan perih dalam relung hati. "Mungkin, ini akan menjadi awal penderitaan hidupku. "Tangisan Devita pecah saat itu, bukan karena bahagia, melainkan tangisan derita yang tidak berkesudahan. Orang-orang ramai menyaksikan sebuah pernikahan layaknya tamu undangan, mereka silih berganti mengucapkan ucapan selamat pada kedua mempelai, terlihat di sana, pasangan pengantin berwajah sumringah bergantian menyalami tamu undangan. Devita, hanya berdiri tak jauh dari sana, semakin perih hatinya. "Sudahlah, tidak usah sebaiknya aku menangis, mungkin ini yang terbaik bagi Andre dan keluarganya. "Hati perempuan malang itu bicara,
Didalam kamar, Andre hanya bisa memandang kosong ke arah luar jendela, memandang pemandangan dari arah dalam, ada keraguan yang ingin dia katakan tentang keinginan ibunya tentang sebuah perjodohan antara dirinya dan juga Cley, perempuan pilihan ibunya Nyonya Marta. “Kenapa kau diam Mas? ““Apa kau tak senang aku kembali ke rumah ini. “Wajah Devita tertunduk lesu, tubuhnya yang masih belum begitu sehat masih bergantung pada kursi roda. Andre pun seperti itu, ada perasaan bersalah dalam dirinya, dengan niat dan keinginan dirinya mengutarakan apa yang sebenarnya dia pikirkan, selain kemauan ibunya keinginan memiliki keturunan adalah hal yang teramat dia impikan, tak mungkin akan dia dapatkan pada sosok Devita. “Kenapa kau bicara seperti itu padaku? “Tiba-tiba saja andre laki-laki tampan itu memandang pada istrinya yang hanya tertunduk lesu tak berdaya. Devita tahu apa yang dipikirkan oleh suaminya, dia tahu dan amat sangat tahu apa yang dipikirkan laki-laki, ada perasaan yang mema
“Sebenernya, keadaan belum seberapa pulih, dia harus berobat jalan. “Dokter itu bicara pada keluarga wicaksono. Tuan wicaksono, andre, Bi Ijah berada di sana, sementara Marta belum terlihat batang hidungnya, sebagai mertua yang tidak bisa menerima Devita sebagai menantu, dia tetap dengan pendirian teduhnya acuh tak acuh pada menantunya sendiri, padahal semua terjadi akibat wanita kejam itu. “Aku tak perduli!”“Dia bukan menantuku!”Marta masih saja berpendirian teguh dan sombong atas apa yang dia miliki. “Kau tidak pantas berada dalam keluarga besar ini, tingkat sosialmu jauh dari keluarga kami!”Begitulah yang diucapkan Nyonya Marta saat tengah berada beberapa hari ini di rumah sakit, sama sekali dia tidak menunjukan penyesalan atas apa yang sudah dia lakukan pada menantunya itu, selalu menyalahkan putranya bahkan suaminya yang mau menerima calon mantu bukan dari keluarga yang sepadan dengan keluarganya. “Kalian terlalu membela gadis miskin itu!”“Andai saja kau tidak menikahi p
“Gubraaaaaaak ““Kepalaku,,, aduhh, sakit sekali! “Suara benda jatuh itu mengagetkan hampir seluruh isi rumah, sebuah ember bejad mengepel lantai itu rupanya tidak sengaja tertendang oleh kaki gadis itu saat mengerjakan perintah mertuanya Marta yang sengaja menyiksa gadis malang itu. Devita gadis malang itu yang seperti biasanya membantu pekerjaan rumah di rumah, kini merasakan kepalanya berdenyut sakit sekali. Gadis malang itu melihatnya lantai licin itu sudah tergenang air bekas pel dalam ember, tak tahan dengan sakitnya, dia mencoba bangkit dan meletakkan gagang pel ke sandaran dinding beton. “Devitaaaaaaa, apa yang terjadi? ““A-apa, apa kau baik-baik saja. ‘Pembantu rumah tangga yang tadinya membantu Devita untuk menyapu lantai dan membersihkannya lantai itu hingga licin, melihat gadis malang itu terhuyung-huyung bersandar di dinding beton dekat tangga, dia memegangi tubuh Devita agak dapat bersandar di sana. Belum lama, suara berisik dari lantai atas itu, membangunkan sing
“tahun aku mencoba peruntungan hidup di ibu kota jakarta, dengan modal nekad dan tanpa bekal pendidikan aku beranikan diri untuk sekedar merubah nasib dan takdir yang tentunya sudah digariskan. Kembali malam itu aku mengusap wajah serta perlahan menarik rambut panjang ke arah belakang, dengan gerakan gemulai tangan halusku tentunya.Termenung sejenak dengan kenikmatan dunia, melayani Laki-laki beranak satu demi menyambung hidup, bertahan dengan hidup yang kurasa begitu keras di tempat ini.Aku mencoba bangkit dari tubuhku yang saat itu, sehabis melakukan hubungan terlarang dengan seorang laki-laki.Seorang Laki-laki bernama Bram yang sudah berhasil aku taklukkan malam itu juga. Laki-laki yang telah beristri dan beranak satu itu selalu saja datang dan kembali ke dalam pelukanku. Laki-laki yang memang selalu datang dan pergi sesuka hatinya kapan dia mau, hanya untuk menyalurkan keinginan yang saat itu dimilikinya .Kembali aku mengambil sebuah benda yang mengeluarkan asap itu di atas
“Kenalkan namaku Mawar.Aku seorang kupu-kupu malam. Jalan hidupku yang begitu pahit dan terasa getir serta rumit, sudah aku rasakan sepanjang perjalanan dan kisah yang aku lalui di sini. "Kisah dan perjalanan hidup yang penuh liku-liku dan juga begitu keras harus aku lewati. Menjalani kehidupan nyata hanya untuk bertahan hidup di ibu kota, yang bernama Jakarta. Inilah kisahku.................... Warna bibir merah merona, berwajah manis dan bermata biru, tinggi semampai berbadan langsing. Ya, Itulah gambaran sekilas sosok diriku. Aku terlahir dari keluarga tidak mampu yang hanya bisa bersekolah sampai lulus sekolah dasar saja, dikarenakan beratnya biaya pendidikan yang membuat leher tercekik. Kami orang-orang yang tidak mampu membelinya hanya bisa gigit jari dengan semua kenyataan pahit. Aku anak tunggal, dibesarkan di desa terpencil dengan kasih sayang Ibu dan Ayahku yang memang banyak mengajarkan aku arti hidup dengan menerima kenyataan dan takdir yang sudah digariskan. Masa rem
"Kau harus banyak bersabar ndok, " Memang watak nyonya seperti itu adanya, dia memang tidak pernah menyukai gadis seperti dirimu, "Tapi suatu saat dengan sikap dan kesabaran yang kau miliki,, nyonya pasti akan memaklumi dan menerima kehadiran dirimu sebagai menantu. 'Mbok Ijah bicara pada Devita, gadis malang itu hanya bisa mengganggu pelan. Devita benar-benar tidak habis pikir, kenapa mertuanya itu selalu saja membanding-bandingkan dia dengan wanita yang mungkin lebih baik di luar sana, padahal apa yang sudah dilakukan oleh gadis ini sudah dia kerahkan, hanya untuk menyenangkan hati sang mertuanya yang begitu sangat keras. "sudahlah, badai pasti akan berlalu. "Mbok mengusap kening Devita dengan lembut, seolah dia bisa merasakan apa yang ada dalam isi kepala perempuan malang yang memang tidak pernah merasakan apa yang namanya kebahagiaan dalam perkawinan. "Aku sudah melakukan semua apa yang diperintahkan, bahkan hati nurani kucoba untuk tetap bisa bertahan dalam kehancuran hati