“Jangan sesekali kau coba mengadu pada Andre!
“Kau tahu akibatnya bukan?”Disaat gadis itu sedang membantu seorang pembantu memotong daging dan sayuran untuk keluarga itu makan, nyonya Marta menghampiri Devita saat itu juga.Nyonya Marta tak ingin sifat buruk dan busuknya itu diketahui putranya, mengancam adalah salah satu cara untuk membungkam mulut gadis malang menantunya itu.“Jika kau ingin betah dan tetap bersama putraku, tetap jaga lisanmu itu! Sedikit saja Andre mengetahui semua tentang hal ini, kau bakal tanggung akibatnya gadis miskin!”Ya, begitulah setiap hari apa yang nyonya Marta lakukan pada menantunya, berulang kali bahkan berkali-kali selalu mengancam dengan kata-katanya, ketika Andre putranya itu tidak sedang berada di dalam rumah, setelah kepergian Andre dari rumah penyiksaan itu pun mulai terjadi, Nyonya Marta mulai menguasai semuanl keadaan rumah.Memang sepenuhnya nyonya Marta tidak bermain fisik, tapi ini sakitnya lebih lelah dari fisik. Permainan kata-katanya yang dirangkai sedemikian rupa, membuat telinga berdengung dan hati yang kian teriris, begitulah yang dirasakan gadis malang bernama Devita.Setiap harinya pekerjaan berat menanti Devita, mengepel menyapu bahkan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh pembantu keluarga besar itu, kini malah terbagi dua, Devita tak sedikit pun mendapatkan haknya sebagai menantu di rumah megah nan mewah itu.“Kau harus banyak sabar Devita,“Memang seperti itulah kelakuan dan karakter nyonya Marta, dia memang wanita yang tidak punya hati. “Pembantu rumah tangga itu bicara saat melihat Devita harus mengepel seluruh ruangan rumah, ini dia kerjakan sudah semenjak dari pagi tadi, setelah Andre berangkat bekerja, ementara Bi Ijah mengerjakan pekerjaan lainnya. Bi Ijah sangat iba melihat apa yang terjadi pada menantu keluarga kaya raya itu, dia tidak diberikan hak sama sekali ketika Andre tidak berada di rumah.Pembantu rumah tangga yang memang sudah paruh baya itu hanya Bisa diam, dia sudah tahu karakter majikannya yang sangat kejam. Ya, nyonya Marta memang terkenal kejam dan arogan, dia tidak segan-segan mengusir siapa saja di rumah itu, jika ada yang berani melawan kata-katanya.Perempuan jahat itu berlalu setelah melontarkan kata-katanya, pergi begitu saja tanpa merasa berdosa bahkan bersalah, sudah semena-mena pada menantunya yang sama sekali dia anggap bagai benalu dalam keluarga kaya raya itu.“Sudahlah Devita,“Kau tidak usah banyak berpikir buruk tentang Ibu mertuamu itu , dia memang seperti itu adanya,”“Dia mertua yang sangat jahat dan sama sekali tidak punya hatii bahkan tidak memiliki rasa kemanusiaan. “Pembantu paruh baya bernama bi Ijah itu sejenak bicara pada Devita.“Andai saja aku ada pilihan dan kota ini tidak memandang usia bahkan pendidikan, mungkin aku akan mencari pekerjaan yang lebih nyaman,“Tapi,,, hanya ini yang bisa aku lakukan untuk menyambung hidup.Ujar bibi Ijah, sedikit demi sedikit obrolan dia lepaskan pandangan ke arah ruang tengah, takut akan apa yang dia katakan didengar oleh nyonya Marta. Bi Ijah percaya kalau Devita adalah orang baik, perlakuan yang sama terhadap apa yang dialami Devita, membuat perempuan paruh baya ini semakin iba saja.Ya, pembantu rumah tangga itu baru beberapa bulan bekerja di sana, ini sekian kalinya keluarga Wicaksono berganti orang-orang yang bekerja di rumahnya, lantaran tidak betahnya sikap sang wanita jahat bernama Marta, arogan dan suka marah-marah, begitulah watak aslinya.“Selesaikan saja pekerjaanmu saja, bibi tidak dapat membantumu Devita, ““Kau masih beruntung, banyak orang-orang sebelum aku di rumah ini diusir oleh nyonya, bahkan tanpa diberikan gaji, hanya karena kesalahan sedikit yang membuat wanita itu Murka. “Terlihat Bi Ijah sesekali membantu pekerjaan Devita, dikala Nyonya Marta tak melihatnya. Perempuan paruh baya itu pun sangat takut pada Nyonya Marta, namun atas dasar kemanusiaan, dia ikut membela Devita ya hanya ini yang dapat dilakukan perempuan paruh baya itu.Bi ijah membeberkan beberapa sifat buruk nyonya Marta, yang memang tidak dapat dipengaruhi atau dikendalikan oleh siapapun. Tidak ada yang bisa mematahkan kata-katanya, bahkan suaminya pun tuan wicaksono bagai mati kutu, saat berada dalam pengaruh nyonya Marta yang memang memiliki sifat dan watak yang benar-benar kejam.“Biarkan Bi, Bibi tidak usah mengkhawatirkan diriku,”“Aku baik-baik saja, sebaiknya Bibi tidak usah membantuku, aku hanya takut ibu akan murkan dengan hal ini.Betapa besar hati Devita, dia masih dapat menerima kenyataan pahit yang menimpa, meskipun setiap hari dia menjalani hal itu. Nyonya Marta pun selalu licik, dia selalu menyalahkan sang menantunya yang malang dan tak bersalah itu, perasaan benci dan tak ikhlas karena gadis itu sudah masuk dalam lingkup keluarga hartawan, membuat rasa benci Nyonya Marta semakin menjadi-jadi saja.Ya, melalui Bi Ijah Marta sedikit demi sedikit mengetahui karakter keluarga itu, yang selama ini tidak dia ketahui, namun tak sepenuh Devita merasa kalau sepenuhnya salah, mungkin saja sang ibu mertua nantinya dapat berubah dan mendapatkan hidayah untuk berubah, tapi entah kapan saatnya.“Kau harus berhati-hati gadis cantik,“Jangan sampai kau memecahkan atau merusak barang milik nyonya, dia akan sangat murka pada orang yang melakukannya. Aku ingat saat itu, ketika pembantu rumah tangga sebelum aku melakukannya, nyonya Marta segera mengusir pembantu malang itu dengan kasar, tanpa memberika upah selama bekerja. “Kembali pembantu rumah tangga itu membeberkan sifat asli Nyonya Marta yang sangat kejam, maklum saja dia mengetahuinya, banyak orang yang bercerita sebelumnya tentang sifat buruk majikan perempuan itu yang kini sedang bersantai di rumahnya, Devita dan pembantu malang itu, berada agak jauh dari mereka.Rumah itu terlalu megah, bertingkat dan memiliki banyak ruangan, beberapa kamar bahkan sengaja dikosongkan, saking luasnya. Dapur luas itu pun sepenuhnya terdiri dari barang-barang mewah, dari peralatan sampai perkakas barang, semua bermerek, Nyonya Marta paling tidak suka jika barang-barang itu rusak atau cidera.“Sudahlah bibi,“Sebaiknya bibi segera mengerjakan pekerjaan Bibi, aku takut jika Ibu tahu, bibi akan dipecat seperti para pembantu yang lainnya. “Devita berujar pada Bi Ijah, perempuan paruh baya yang dia anggap sudah seperti ibunya itu, dia sungguh sangat berterimakasih pada perempuan paruh baya itu, banyak hal yang tidak dia ketahui, bahkan kini mengetahuinya.Hari beranjak siang, Devita sudah mengepel seluruh isi ruangan rumah. Di tengah lelahnya gadis malang itu, dia sempatkan untuk beristirahat sejenak di dalam kamar, waktu senggang itu pun tak ingin dia buang, namun baru saja dia merebahkan tubuhnya, Devita tak tahu jika Andre baru saja pulang ke rumah.“Lihatlah, istrimu itu?“Dia tak pernah menjadi perempuan dan istri yang baik untukmu, kerjanya hanya bermalas-malasan saja di rumah ini Andre. “Baru saja Andre pulang dan sampai di rumah, sang ibu mertua Nyonya Marta malah menuduhnya yang bukan-bukan, menganggap jika sang menantunya itu memang tidak becus dan hanya diam di dalam rumah.Begitu kejamnya sang nyonya Marta saat itu, padahal apa yang dikatakannya tidak benar, Andre tidak begitu saja mempercayai apa yang ibunya katakan saat itu, sementara Devita benar-benar lelah, setelah mengerjakan semua pekerjaan rumah.Sebuah mobil mewah menepi di depan rumah megah bak istana itu, keluar Andre, seorang laki-laki tampan yang memang baru saja sibuk mengurusi bisnis keluarga yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Belum hilang rasa lelahnya, sang ibu menyambutnya dari depan pintu dengan sandiwaranya. “kau tahu istrimu itu Andre! " Gadis yang kau pilih itu! Dia hanya seorang gadis dan menantu yang pemalas, ““Sedaru tadi kerjanya hanyalah diam saja di dalam kamarnya tanpa melakukan apapun, ini hampir membuatku muak!” Bagaimana dia bisa menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik nantinya untukmu kalau terus seperti itu caranya...! “Marta menyambut kedatangannya putra semata wayangnya itu yang baru saja pulang, diantarkan bersama seorang supir pribadi mereka. Andre yang belum sepenuhnya hilang dengan lelah karena bisnis dan pekerjaannya, kini mencoba untuk memeriksa apa yang dikatakan oleh sang ibu. “Ibu jangan seperti itu, ““Dia masih tetap seorang menantu di rumah ini.”Laki-laki ini terlihat agak j
"Bagus, kau bangun lebih awal rupanya!"pagi itu sangat ramah sekali, disambut dengan kata-kata pedas sang mertua pada Devita, saat mereka sedang berada di jamuan makan pagi keluarga besar. “Kapan kalian akan memberikan aku cucu? “Bukankah pernikahan kalian sudah menginjak usia beberapa bulan belakangan ini, tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda yang kalian berikan padamu! “Kata-kata itu benar-benar tajam dan sangat menusuk relung hati Devita dan Andre, Saat mereka sedang berkumpul di meja makan. Ya, mereka sedang menikmati hidangan makan pagi keluarga besar, nyonya Marta berbicara sembari menatap pada Andre sejenak lalu kembali melahap makanannya, kemudain kembali menatap pada Devita sang menantunya itu, dalam sekali seolah begitu dalam dan penuh arti. “Kami berdua sedang sudah berusaha bu, hanya Tuhan yang mengabulkannya. “Andre membalas perkataan ibunya saat itu juga dengan pertanyaan kritis, saat dia benar-benar terdesak dengan pertanyaan yang memang seharusnya tidak dil
“Gubraaaaaaak ““Kepalaku,,, aduhh, sakit sekali! “Suara benda jatuh itu mengagetkan hampir seluruh isi rumah, sebuah ember bejad mengepel lantai itu rupanya tidak sengaja tertendang oleh kaki gadis itu saat mengerjakan perintah mertuanya Marta yang sengaja menyiksa gadis malang itu. Devita gadis malang itu yang seperti biasanya membantu pekerjaan rumah di rumah, kini merasakan kepalanya berdenyut sakit sekali. Gadis malang itu melihatnya lantai licin itu sudah tergenang air bekas pel dalam ember, tak tahan dengan sakitnya, dia mencoba bangkit dan meletakkan gagang pel ke sandaran dinding beton. “Devitaaaaaaa, apa yang terjadi? ““A-apa, apa kau baik-baik saja. ‘Pembantu rumah tangga yang tadinya membantu Devita untuk menyapu lantai dan membersihkannya lantai itu hingga licin, melihat gadis malang itu terhuyung-huyung bersandar di dinding beton dekat tangga, dia memegangi tubuh Devita agak dapat bersandar di sana. Belum lama, suara berisik dari lantai atas itu, membangunkan singa
Keadaan benar-benar sangat kacau saat ini, sebuah keadaan genting yang benar-benar sudah terjadi, menantu malang itu terlihat tergeletak di atas lantai dengan kepala yang terbentur, Bi Ijah sang pembantu rumah tangga itu semakin histeris saja melihat keadaan buruk itu. “Devita,,,,? Devita!”“Dev, bangun nak? Bangunnnn,, , “Kepanikan Bi Ijah sang pembantu rumah tangga itu benar-benar terjadi, kala melihat wajah Devita yang pucat pas, i sang gadis malang yang terjatuh dan tidak sadarkan diri itu kini butuh pertolongan. Devita kini sudah pingsan di hadapan pembantu, tuan wicaksono dan nyonya Marta, mungkin karena memang benar-benar lelah dengan pekerjaan dan tubuhnya yang sudah tidak kuat. Tuan wicaksono sangat panik, sebagai kepala rumah tangga, dia bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di rumah ini, termasuk kejadian buruk ini. Tuan Wicaksono berlari, mendekati tubuh menantunya. “Bangun?”“Ayo bangun Devita?”“Devitaaa,,,?”Teriak tuan wicaksono dengan lantang, namun tubuh
“Ada apa ini,,ada apaaaa,,,?”“Apa yang terjadi pada Devita istriku!”Andre sudah sampai dengan napas yang masih tersengal-sengal, dia melihat ibu dan ayahnya begitu panik dengan wajah mereka, namun semua diam membisu saat Andre menatap dan bertanya pada ibunya. “Istrimu, Devita,, diaaaa?”Tuan wicaksono sebagai ayah Andre hendak menjelaskan tentang kecelakaan itu, tapi begitu takut akan kemarahan putranya yang menjadi-jadi nantinya. Ya, begitu sibuknya Andre di kantor hingga dia belum sempat untuk menelpon istrinya hari ini, sampai membuat laki-laki itu semakin penasaran tentang apa yang sedang terjadi. “Kenapa kalian semua diam,,,,?”“Jelaskan padaku, apa yang telah terjadi...!!!”Saat Andre yang sedang panik dan begitu kesal bercampur marah itu bertanya dan sama sekali tak mendapatkan jawaban, seorang dokter perempuan itu keluar. Dengan wajah yang tidak meyakinkan akan memberi kabar gembira, Dokter itu hanya bicara beberapa patah kata, sembari sedikit membuka pintu ruangan ICU.
Dengan wajah yang benar-benar panik, Andre dan dokter bicara dalam ruangan. Hanya mereka berdua di dalam sana, membicarakan tentang seseorang dalam wajah yang sama-sama serius tentang keadaan gawat darurat itu. “Saya harus menyampaikan kabar buruk ini pada anda tuan. “Dokter perempuan yang memang masih terlihat muda itu bicara pada Andre, mereka sedang membicarakan kondisi yang dialami oleh Devita. Sungguh miris memang, kehidupan yang harus dialami gadis malang sang menantu kaya itu. “Kesehatan istri anda sangat begitu memprihatinkan,““Kenapa bisa separah ini kesehatannya, dia mengalami panas yang sangat tinggi.”Seolah memang begitu berat, dokter itu berbicara pada Andre tentang Devita. Terlihat memang wajah kecemasan yang ada pada Andre saat benar-benar Dokter perempuan itu menunjukkan kalimatnya untuk mengatakan sebuah kenyataan yang sangat pahit. “Mungkin istriku kelelahan Dokter, maklum istriku sangar ringan tangan jika di rumah, dia tak segan membantu pekerjaan rumah, tapi
“Sebenernya, keadaan belum seberapa pulih, dia harus berobat jalan. “Dokter itu bicara pada keluarga wicaksono. Tuan wicaksono, andre, Bi Ijah berada di sana, sementara Marta belum terlihat batang hidungnya, sebagai mertua yang tidak bisa menerima Devita sebagai menantu, dia tetap dengan pendirian teduhnya acuh tak acuh pada menantunya sendiri, padahal semua terjadi akibat wanita kejam itu. “Aku tak perduli!”“Dia bukan menantuku!”Marta masih saja berpendirian teguh dan sombong atas apa yang dia miliki. “Kau tidak pantas berada dalam keluarga besar ini, tingkat sosialmu jauh dari keluarga kami!”Begitulah yang diucapkan Nyonya Marta saat tengah berada beberapa hari ini di rumah sakit, sama sekali dia tidak menunjukan penyesalan atas apa yang sudah dia lakukan pada menantunya itu, selalu menyalahkan putranya bahkan suaminya yang mau menerima calon mantu bukan dari keluarga yang sepadan dengan keluarganya. “Kalian terlalu membela gadis miskin itu!”“Andai saja kau tidak menikahi pe
“Makan yang banyak, kau harus menjaga kesehatanmu yaaa,,“Andre sedang berada dalam kamar mereka dan bicara pada Devita. Di sana memang sebuah kamar yang memang khusus didiami oleh Andre dan Devita, memang berada di lantai atas, sedangkan nyonya Marta dan tuan Wicaksono berada di kamar bawah. Rumah itu memang besar dan bertingkat, sangat megah. Begitu banyaknya ruangan kamar yang kosong di rumah itu membuat mereka bebas memilih kamar mana saja yang ingin di tempati. “Maaf mas, “Karena aku,,, ? kau kerepotan harus bolak balik ke tempat bisnis keluargamu. “Devita memandang ke arah jendela bening yang terbuka, menatap taman hijau yang persis terlihat di samping tepat di bawah sana. Begitu indah dan nyak bunga bermekaran tumbuh di halaman. Penuh warna bunga itu, tapi tidak dengan gadis malang yang selalu saja serba salah dan begitu suram tinggal di dalam sana. Andre menghela napas panjang, dia tahu apa yang Devita rasakan.Berat memang cobaan perkawinan mereka yang harus disertai ba
Mobil iring-iringan pernikahan menuju kediaman rumah nyonya Marta yang kaya raya itu akan segera dimulai. Devita perempuan malang yang penuh tangisan itu hendak menuju mobil iring-iringan pengantin, perjalanan mereka untuk kembali membawa sepasang pengantin Andre dan Cley untuk segera pulang dan menikmati hari pernikahan dan mengiringi hari bahagia itu. Tiga kendaraan di sana, bagian depan berisi sepasang pengantin Andre dan Cley serta seorang supir, sementara dua kendaraan lagi mengiringi mobil pengantin di bagian belakang. "Sekarang kau sudah resmi menjadi istriku Cley, ""Aku sudah tak sabar untuk bercinta dan sampai di rumah, kau menikam pesta perkawinan meriah ini bukan?"Andre sedikit menggoda Cley, saat berada di dalam kendaraan.Cley hanya tersipu malu dengan wajah yang penuh kepalsuan. "Aku harap penderitaan ini segera berakhir tuhaaaaaan, aku mohonnnnn. "Sementara itu Devita dalam hati kecilnya benar-benar hancur berkeping-keping, dia tak memiliki semangat hidup sama s
"Sudahlah, untuk apa kau menangisi orang yang tega menduakan dirimu,"" Semua itu tak ada gunanya! cukuuuup kau membuang air matamu itu. "Mbok Ijah angkat bicara di sana, tepat di sudut bangunan diantara pesta megah suasana pesta yang digelar dengan meriah. "Kau percaya apa yang mbok katakan bukan?""Ada kebahagiaan di balik derita yang akan kau lewati nantinya. "Ya, pembantu yang baik hati dan sudah menganggap Devita bagai anaknya sendiri itu benar-benar tulus, meyakinkan apa yang gadis itu rasakan saat ini. "Ta-taaaaapi mbooook....?""Tegaaaa, tegaaaa sekali mereka melakukan hal ini padaku. "Jawab Devita yang masih dilanda duka mendalam dalam dirinya, dia tak bisa begitu saja menerima kenyataan dan mimpi buruk yang selama ini terus membayangi hidupnya yang kelam. Pesta meriah yang baru saja usai, banyaknya tamu undangan yang datang pun sudah pulang dari tadi meninggalkan meriahnya acara pesta pernikahan di sana. "Mari kita kembali masuk ke dalam ndok, ""Nyonya akan murka ji
"Saya Terima nikah dan kawinnya Cley dengan uang tunai seratus juta rupiah dan cincin kawin dibayar tunai. "Pernikahan itu digelar di sebuah pesta mewah tepat di sebuah gedung luas, dihiasi dengan dekorasi indah nak menyejukkan mata, tapi tak sesejuk pikiran Devita, yang ikut hadir di pesta perkawinan megah itu, dirinya yang merelakan perkawinan suaminya hanya bisa menahan perih dalam relung hati. "Mungkin, ini akan menjadi awal penderitaan hidupku. "Tangisan Devita pecah saat itu, bukan karena bahagia, melainkan tangisan derita yang tidak berkesudahan. Orang-orang ramai menyaksikan sebuah pernikahan layaknya tamu undangan, mereka silih berganti mengucapkan ucapan selamat pada kedua mempelai, terlihat di sana, pasangan pengantin berwajah sumringah bergantian menyalami tamu undangan. Devita, hanya berdiri tak jauh dari sana, semakin perih hatinya. "Sudahlah, tidak usah sebaiknya aku menangis, mungkin ini yang terbaik bagi Andre dan keluarganya. "Hati perempuan malang itu bicara,
Didalam kamar, Andre hanya bisa memandang kosong ke arah luar jendela, memandang pemandangan dari arah dalam, ada keraguan yang ingin dia katakan tentang keinginan ibunya tentang sebuah perjodohan antara dirinya dan juga Cley, perempuan pilihan ibunya Nyonya Marta. “Kenapa kau diam Mas? ““Apa kau tak senang aku kembali ke rumah ini. “Wajah Devita tertunduk lesu, tubuhnya yang masih belum begitu sehat masih bergantung pada kursi roda. Andre pun seperti itu, ada perasaan bersalah dalam dirinya, dengan niat dan keinginan dirinya mengutarakan apa yang sebenarnya dia pikirkan, selain kemauan ibunya keinginan memiliki keturunan adalah hal yang teramat dia impikan, tak mungkin akan dia dapatkan pada sosok Devita. “Kenapa kau bicara seperti itu padaku? “Tiba-tiba saja andre laki-laki tampan itu memandang pada istrinya yang hanya tertunduk lesu tak berdaya. Devita tahu apa yang dipikirkan oleh suaminya, dia tahu dan amat sangat tahu apa yang dipikirkan laki-laki, ada perasaan yang mema
“Sebenernya, keadaan belum seberapa pulih, dia harus berobat jalan. “Dokter itu bicara pada keluarga wicaksono. Tuan wicaksono, andre, Bi Ijah berada di sana, sementara Marta belum terlihat batang hidungnya, sebagai mertua yang tidak bisa menerima Devita sebagai menantu, dia tetap dengan pendirian teduhnya acuh tak acuh pada menantunya sendiri, padahal semua terjadi akibat wanita kejam itu. “Aku tak perduli!”“Dia bukan menantuku!”Marta masih saja berpendirian teguh dan sombong atas apa yang dia miliki. “Kau tidak pantas berada dalam keluarga besar ini, tingkat sosialmu jauh dari keluarga kami!”Begitulah yang diucapkan Nyonya Marta saat tengah berada beberapa hari ini di rumah sakit, sama sekali dia tidak menunjukan penyesalan atas apa yang sudah dia lakukan pada menantunya itu, selalu menyalahkan putranya bahkan suaminya yang mau menerima calon mantu bukan dari keluarga yang sepadan dengan keluarganya. “Kalian terlalu membela gadis miskin itu!”“Andai saja kau tidak menikahi p
“Gubraaaaaaak ““Kepalaku,,, aduhh, sakit sekali! “Suara benda jatuh itu mengagetkan hampir seluruh isi rumah, sebuah ember bejad mengepel lantai itu rupanya tidak sengaja tertendang oleh kaki gadis itu saat mengerjakan perintah mertuanya Marta yang sengaja menyiksa gadis malang itu. Devita gadis malang itu yang seperti biasanya membantu pekerjaan rumah di rumah, kini merasakan kepalanya berdenyut sakit sekali. Gadis malang itu melihatnya lantai licin itu sudah tergenang air bekas pel dalam ember, tak tahan dengan sakitnya, dia mencoba bangkit dan meletakkan gagang pel ke sandaran dinding beton. “Devitaaaaaaa, apa yang terjadi? ““A-apa, apa kau baik-baik saja. ‘Pembantu rumah tangga yang tadinya membantu Devita untuk menyapu lantai dan membersihkannya lantai itu hingga licin, melihat gadis malang itu terhuyung-huyung bersandar di dinding beton dekat tangga, dia memegangi tubuh Devita agak dapat bersandar di sana. Belum lama, suara berisik dari lantai atas itu, membangunkan sing
“tahun aku mencoba peruntungan hidup di ibu kota jakarta, dengan modal nekad dan tanpa bekal pendidikan aku beranikan diri untuk sekedar merubah nasib dan takdir yang tentunya sudah digariskan. Kembali malam itu aku mengusap wajah serta perlahan menarik rambut panjang ke arah belakang, dengan gerakan gemulai tangan halusku tentunya.Termenung sejenak dengan kenikmatan dunia, melayani Laki-laki beranak satu demi menyambung hidup, bertahan dengan hidup yang kurasa begitu keras di tempat ini.Aku mencoba bangkit dari tubuhku yang saat itu, sehabis melakukan hubungan terlarang dengan seorang laki-laki.Seorang Laki-laki bernama Bram yang sudah berhasil aku taklukkan malam itu juga. Laki-laki yang telah beristri dan beranak satu itu selalu saja datang dan kembali ke dalam pelukanku. Laki-laki yang memang selalu datang dan pergi sesuka hatinya kapan dia mau, hanya untuk menyalurkan keinginan yang saat itu dimilikinya .Kembali aku mengambil sebuah benda yang mengeluarkan asap itu di atas
“Kenalkan namaku Mawar.Aku seorang kupu-kupu malam. Jalan hidupku yang begitu pahit dan terasa getir serta rumit, sudah aku rasakan sepanjang perjalanan dan kisah yang aku lalui di sini. "Kisah dan perjalanan hidup yang penuh liku-liku dan juga begitu keras harus aku lewati. Menjalani kehidupan nyata hanya untuk bertahan hidup di ibu kota, yang bernama Jakarta. Inilah kisahku.................... Warna bibir merah merona, berwajah manis dan bermata biru, tinggi semampai berbadan langsing. Ya, Itulah gambaran sekilas sosok diriku. Aku terlahir dari keluarga tidak mampu yang hanya bisa bersekolah sampai lulus sekolah dasar saja, dikarenakan beratnya biaya pendidikan yang membuat leher tercekik. Kami orang-orang yang tidak mampu membelinya hanya bisa gigit jari dengan semua kenyataan pahit. Aku anak tunggal, dibesarkan di desa terpencil dengan kasih sayang Ibu dan Ayahku yang memang banyak mengajarkan aku arti hidup dengan menerima kenyataan dan takdir yang sudah digariskan. Masa rem
"Kau harus banyak bersabar ndok, " Memang watak nyonya seperti itu adanya, dia memang tidak pernah menyukai gadis seperti dirimu, "Tapi suatu saat dengan sikap dan kesabaran yang kau miliki,, nyonya pasti akan memaklumi dan menerima kehadiran dirimu sebagai menantu. 'Mbok Ijah bicara pada Devita, gadis malang itu hanya bisa mengganggu pelan. Devita benar-benar tidak habis pikir, kenapa mertuanya itu selalu saja membanding-bandingkan dia dengan wanita yang mungkin lebih baik di luar sana, padahal apa yang sudah dilakukan oleh gadis ini sudah dia kerahkan, hanya untuk menyenangkan hati sang mertuanya yang begitu sangat keras. "sudahlah, badai pasti akan berlalu. "Mbok mengusap kening Devita dengan lembut, seolah dia bisa merasakan apa yang ada dalam isi kepala perempuan malang yang memang tidak pernah merasakan apa yang namanya kebahagiaan dalam perkawinan. "Aku sudah melakukan semua apa yang diperintahkan, bahkan hati nurani kucoba untuk tetap bisa bertahan dalam kehancuran hati