“Aku ingin anak laki-laki darimu Devita,”
Ucap Andre saat berada di dalam kamar pengantin yang berhiaskan indah bak kamar putri ratu dan raja yang dihias secara apik dan unik.Tepat malam itu, ketika sebuah acara sakral pernikahan antara sepasang kekasih yang berbeda status sosial telah usai melaksanakan pesta pernikahan megah nan mewah.“ Mas,,,,?Suara lembut itu keluar dari bibir tipis manis, dibalut gincu merah merona, dia masih mengenakan gaun pengantin duduk di atas kasur empuk tilam putih.“Yaa,, kenapa sayang? Apa kau tidak menikmati pesta pernikahan megah ini?”“Atau, ada sesuatu yang membuat dirimu gelisah, ceritakan saja apa yang kau rasakan, bukankah kita sudah satu hati setelah menikmati malam sakral pernikahan ini, masalahmu adalah masalahku juga. “Andre sejenak menatap lembut ke arah wajah cantik itu, perempuan lembut yang kini telah sah menjadi istrinya.“Bukan mas,“Bukan itu masalahnya. “Devita sejenak menundukkan wajahnya, dia memang agak sedikit ragu dalam hatinya, ingin menceritakan sesuatu yang memang dianggapnya masih begitu mengganjap dan membuat dirinya tidak bisa tenang. Devita, ada yang ingin dia sampaikan pada Andre sang suami, tentang apa yang akan diutarakan.“Sepertimya,,,,, ibu belum bisa menerimaku sebagai menantunya di rumah ini,““ Ibu bersikap dingin sekali padaku Mas. “Devita tertunduk, terlihat menang wajah yang tadinya tersenyum kini sebaliknya begitu murung, dia memang tak mampu untuk menghadapi hal ini.Dengan kalimat yang sedikit terbata-bata, walaupun berat akhirnya kata-kata yang sudah berulang kali dia ucapkan itu kini kembali lagi dia katakan pada Andre. Ya, Devita sudah tahu hal ini akan terjadi sebelumnya.“Maaf mas, aku hanya bisa mengatakan apa yang akan aku rasakan. “Seolah ingin berbagi luka sejenak, namun gadis itu menahan air matanya agar tidak keluar, hanya untuk menguatkan dirinya di hadapan suaminya itu.Nyonya Marta, dia adalah ibunya Andre. Seorang wanita yang benar-benar sangat tidak menyukai Devita menikah dengan puteranya Andre, namun dengan kuatnya cinta yang tertanam dalam hati dan sanubari kedua insan yang saling mencintai, Devita dan Andre sudah berjanji akan menghadapi semua kenyataan pahit itu.“Sudahlah sayang,,,,Aku tahu ini tidak mudah.Andre memeluk istrinya dengan sangat erat, sejenak memang sudah satu hati, dia merasakan apa yang dirasakan sang istri, Andre tahu memang dari awal perkenalannya dengan Devita, Ibunya tidak pernah menyukai gadis yang sekarang sudah menjadi calon istrinya iti.“Aku yakin suatu saat ibu akan menerimamu dengan baik di rumah ini sayang, ““Kau harus percaya dengan sebuah keajaiban. “Keadaan sejenak hening dengan suasana baru. Entah mengapa, sepertinya Devita yakin akan apa yang dikatakan Andre, dia benar-benar yakin bahwa laki-laki ini tulus mencintai dirinya, meskipun dia berasal dari kalangan ekonomi kelas bawah. Devita sadar, meskipun terlihat jelas perbedaan jika keluarnya tidak seperti keluarga Andre, orang tuanya adalah pengusaha sukses dan ternama, memilik banyak cabang usaha di berbagai sudut kota, sementara keluarga Devita hanya berasal dari ekonomi kelas bawah.“Terimakasih Mas,“Kau sudah menguatkan dan meyakinkan aku untuk semua perjalanan hingga sampai ke jenjang pernikahan ini,”“Ini memang cukup sulit bagiku.”Andre memeluk gadis itu dengan lembut, dia meyakinkan bahwa semua akan berjalan dengan baik baik saja, begitulah yang diharapkan oleh Devita.Hanya nyonya Marta yang tidak menyukai Devita, gadis malang itu, sementara suaminya tuan Wicaksono, adalah suami yang bertipe penurut, tidak berani untuk mematahkan kata-kata istrinya yang galak itu, bahkan nyonya Marta seolah memiliki sikap dan watak keras dan selalu angkuh.“Sudahlah sayang,“Aku tidak ingin malam indah ini ternodai oleh rasa yang tidak seharusnya kau rasakan dalam hatimu, ayolahhhh ini adalah malam bahagia kita berdua. “Tentu saja, malam ini mereka harus menikmati ritual malam pertama yang memang wajib menjadi kewajiban sepasang suami istri, setelah menikah. Merayakan malam pertama yang tentunya tepat di sebuah rumah keluarga Wicaksono yang mewah nan megah milik keluarga mereka, setelah mereka selesai dan pulang hari itu dari acara resepsi pernikahan.“Aku serahkan cinta dan segenap jiwaku untukmu Mas. “Malam yang penuh dengan keindahan, momen terpenting bagi mereka di malam pertama. Malam yang memang tak akan mungkin mereka lupakan sepanjang sejarah hidup mereka yang baru akan mengarungi mahligai rumah tangga, tentu saja dengan harapan bahagia selama-lamanya bahkan sampai usia mereka senja akan tetap bersama. Itulah janji pernikahan sepasang pengantin itu yang kini tengah dimabuk asmara.Begitulah harapan mereka malam itu yang tentunya menjadi sepasang pengantin baru yang begitu sangat merasa berbahagia dengan momen bersejarah. Malam itu, begitu cerah dan juga begitu damai, sedamai hati mereka yang sedang dimabuk asmara karena sedang hangat-hangatnya menjadi sepasang suami istri yang baru saja melakukan janji sakral dan suci. Mereka pun saat itu memadu kasih dengan melewati malam-malam pertama yang begitu indahnya.Esok paginya....Malam yang begitu indah telah berlalu dan kini berganti menjadi pagi yang begitu cerah. Devita sosok gadis cantik tinggi semampai, berkulit putih dan memiliki bentuk tubuh langsing, berambut panjang sebahu itu pun bangun dari tidurnya. Devita lalu membangunkan Andre yang kini telah resmi menjadi suaminya itu. Terlihat laki-laki kaya dan tampan serta anak seorang jutawan itu begitu pulas tertidur di dalam kamar pengantin bertabur bunga, setelah tadi malam sedikit lelah mengarungi petualangan malam pertama.“Kau mau makan apa mas? Biar aku yang siapkan untukmu,”“Mau makan rendang lagi? Atau sayur asem yang kau sukai itu?”Devita kembali membangunkan sang suami yang sedang tertidur pulas dan sekarang tersadar dengan gerakan tangan Devita yang halus, mengguncangkan tubuh kekarnya, tepat di atas ranjang pengantin. “Sudah pagi yah, sayang...?”Ucap Andre tak menyadari kalau hari itu ayam sudah lewat berkokok dan matahari telah terbit nun jauh di ufuk barat.“Kau mau masak? Jangan, nanti kau lelah,”“Bukankah kau baru saja melewatkan malam pertama kita?“Biar nanti kita beli saja di restoran luaran sana ya?”Ucap Andre saat itu dengan menyubit pipi Devita yang sekarang resmi menjadi istri sahnya itu, Seolah begitu sayang dengan Devita yang begitu cantik di depan matanya.“Jangan mas, sudah kewajibanku melayani semua kebutuhanmu sekarang”“Bukankah…, aku sekarang sudah resmi menjadi istri sahmu.”Ucap Devita lalu hanya menunggu jawaban suaminya itu. Menunggu Andre untuk mengatakan selera makannya yang memang disebutkan oleh Devita tadi adalah masakan favorit suaminya. Menu masakan kesukaan laki-laki itu yang memang sering dihidangkan Devita ketika mereka masih menjalin hubungan asmara.“Apa saja sayang, aku tak mau kau terlalu lelah,”“Tapi kalau kau memaksa memasak untukku, itu pun lebih baik.”Laki-laki itu seolah masih mengantuk dan ingin melanjutkan tidurnya. Sementara Devita hanya bisa geleng-geleng kepala dan tersenyum melihat Andre suaminya.“Sudah bangun kau rupanya!““Hebat sekali, kau baru beberapa hari di rumah ini, namun lihat sikapmu? Kau berlagak seperti ratu saja. “Devita menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka lebar, rupanya di depan sana sudah ada sang ibu mertua sudah berdiri di depan pintu, menatap sini pada gadis itu, Devita yang nyatanya masih terkulai lemas di atas tempat tidur. “Bangu!” “Apa lagi yang kau tunggu?“Kau tahu sudah jam berapa ini? Marta, sang ibu mertua melirik ke arah benda bundar itu, mesin waktu yang sudah menunjukkan angka setengah delapan, pagi. Entahlah, padahal hari itu memang masih terlalu dini, namun hanya keluarga inilah yang paling sibuk, apalagi nyonya Marta, dia tak ingin melihat seseorang di dalam rumahnya hanya bermalas-malasan saja. Malam tadi, adalah malam yang terindah seharusnya yang dilalui Devita, malam pengantin yang berhiaskan selimut mesra dan kasih sayang dalam pelukan manja mesra, ini adalah malam bulan madu pertama mereka. “ Ya bu, maaf aku terlalu kelelahan
Devita adalah seorang model cantik yang dikenal oleh Andre semenjak dia menghadiri sebuah acara peresmian usaha pakaian ekspor dan impor butik milik orang tuanya yang kini dia kelola. Baru berjalan beberapa hari perkawinan sakral nan indah itu, namun tidak bagi Devita, dia hanya seorang gadis malang yang terperangkap dalam keluarga yang benar-benar tidak menyukainya. “ Aku begitu jauh berbeda dengan keluargamu Mas, “Kau dan keluargamu keluarga terpandang, sementara dengan aku hanya orang biasa saja, mungkin ibumu tidak akan pernah menyukaiku.”Devita sejenak mengutarakan kegundahan dalam hatinya, meskipun dia sudah terpikat pada laki-laki tampan dan juga baik itu. Tidak dengan Andre, dia tahu jika gadis yang dia cintai mungkin terlibat cekcok dengan sang ibu, tapi baginya ini hanyalah persoalan biasa saja, hanya saja mungkin gadis yang dia cintai sudah tak tahan dengan apa yang dia rasakan. “ Kenapa kau selalu mempermasalahkannya,,?”“Status sosial tidak penting untukku, “Percaya
“Jangan sesekali kau coba mengadu pada Andre! “Kau tahu akibatnya bukan?”Disaat gadis itu sedang membantu seorang pembantu memotong daging dan sayuran untuk keluarga itu makan, nyonya Marta menghampiri Devita saat itu juga. Nyonya Marta tak ingin sifat buruk dan busuknya itu diketahui putranya, mengancam adalah salah satu cara untuk membungkam mulut gadis malang menantunya itu. “Jika kau ingin betah dan tetap bersama putraku, tetap jaga lisanmu itu! Sedikit saja Andre mengetahui semua tentang hal ini, kau bakal tanggung akibatnya gadis miskin!”Ya, begitulah setiap hari apa yang nyonya Marta lakukan pada menantunya, berulang kali bahkan berkali-kali selalu mengancam dengan kata-katanya, ketika Andre putranya itu tidak sedang berada di dalam rumah, setelah kepergian Andre dari rumah penyiksaan itu pun mulai terjadi, Nyonya Marta mulai menguasai semuanl keadaan rumah. Memang sepenuhnya nyonya Marta tidak bermain fisik, tapi ini sakitnya lebih lelah dari fisik. Permainan kata-katanya
Sebuah mobil mewah menepi di depan rumah megah bak istana itu, keluar Andre, seorang laki-laki tampan yang memang baru saja sibuk mengurusi bisnis keluarga yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Belum hilang rasa lelahnya, sang ibu menyambutnya dari depan pintu dengan sandiwaranya. “kau tahu istrimu itu Andre! " Gadis yang kau pilih itu! Dia hanya seorang gadis dan menantu yang pemalas, ““Sedaru tadi kerjanya hanyalah diam saja di dalam kamarnya tanpa melakukan apapun, ini hampir membuatku muak!” Bagaimana dia bisa menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik nantinya untukmu kalau terus seperti itu caranya...! “Marta menyambut kedatangannya putra semata wayangnya itu yang baru saja pulang, diantarkan bersama seorang supir pribadi mereka. Andre yang belum sepenuhnya hilang dengan lelah karena bisnis dan pekerjaannya, kini mencoba untuk memeriksa apa yang dikatakan oleh sang ibu. “Ibu jangan seperti itu, ““Dia masih tetap seorang menantu di rumah ini.”Laki-laki ini terlihat agak j
"Bagus, kau bangun lebih awal rupanya!"pagi itu sangat ramah sekali, disambut dengan kata-kata pedas sang mertua pada Devita, saat mereka sedang berada di jamuan makan pagi keluarga besar. “Kapan kalian akan memberikan aku cucu? “Bukankah pernikahan kalian sudah menginjak usia beberapa bulan belakangan ini, tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda yang kalian berikan padamu! “Kata-kata itu benar-benar tajam dan sangat menusuk relung hati Devita dan Andre, Saat mereka sedang berkumpul di meja makan. Ya, mereka sedang menikmati hidangan makan pagi keluarga besar, nyonya Marta berbicara sembari menatap pada Andre sejenak lalu kembali melahap makanannya, kemudain kembali menatap pada Devita sang menantunya itu, dalam sekali seolah begitu dalam dan penuh arti. “Kami berdua sedang sudah berusaha bu, hanya Tuhan yang mengabulkannya. “Andre membalas perkataan ibunya saat itu juga dengan pertanyaan kritis, saat dia benar-benar terdesak dengan pertanyaan yang memang seharusnya tidak dil
“Gubraaaaaaak ““Kepalaku,,, aduhh, sakit sekali! “Suara benda jatuh itu mengagetkan hampir seluruh isi rumah, sebuah ember bejad mengepel lantai itu rupanya tidak sengaja tertendang oleh kaki gadis itu saat mengerjakan perintah mertuanya Marta yang sengaja menyiksa gadis malang itu. Devita gadis malang itu yang seperti biasanya membantu pekerjaan rumah di rumah, kini merasakan kepalanya berdenyut sakit sekali. Gadis malang itu melihatnya lantai licin itu sudah tergenang air bekas pel dalam ember, tak tahan dengan sakitnya, dia mencoba bangkit dan meletakkan gagang pel ke sandaran dinding beton. “Devitaaaaaaa, apa yang terjadi? ““A-apa, apa kau baik-baik saja. ‘Pembantu rumah tangga yang tadinya membantu Devita untuk menyapu lantai dan membersihkannya lantai itu hingga licin, melihat gadis malang itu terhuyung-huyung bersandar di dinding beton dekat tangga, dia memegangi tubuh Devita agak dapat bersandar di sana. Belum lama, suara berisik dari lantai atas itu, membangunkan singa
Keadaan benar-benar sangat kacau saat ini, sebuah keadaan genting yang benar-benar sudah terjadi, menantu malang itu terlihat tergeletak di atas lantai dengan kepala yang terbentur, Bi Ijah sang pembantu rumah tangga itu semakin histeris saja melihat keadaan buruk itu. “Devita,,,,? Devita!”“Dev, bangun nak? Bangunnnn,, , “Kepanikan Bi Ijah sang pembantu rumah tangga itu benar-benar terjadi, kala melihat wajah Devita yang pucat pas, i sang gadis malang yang terjatuh dan tidak sadarkan diri itu kini butuh pertolongan. Devita kini sudah pingsan di hadapan pembantu, tuan wicaksono dan nyonya Marta, mungkin karena memang benar-benar lelah dengan pekerjaan dan tubuhnya yang sudah tidak kuat. Tuan wicaksono sangat panik, sebagai kepala rumah tangga, dia bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di rumah ini, termasuk kejadian buruk ini. Tuan Wicaksono berlari, mendekati tubuh menantunya. “Bangun?”“Ayo bangun Devita?”“Devitaaa,,,?”Teriak tuan wicaksono dengan lantang, namun tubuh
“Ada apa ini,,ada apaaaa,,,?”“Apa yang terjadi pada Devita istriku!”Andre sudah sampai dengan napas yang masih tersengal-sengal, dia melihat ibu dan ayahnya begitu panik dengan wajah mereka, namun semua diam membisu saat Andre menatap dan bertanya pada ibunya. “Istrimu, Devita,, diaaaa?”Tuan wicaksono sebagai ayah Andre hendak menjelaskan tentang kecelakaan itu, tapi begitu takut akan kemarahan putranya yang menjadi-jadi nantinya. Ya, begitu sibuknya Andre di kantor hingga dia belum sempat untuk menelpon istrinya hari ini, sampai membuat laki-laki itu semakin penasaran tentang apa yang sedang terjadi. “Kenapa kalian semua diam,,,,?”“Jelaskan padaku, apa yang telah terjadi...!!!”Saat Andre yang sedang panik dan begitu kesal bercampur marah itu bertanya dan sama sekali tak mendapatkan jawaban, seorang dokter perempuan itu keluar. Dengan wajah yang tidak meyakinkan akan memberi kabar gembira, Dokter itu hanya bicara beberapa patah kata, sembari sedikit membuka pintu ruangan ICU.
Mobil iring-iringan pernikahan menuju kediaman rumah nyonya Marta yang kaya raya itu akan segera dimulai. Devita perempuan malang yang penuh tangisan itu hendak menuju mobil iring-iringan pengantin, perjalanan mereka untuk kembali membawa sepasang pengantin Andre dan Cley untuk segera pulang dan menikmati hari pernikahan dan mengiringi hari bahagia itu. Tiga kendaraan di sana, bagian depan berisi sepasang pengantin Andre dan Cley serta seorang supir, sementara dua kendaraan lagi mengiringi mobil pengantin di bagian belakang. "Sekarang kau sudah resmi menjadi istriku Cley, ""Aku sudah tak sabar untuk bercinta dan sampai di rumah, kau menikam pesta perkawinan meriah ini bukan?"Andre sedikit menggoda Cley, saat berada di dalam kendaraan.Cley hanya tersipu malu dengan wajah yang penuh kepalsuan. "Aku harap penderitaan ini segera berakhir tuhaaaaaan, aku mohonnnnn. "Sementara itu Devita dalam hati kecilnya benar-benar hancur berkeping-keping, dia tak memiliki semangat hidup sama s
"Sudahlah, untuk apa kau menangisi orang yang tega menduakan dirimu,"" Semua itu tak ada gunanya! cukuuuup kau membuang air matamu itu. "Mbok Ijah angkat bicara di sana, tepat di sudut bangunan diantara pesta megah suasana pesta yang digelar dengan meriah. "Kau percaya apa yang mbok katakan bukan?""Ada kebahagiaan di balik derita yang akan kau lewati nantinya. "Ya, pembantu yang baik hati dan sudah menganggap Devita bagai anaknya sendiri itu benar-benar tulus, meyakinkan apa yang gadis itu rasakan saat ini. "Ta-taaaaapi mbooook....?""Tegaaaa, tegaaaa sekali mereka melakukan hal ini padaku. "Jawab Devita yang masih dilanda duka mendalam dalam dirinya, dia tak bisa begitu saja menerima kenyataan dan mimpi buruk yang selama ini terus membayangi hidupnya yang kelam. Pesta meriah yang baru saja usai, banyaknya tamu undangan yang datang pun sudah pulang dari tadi meninggalkan meriahnya acara pesta pernikahan di sana. "Mari kita kembali masuk ke dalam ndok, ""Nyonya akan murka ji
"Saya Terima nikah dan kawinnya Cley dengan uang tunai seratus juta rupiah dan cincin kawin dibayar tunai. "Pernikahan itu digelar di sebuah pesta mewah tepat di sebuah gedung luas, dihiasi dengan dekorasi indah nak menyejukkan mata, tapi tak sesejuk pikiran Devita, yang ikut hadir di pesta perkawinan megah itu, dirinya yang merelakan perkawinan suaminya hanya bisa menahan perih dalam relung hati. "Mungkin, ini akan menjadi awal penderitaan hidupku. "Tangisan Devita pecah saat itu, bukan karena bahagia, melainkan tangisan derita yang tidak berkesudahan. Orang-orang ramai menyaksikan sebuah pernikahan layaknya tamu undangan, mereka silih berganti mengucapkan ucapan selamat pada kedua mempelai, terlihat di sana, pasangan pengantin berwajah sumringah bergantian menyalami tamu undangan. Devita, hanya berdiri tak jauh dari sana, semakin perih hatinya. "Sudahlah, tidak usah sebaiknya aku menangis, mungkin ini yang terbaik bagi Andre dan keluarganya. "Hati perempuan malang itu bicara,
Didalam kamar, Andre hanya bisa memandang kosong ke arah luar jendela, memandang pemandangan dari arah dalam, ada keraguan yang ingin dia katakan tentang keinginan ibunya tentang sebuah perjodohan antara dirinya dan juga Cley, perempuan pilihan ibunya Nyonya Marta. “Kenapa kau diam Mas? ““Apa kau tak senang aku kembali ke rumah ini. “Wajah Devita tertunduk lesu, tubuhnya yang masih belum begitu sehat masih bergantung pada kursi roda. Andre pun seperti itu, ada perasaan bersalah dalam dirinya, dengan niat dan keinginan dirinya mengutarakan apa yang sebenarnya dia pikirkan, selain kemauan ibunya keinginan memiliki keturunan adalah hal yang teramat dia impikan, tak mungkin akan dia dapatkan pada sosok Devita. “Kenapa kau bicara seperti itu padaku? “Tiba-tiba saja andre laki-laki tampan itu memandang pada istrinya yang hanya tertunduk lesu tak berdaya. Devita tahu apa yang dipikirkan oleh suaminya, dia tahu dan amat sangat tahu apa yang dipikirkan laki-laki, ada perasaan yang mema
“Sebenernya, keadaan belum seberapa pulih, dia harus berobat jalan. “Dokter itu bicara pada keluarga wicaksono. Tuan wicaksono, andre, Bi Ijah berada di sana, sementara Marta belum terlihat batang hidungnya, sebagai mertua yang tidak bisa menerima Devita sebagai menantu, dia tetap dengan pendirian teduhnya acuh tak acuh pada menantunya sendiri, padahal semua terjadi akibat wanita kejam itu. “Aku tak perduli!”“Dia bukan menantuku!”Marta masih saja berpendirian teguh dan sombong atas apa yang dia miliki. “Kau tidak pantas berada dalam keluarga besar ini, tingkat sosialmu jauh dari keluarga kami!”Begitulah yang diucapkan Nyonya Marta saat tengah berada beberapa hari ini di rumah sakit, sama sekali dia tidak menunjukan penyesalan atas apa yang sudah dia lakukan pada menantunya itu, selalu menyalahkan putranya bahkan suaminya yang mau menerima calon mantu bukan dari keluarga yang sepadan dengan keluarganya. “Kalian terlalu membela gadis miskin itu!”“Andai saja kau tidak menikahi p
“Gubraaaaaaak ““Kepalaku,,, aduhh, sakit sekali! “Suara benda jatuh itu mengagetkan hampir seluruh isi rumah, sebuah ember bejad mengepel lantai itu rupanya tidak sengaja tertendang oleh kaki gadis itu saat mengerjakan perintah mertuanya Marta yang sengaja menyiksa gadis malang itu. Devita gadis malang itu yang seperti biasanya membantu pekerjaan rumah di rumah, kini merasakan kepalanya berdenyut sakit sekali. Gadis malang itu melihatnya lantai licin itu sudah tergenang air bekas pel dalam ember, tak tahan dengan sakitnya, dia mencoba bangkit dan meletakkan gagang pel ke sandaran dinding beton. “Devitaaaaaaa, apa yang terjadi? ““A-apa, apa kau baik-baik saja. ‘Pembantu rumah tangga yang tadinya membantu Devita untuk menyapu lantai dan membersihkannya lantai itu hingga licin, melihat gadis malang itu terhuyung-huyung bersandar di dinding beton dekat tangga, dia memegangi tubuh Devita agak dapat bersandar di sana. Belum lama, suara berisik dari lantai atas itu, membangunkan sing
“tahun aku mencoba peruntungan hidup di ibu kota jakarta, dengan modal nekad dan tanpa bekal pendidikan aku beranikan diri untuk sekedar merubah nasib dan takdir yang tentunya sudah digariskan. Kembali malam itu aku mengusap wajah serta perlahan menarik rambut panjang ke arah belakang, dengan gerakan gemulai tangan halusku tentunya.Termenung sejenak dengan kenikmatan dunia, melayani Laki-laki beranak satu demi menyambung hidup, bertahan dengan hidup yang kurasa begitu keras di tempat ini.Aku mencoba bangkit dari tubuhku yang saat itu, sehabis melakukan hubungan terlarang dengan seorang laki-laki.Seorang Laki-laki bernama Bram yang sudah berhasil aku taklukkan malam itu juga. Laki-laki yang telah beristri dan beranak satu itu selalu saja datang dan kembali ke dalam pelukanku. Laki-laki yang memang selalu datang dan pergi sesuka hatinya kapan dia mau, hanya untuk menyalurkan keinginan yang saat itu dimilikinya .Kembali aku mengambil sebuah benda yang mengeluarkan asap itu di atas
“Kenalkan namaku Mawar.Aku seorang kupu-kupu malam. Jalan hidupku yang begitu pahit dan terasa getir serta rumit, sudah aku rasakan sepanjang perjalanan dan kisah yang aku lalui di sini. "Kisah dan perjalanan hidup yang penuh liku-liku dan juga begitu keras harus aku lewati. Menjalani kehidupan nyata hanya untuk bertahan hidup di ibu kota, yang bernama Jakarta. Inilah kisahku.................... Warna bibir merah merona, berwajah manis dan bermata biru, tinggi semampai berbadan langsing. Ya, Itulah gambaran sekilas sosok diriku. Aku terlahir dari keluarga tidak mampu yang hanya bisa bersekolah sampai lulus sekolah dasar saja, dikarenakan beratnya biaya pendidikan yang membuat leher tercekik. Kami orang-orang yang tidak mampu membelinya hanya bisa gigit jari dengan semua kenyataan pahit. Aku anak tunggal, dibesarkan di desa terpencil dengan kasih sayang Ibu dan Ayahku yang memang banyak mengajarkan aku arti hidup dengan menerima kenyataan dan takdir yang sudah digariskan. Masa rem
"Kau harus banyak bersabar ndok, " Memang watak nyonya seperti itu adanya, dia memang tidak pernah menyukai gadis seperti dirimu, "Tapi suatu saat dengan sikap dan kesabaran yang kau miliki,, nyonya pasti akan memaklumi dan menerima kehadiran dirimu sebagai menantu. 'Mbok Ijah bicara pada Devita, gadis malang itu hanya bisa mengganggu pelan. Devita benar-benar tidak habis pikir, kenapa mertuanya itu selalu saja membanding-bandingkan dia dengan wanita yang mungkin lebih baik di luar sana, padahal apa yang sudah dilakukan oleh gadis ini sudah dia kerahkan, hanya untuk menyenangkan hati sang mertuanya yang begitu sangat keras. "sudahlah, badai pasti akan berlalu. "Mbok mengusap kening Devita dengan lembut, seolah dia bisa merasakan apa yang ada dalam isi kepala perempuan malang yang memang tidak pernah merasakan apa yang namanya kebahagiaan dalam perkawinan. "Aku sudah melakukan semua apa yang diperintahkan, bahkan hati nurani kucoba untuk tetap bisa bertahan dalam kehancuran hati