Sudah hampir seminggu lebih toko terasa sepi sekali tak seperti biasanya. Bahkan, langganan yang setiap hari mampir ketoko pun beberapa hari ini tak nampak.Syukurlah, rumah makan selalu ramai. Apalagi, sebentar lagi menjelang bulan puasa ramadhan. Sudah bisa dipastikan, banyak orang-orang yang bakal mengadakan buka puasa bersama disana.Setidaknya, bisa menutupi minus yang ada ditoko selama beberapa hari ini sepi.Emak pun juga beberapa hari ini terlihat gusar. Tapi Emak hanya diam saja, walau tingkah lakunya bisa menjelaskan semua."Uda dapat berapa hari ini Da?" Tanya Emak yang duduk disamping ku."Gak tau Mak. Coba tanya aja sama Yum."Emak berdiri mendekati Yum yang juga asik mendengar musik dari hp nya. "Yum, dapat berapa hari ini?""Bentar Bude, tak lihatin dulu.".Aku pun juga bangkit mendekati Yum. Karena aku kepo dengan hasil penjualan hari ini yang memang sangat sepi tak seperti biasanya."Ada dua juta tujuh ratus Bude!" Ucap Yum sembari meletak kan uang itu dikasirTerlih
Seusai dari rumah Ustad Sobri, kami langsung menuju ke toko untuk segera menyiramkan air yang diberikan Ustad didepan toko.Tak lupa Bapak membaca bismilliah dan juga sholawat selama menyiramkan air. Aku dan Emak menyaksikan langsung bersama beberapa karyawan. Mungkin dalam hati mereka juga bingung dengan apa yang Bapak perbuat, cuman mungkin mereka takut untuk bertanya."Bismillah ya Nduk, toko bisa kembali ramai." Ucap Emak kala Bapak usai menyiramkan air."Aamiin Mak, yang penting kita uda usaha Mak. Bagaimanapun hasilnya, kita hanya bisa pasrah."Bapak berjalan mendekati kami. Kemudian mengajak masuk kedalam toko. Dan melakukam aktifitas seperti biasanya.Aku berjalan menuju toko roti. Melihat para pegawai ku sibuk membuat pesanan untuk hajatan pelanggan.Beruntungnya, toko roti ku masih ramai. Walaupun lebih laku lewat online. Sedangkan untuk dioutlet, terkesan sepi. Ya mungkin itu efek guna-guna yang dulu diberikan kepada toko ku."Uda matang mbak, rotinya?""Belum Bu, masih di
Ku perhatikan saung yang dia gunakan bersama dengan teman-temanya dari bilik kasir secara diam-diam juga. Aku tak menyangka jika akan bertemu dengan nya. Apakah ini memang akal-akal an Elsa. Atau memang Allah sengaja mempertemukan aku dengan nya.Entahlah, yang pasti aku sudah tau bagaimana bentuk dan rupa saudara Elsa ini. Aku pun membalas pesan darinya, setelah pesan yang dia kirim dulu kuacuhkan dan tak ku balas.[Waalaikumsalam Mas, salam kenal juga]Setelah mengirim balasan pesan padanya, aku jadi merasa sedikit canggung. Bagaimana pun juga aku bukan lah remaja lagi, yang sedang mengalami kasmaran saat berbalas pesan dengan lawan jenis.Triiing!!Kuterima notifikasi pesan masuk yang dia kirim kembali padaku. Dengan lincah, jemari ku pun membuka isi pesan dari nya[Alhamdulillah, terimakasih ya Da, sudah dibalas. Kenalkan namaku Candra, dan akulah saudara Elsa.][Oh iya, salam kenal juga Mas Candra.]Kukirim lagi balasan pesan padanya. Tapi sepertinya dia sedang asyik ngumpul bers
Jangan lupa untuk tinggalkan like dan komen ya. Dan jangan lupa juga untuk subscribe profile author.Terimakasih dan selamat membaca...*****"T-tunggu, maksut kamu apa Fer?" Tanya ku yang sedikit terkejut mendengar ucapan nya.Tapi dia hanya menghela napas tanpa menjelaskan apa maksut dari perkataan nya itu."Maaf, lupakan saja." Jawabnya sedikit salting."Ooh, oke." Jawabku sesantai mungkin. Meskipun, aku merasakan debaran didalam dada ku.Ya Allah, masa' iya aku kembali jatuh cinta dan itu pada Fero. Kenapa setiap kali dekat denganya aku merasakan nyaman. Dan kenapa dia juga seperti memberi angin segar padaku, padahal dia juga sudah memiliki kekasih hati yang juga begitu mencintainya."Oh iya, kamu ada yang mau diomongin lagi gak? Kalau enggak ada, aku mau mandi dulu.""Mmm enggak ada kok. Makasih ya uda luangin waktunya."Aku mengulum senyum padanya. Kemudian kembali berlalu masuk kedalam kamar.Kurendam diri ini dibath up. Sekali lagi, ucapan Fero mampu membuatku menjadi kepikir
****Aku menemani Mas Candra mengobrol diruang tamu. Ternyata, dia tipe lelaki yang easy going. Sehingga, obrolan antara kita berdua jadi begitu seru tanpa rasa canggung, bahkan kami terbahak bersama.Tema yang kami bahas pun beragam, mulai dari bisnis, sampai keseharian kita. Dan sama sekali tak ada pembahasan tentang perasaan.Bik Darni keluar membawa dua cangkir teh hangat dan cemilan untuk ku dan Mas Candra. "Makasih ya Bik!""Sama-sama Bu. Kalau gitu saya permisi dulu."Aku mengangguk, kemudian Bik Darni pun berlalu. Kami meneruskan obrolan yang sempat tertunda tadi.Dari ceritanya, aku tau bahwa dia memiliki dua buah hati. Satu lelaki dan satu wanita. Yang lelaki sudah besar, dia sudah masuk diperguruan tinggi. Dan sekarang sudah disemester empat. Sedangkan buah hatinya yang perempuan, juga seumuran Anita. Cuman beda setahun, sekarang dia masih duduk di kelas dua SMA.Walaupun memiliki buah hati yang sudah pada dewasa, tapi Mas Candra masih terlihat baby face. Bahkan jika oran
*****Pov mantan Ibu mertua"Haduuh, belum akhir bulan uda hampir habis aja sih stok makanan dirumah." Gerutu ku dalam hati.Ku langkahkan kaki menuju kamar Lusi. Punya anak perempuan satu juga sukanya ngebo mulu. Bangun pagi pun juga kalau ada si Dendi. Itu pun juga jarang-jarang.Kadang aku berpikir dengan sifat Lusi yang seperti itu, si Dendi bakal berpaling hati. Apalagi, sampai sekarang putri ku ini juga belum bisa memberikan keturunan untuk Dendi. Padahal hasil pemeriksaan keduanya juga normal tanpa adanya masalah.Aku sebagai orang tua juga kadang merasa iba dan sedih memikirkan dua nasib buah hatiku. Yang satu main kawin aja, hingga akhirnya jadi belangsak, bukan nya malah bahagia dengan istri barunya, yang ada malah menderita.Justru mantan istri yang ditinggalkan kini malah sukses dan bahagia. Kadang ada perasaan tak ikhlas melihat mantan menantu ku hidup enak. Tapi mau bagaimana lagi, toh yang salah juga anak ku sendiri. Terus yang satunya lagi juga selalu kesepian karena d
Cukup lama kami menunggu Denisa dan lelaki itu keluar dari pasar. Bahkan sampai makanan kami berdua habis pun, tetap saja, batang hidung mereka tak nampak."Ibu capek Lus. Kita pulang aja. Biar nanti Bowo dan Denisa Ibu suruh kerumah aja.""Sabar napa sih Bu, namanya juga kepasar, ya pasti lama lah. Kan mereka beli sesuatu."Aku hanya bisa menghela napas kasar. Hingga aku memutuskan untuk memesan kembali es teh yang tinggal sedikit."Mbak, nambah es teh nya satu ya!""Sekalian es jeruknya juga Mbak!" Tukas Lusi tak mau kalah."Ikut-ikut aja sih Lus!" Sungutku "Biar sekalian atuh Bu!"Tak berselang lama, minuman kami berdua pun datang. Sekalian saja aku membayarnya. Biar jika nanti Denisa dan lelaki itu keluar, aku dan Lusi bisa langsung tancap gas membuntuti mereka."Lus, sepeda ambil dulu gih. Biar nanti kita gak kerepotan keparkiran dulu. Parkir depan warung ini aja." Perintahku padanya"Waah ide bagus Buk. Bentar, aku kesana dulu."Lusi bangkit dari tempat duduk nya, sebelum berla
Malam ini memang aku sengaja ingin mengajak Denisa maupun Narendra untuk main kerumah Ibu. Karena memang sudah hampir seminggu ini, aku tak berkunjung kerumah Ibu.Apalagi, aku ingin meminta pada Ibu untuk menikahi Denisa secara negara. Karena aku juga kasian padanya, sebab aku selalu janji-janji saja untuk menikahinya. Hingga kini aku sudah bercerai dengan Ida dua tahun pun, janji itu belum juga aku wujudkan.Ini lah momen yang tepat untuk kami menikah sah secara negara. Apa lagi, sebentar lagi juga memasuki bulan puasa. Aku ingin sekali selama puasa dilayani oleh istriku dirumah.Tapi aku merasa sedikit kepikiran dengan telepon Ibu barusan. Tumben-tumbenan beliau meminta ku untuk datang sampai seperti itu.Aah entahlah, yang penting hari ini aku harus menyelesaikan kerjaan ku lebih dulu. Biar nanti bisa langsung main kerumah Ibu.Apalagi beberapa hari ini menjelang ramadhan, sudah pasti boss memilih karyawan nya untuk kebut kerjaan. Karena memang biasanya karyawan banyak yang molor