"Da, aku ingin punya anak lagi." Ucapku saat melihat Ida sudah ada diatas ranjangMemang, walaupun Ida sudah sedikit berumur tapi pancaran kecantikanya tak sedikit pun luntur. Masih persis seperti saat aku pertama kali melihatnya.Bedanya hanya umurnya saja yang bertambah."Kita sudah berusaha keras Mas. Lagian aku pun sudah lebih umur untuk hamil kembali, mau bagaimana lagi. Allah belum memberi rejeki kita anak lagi. Yang sabar ya..." Ucapnya sambil mengelus lengan ku"Makanya, kita coba lagi ya malam ini ya. Please, kumohon!" Kutangkupkan tanganku didepan dada memohon agar Ida mengertiKulihat Ida pun mengangguk kan kepala tanda setuju. Akhirnya malam ini, aku dan Ida mencoba berjuang kembali untuk mendapat momongan. Besar harapanku, semoga kali ini berhasilSetelah sebulan kemudian, akupun bertanya kembali pada Ida. Mungkin aja ada hasil yang memuaskan"Da, gimana??" Tanyaku padanya"Gimana apanya Mas?" "Ya, apa kamu ada tanda-tanda hamil atau enggak?""Hmmm enggak ada Mas, aku su
Kukuruyyuuuk....Terdengar suara ayam jantan berkokok. Aku pun bersama Emak dan Bapak masih sibuk didapur menyiapkan sarapan. Karena sebentar lagi kita akan ke kota.Menjalankan misi baru, untuk membeli rumah. Kulihat wajah Emak dan Bapak begitu bahagia, bahkan teramat bahagia."Ayo sarapan dulu Pak, Nduk. Biar gak kesiangan ke kotanya. Nanti macet dijalan. Iya kan Nduk?" Tanya EmakAku pun membalas dengan senyuman dan anggukan. Karena ku tau Emak begitu antusias."Iya Mak, sebentar Bapak mau cuci tangan sama kaki dulu." Ucap Bapak yang sedari tadi membersihkan tumpukan kayu kering di depan dapurAku pun berlalu ke meja makan dengan membawa masakan yang matang kita masak."Mak, nanti kita makan di luar aja ya sekali-kali. Jadi gak usah bawa bekal.""Boleh Nduk, kita makan di rumah makan seafood ya. Emak sudah lama ta makan seafood, jadi kepingin." Kata Emak yang mungkin sedang membayangkan makan seafood"Emak lagi ngidam?" Candaku di ikuti gelak tawa Bapak dan Emak"Hahahah bisa aja k
"Sebenarnya kita mau ke mana sih Bu? Kok tumben amat pakai jemput Anita segala!".Ku tau, kini Anita begitu penasaran. Aku pun tersenyum mendengar pertanyaan nya."Kita mau beli rumah Nduk!!!" Tiba-tiba Emak menjawab"Ru-rumah? Buat siapa Uti?" Tanya Anita yang masih ke bingungan"Sayang, kamu tau kan kalau Uti sama Kakung jual tanah?" Tanya ku pada Anita dan dijawab dengan anggukan nya"Lah, uang hasil dari penjualan itu uda cair Nduk. Makanya Ibu ke rumah Uti, dan sekarang kita sama-sama, lihat-lihat rumah. Barangkali ada yang cocok." Ucapku menjelaskan"Tapi ingat, jangan sampai bilang sama Ayahmu. Kamu mengerti nduk?" Timpalku kembali"Paham Bu, aku bakal jaga rahasia kita bersama." Ku lihat Emak dan Bapak juga ikut tersenyum mendengar perkataan putriku. Aku begitu bersyukur, karena dia bisa memahami situasiku saat ini.Ku tetap mengemudikan laju kendaraan ku menuju perumahan satu ke perumahan lainnya. Melihat-lihat isi dalam rumah, bertanya tentang harga rumah, luas dan surat me
"Kenapa rumah sebagus ini di jual ya Pak?" Tanya ku penuh penasaran"Ummm itu Bu, itu..." Nampaknya Pak satpam yang bernama Asep tersebut ragu untuk mengatakan alasan yang sebenarnya."Pak, kok gak diterusin?"Terlihat dia mengambil nafas berat dan menghembuskanya kasar"Bukan begitu Bu, sebenernya saya gak ada hak untuk menjelaskan alasanya. Berhubung Ibu ingin tau, saya bisa katakan.""Jadi, Pak Haji ini punya hutang di bank Bu. Hutang itu beliau gunakan untuk modal usaha anaknya. Tapi sayang, anak Pak Haji itu orangnya gak amanah. Uangnya malah di buat foya-foya. Alhasil, Pak Haji harus nanggung hutang 1satu setengah miliyar ke bank. Jadi mau gak mau rumah ini bakal di jual sama beliau untuk melunasi hutang-hutangnya." Kulihat raut muka sedih terpancar dari wajah Pak SatpamMungkin dia juga merasakan kesedihan yang di alami majikanya. Aku dan Bapak yang mendengar pun hanya mengangguk-anggukan kepala."Lantas, setau Bapak niatnya mau di jual berapa Pak?" Tanya Bapak pada Pak satpam
Pov BowoSesampainya aku di depan rumah Denisa, tiba-tiba tubuhku bergetar hebat. Aku merasakan nyaliku yang awalnya menggebu, kini berubah menjadi menciut.Bukan karena apa-apa, aku takut kalau Denisa kecewa. Sebab selama ini aku telah membohonginnya. Aku berbohong dan mengaku bahwa aku seorang duda."Mas, Mas! Kamu kenapa sih dari tadi bengong aja. Kita uda sampai nih, ayo turun. Tuh lihat Emak sama Bapak uda nunggu di depan pintu." Ajak Denisa yang cemberut karena dari tadi aku cuekin."I-iya iya, sabar." Aku oun mengikuti langkah Denisa keluar dari mobil.Bruugh!!Ku tutup pintu mobil dan berjalan mengekori Denisa."Assalamualaikum..." Ucap kita serempak saat memasuki rumah"Waalaikumsalam..." Terdengar juga balasan salam dari kedua orang tuanya.Tak lupa kita berdua pun menyalimi tangan kedua orangtuanya"Silahkan silahkan... Mari masuk Nak." Ternyata kedua orang tua Denisa sangat lembut, persis dengan anak nya. Kulihat juga ke dua adik Denisa yang masih kecil ikut menyambut ke
Bapak pun menanda tangani surat perjanjian pembelian rumah hari itu juga bersama Pak Haji. Penyerahan uang dan surat-surat baru akan di laksanakan beberapa hari lagi. Sebab, Bapak juga belum menarik uangnya dari bank.Memang rumah ini sengaja di belli atas nama Bapak, agar saat perceraian ku dengan Mas Bowo tak meributkan soal harta.Karena ku tau, Mas Bowo termasuk orang yang rakus. Dan juga, dia lebih butuh uang banyak untuk membiayai anak dari istri mudanya.Akhirnya kami semua pamit untuk pulang. Sebelum pulang, Emak mengajak ku mampir kerumah Ibu mertua. Maklum, karena beliau sudah lama tak bertemu. Tapi sebelum kami pamit, aku meminta ijin ke pada Pak Haji untuk berfoto didepan rumah mewah tersebut. Tentu saja Pak Haji mengijinkan, karena memang rumah ini sebentar lagi menjadi milik ku."Nduk, fotoin Ibu disini ya. Kalau bisa tampak kan semua rumah ini dari depan." Ucapku pada Anita yang memintanya untuk mengabadikan momen ini."Iya Bu, satu dua tiga.""Bentar-bentar, sekali l
Nnnnggggg....Suara deru mobil ku berhenti ketika aku sudah sampai di depan rumah, setelah aku kembali mengantar Anita kesekolah untuk mengambil sepeda motornya.Nampak terlihat sepeda motor Mas Bowo juga sudah ada didepan rumah. Karena memang dia tidak dapat jatah lembur untuk beberapa saat. Karena alasan orderan pabrik yang sepi.Anita yang ikut membuntutiku juga langsung memarkirkan sepeda nya disebelah sepeda motor ayahnya.Bruuugh!!!Kututup pintu mobil dan berjalan masuk kerumah bersama Emak dan Bapak."Emak, istirahat disini dulu ya. Kamarnya biar Ida bersihkan dulu." "Gak usah Nduk, biar Emak mu sendiri aja yang bersihkan. Kamu tuh capek dari tadi nyupirin kita. Udah, kamu mandi aja." Balas Bapak"Iya Nduk gak papa Emak bersihkan sendiri aja.""Oh yaudah Mak kalau gitu. Lagian kemarin sebelum berangkat sepreinya juga uda Ida ganti kok. Nanti tebas-tebas dikit aja. Takutnya ada debunya Mak.""Iya gampang Nduk.""Yasudah Ida masuk kamar dulu kalau gitu Emak sama Bapak juga ya!"
"Lo Mak, maaf Ida baru bangun." Ku lihat Emak sudah memasak didapur.Padahal aku sudah berusaha bangun lebih pagi dari biasanya. Tapi ternyata aku kalah cepat dengan Emak."Gak papa Nduk, Emak tau kamu capek. Sudah kamu tidur lagi aja disofa. Biar Emak yang masak. Nanti kalau sudah adzan shubuh, Emak bangunin.""Gak usah Mak, biar Ida aja.""Wes toh Nduk, yang nurut sama Emak.""Yaudah tak bantuin aja ya Mak, biar cepet selesai. Sekalian Ida mau nyuci baju juga.""Heem Nduk."Ku masukkan semua pakaian kotor kedalam mesin cuci. Huuft, benara-benar cucian yang menggunung. Dan gak muat kalau sekali putaran.Setelah mengisi air dan memberikan detergen, aku kembali menghampiri Emak. Dan membantunya memasak sop."Uda biar nanti Emak yang masak. Kamu bantu ngupasin kentang sama wortelnya aja. Sekalian Emak mau buatin begedel ayam kesukaan Anita.""Iya Mak. Kentangnya Ida kupas semua aja ya Mak.""Iya boleh Nduk, nanti kalo uda cuci bersih sama wortelnya.""Nggeh Mak..."Kita berdua pun sibuk