Share

Dua Puluh Dua

Penulis: Mika Senpai
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kondisi Ibu Takumi berangsur-angsur membaik. Setelah dengan terpaksa Takumi mengiyakan ucapan Ibunya, kalau dia akan kembali bersama dengan Sakurai. Waktu itu memang tidak ada pilihan lain selain setuju. Jika Takumi menolak, Ibunya juga akan menolak untuk sembuh.

Musim gugur pertama di tahun ini yang seharusnya menyenangkan malah menjadi menyebalkan. Ia bertanya-tanya, bagimana ya kabar dari gadis itu?

"Ibu jadi pergi ke Kuil Tenryu-ji?" tanya Takumi sekali lagi.

"Tentu saja. Kenapa memang?" Ibunya malah balik bertanya.

"Jarak Kuil itu kan jauh dari Kyushu, nanti kalau Okaasan sakit lagi bagaimana?"

"Kau ini. Lagipula kita tidak akan berangkat berdua saja," kata Ibunya.

"Siapa yang akan ikut lagi? Fujiyama-san? Tetangga kita?" tebak Takumi, karena Ibunya itu memang dekat sekali dengan Fujimaya, tetangga sebelah rumahnya.

"Bukan! Yang ikut nanti itu Sakurai."

Nama itu lagi. Selalu nama itu yang Ibunya sebut.

Karena tak mau berdebat, Takumi mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Two Sides Of The Same Coin   Dua Puluh Tiga

    "Ne, Ryo-kun. Junbi wa ii desu ka?" tanya Kanna, matanya tertuju pada Ryota yang tengah mengotak-atik ponselnya."Hmm... sebentar lagi," sahut Ryota tanpa menoleh."Apa yang sedang kalian bicarakan?" Junko bertanya, matanya berkedip heran.Kanna menghampiri Junko lalu menyenggolnya pelan. "Kau tidak tahu, Ryo-kun hari ini berulang tahun lho!" serunya dengan heboh."Eh, benarkah?""Hmm, kau tak ingin memberi kado padanya?" tanya Kanna mengangkat sebelah alisnya, menggoda Junko.Dengan ekspresi polos Junko menjawab, "Apa yang harus kuberikan pada Akihiko-san?"Ryota yang mendengar perkataan Junko tiba-tiba batuk karena tersedak ludahnya sendiri."Ryo-kun hati-hati! Jun-chan bahkan belum mengatakan akan memberikan hatinya," kata Kanna yang langsung mendapat plototan dari Ryota. "Aku hanya bercanda," tambahnya sambil terkekeh."Akihiko-san, euhmm... bisakah aku memberimu hadiah ketika kita tiba di Tokyo saja?" tanya Junko pada Ryota.Ryota ka

  • Two Sides Of The Same Coin   Dua Puluh Empat

    "Sssttt..." Ryota tiba-tiba mendesah dari tempatnya.Junko yang pertama kali menyadari bertanya pada laki-laki itu. "Akihiko-san kau baik-baik saja?""Ryo-kun ada apa?" Kanna ikut panik karena mendengar desahan dari Ryota.Sedangman Takumi hanya melirik sekilas tidak peduli."Kakiku rasanya sakit sekali. Aku ingin meluruskannya, bisakah kalian membantuku untuk pindah kesana?" Ryota menunjuk bangku yang kosong di sebelah Kanna."Tunggu," sela Junko, "Akihiko-san, kau bisa meletakkan kakimu di tengah-tengah Kanna-san dan aku. Tidak perlu sendirian disana. Jika terjadi sesuatu yang lebih buruk kami akan cemas."Perkataan Junko mengundang tatapan tak percaga Takumi, di balik matanya dia memikirkan betapa baiknya seorang Nakamura Junko. Tapi di sudut hatinya juga, ia merasa cemburu."Baiklah kalau begitu," ucap Ryota.Junko membantu mengangkat kaki Ryota pelan-pelan keatas kursinya. "Apakah sakit?""Hmm-mm..." Ryota menggeleng, "Aku baik-baik saja

  • Two Sides Of The Same Coin   Dua Puluh Lima

    Pertandingan yang di laksanakan di Gedung Olahraga SMA Hanagasaku berlangsung ramai dan meriah. Ternyata bukan hanya murid-murid SMA Hanagasaku saja yang menonton tapi dari SMA Yokohama pun ikut turut serta mendukung sekolahnya.Latih tanding ini di menangkan oleh SMA Hanagasaku. Set pertama SMA Hanagasaku unggul dengan skor 25-18. Kemudian set kedua dengan skor 25-20.Duet maut antara Hayato sebagai Setter dan Kentaro Ito sebagai Spiker memang tidak ada yang bisa mengalahkannya jika mereka berdua satu tim. Sekolah-sekolah di Tokyo belum ada yang sanggup untuk mengalahkan SMA Hanagasaku jika ada Hayato dan Kentaro di dalam tim."Cih, tidak seru. Padahal aku ingin tim Voli kita kalah hari ini," gerutu Kanna yang duduk disebelah Junko."Kenapa kau bilang begitu?" sahut Junko."Aki ingin melihat kekecewaan di wajah di Spiker bodoh itu.""Maksudmu Kentaro-san?""Siapa lagi!"Junko semakin di buat bingung oleh Kanna yang selama pertandingan berlangsun

  • Two Sides Of The Same Coin   Dua Puluh Enam

    Langit yang kita lihat hari itu adalah langit berwarna hitam bertabur banyak bintang.Kita membuat janji saat angin pertengahan musim panas mengitari kita dan kita saling menatap satu sama lain.Janji yang sama sekali tak ada artinya dimatanya. Dia mengingkari dengan begitu mudah.Apakah dia tak menyadari ada hati yang terluka karena janji itu?Junko mendial nomor Kanna berkali-kali, tapi kakak kelasnya itu tak kunjung mengangkat teleponnya. Ia ingin memberitahukan semuanya pada Kanna. Ia ingin mempunyai teman malam ini, untuk membantunya menghilangkan rasa sakitnya.Karena tak ada satupun telepon Junko yang di jawab, ia memutuskan untuk kembali ke sekolah lagi. Karena siang tadi Kanna berkata ia akan ada kegiatan klub sampai malam hari.Jam menunjukkan pukul 18.20 saat Junko mengecek ponselnya. Ia masih setia menunggu Kanna di dalam koridor sekolah. Angin yang berhembus melalui celah pintu menyapu kulit Junko yang hanya menggunakan seragam sekolah, agak

  • Two Sides Of The Same Coin   Dua Puluh Tujuh

    Hari ini cuaca di Shibuya benar-benar cerah, sampai Junko bisa merasakan sengatan matahari di lengannya. Seperti biasa Junko akan duduk di kursi yang berada di atap sekolah untuk menenangkan dirinya.Lagi-lagi pikirannya tertuju pada sepucuk surat yang ia terima pagi ini di dalam kotak surat rumahnya. Perasaannya antara senang menerima kabar bahwa dia baik-baik saja dan sedih karena dia tak akan kembali kesini.Saat Junko mengucapkan bahwa ia membenci Wanita yang telah melahirkannya itu, sebenarnya ia tak bersungguh-sungguh membencinya. Ia hanya ingin memiliki sedikit perhatian dari Ibunya itu.Junko bahkan rela kembali ke masa lalu jika untuk menerima kasih sayang dari Ibunya lagi. Tapi jelas saja itu tak mungkin."Kenapa akhir-akhir ini dadaku sering sekali sakit. Apa karena terlalu banyak masalah yang kuhadapi?" gumam Junko pada dirinya sendiri."Aku merindukanmu Okaasan. Aku harap, aku bisa menemuimu lagi suatu hari nanti. Aku janji tak akan pernah membu

  • Two Sides Of The Same Coin   Dua Puluh Delapan

    Tak ada hari yang paling membahagiakan selain hari ini dalam hidup Takumi. Ia sangat bahagia saat Nakamura Junko memberinya satu kesempatan lagi untuk dirinya bisa bersama dengan gadis itu. Selama hidupnya Takumi tak pernah merasa seperti ini sebelumnya, mencintai seseorang dengan begitu dalam.Orang bilang tak akan ada gambaran bagi seseorang yang sedang jatuh cinta. Ya, sama seperti dirinya, Takumi juga tak tahu harus mengekspresikan bagaimana rasa bahagianya itu.Saat mendengar Nakamura Junko setuju memberinya kesempatan itu, ia tadi ingin sekali menerjang tubuh kecil itu untuk memeluknya. Wajah Junko yang sembab karena menangis mengingatkan Takumi tentang pertama kalinya gadis itu menangis meraung-raung didepannya. Takumi memeluknya dan berkata semua akan baik-baik saja, tak perlu ada yang di khawatirkan.Seketika lamunannya di kejutkan oleh suara dering ponsel yang nyaring. Takumi mengerutkan dahinya melihat nama si penelpon."Ada apa?" tanya Takumi sesaat

  • Two Sides Of The Same Coin   Dua Puluh Sembilan

    Junko keluar dari Konbini sambil menjinjing tas kertas di tangannya yang berisi barang belanjaan yang baru saja ia beli. Ia melihat sekeliling mencari keberadaan Ryota. Dimana laki-laki itu? Katanya dia akan menunggu didepan Konbini tapi batang hidungnya tak terlihat. Lalu, sudut mata Junko tak sengaja menangkap sosok yang sedang melambai kearahnya dari arah sebuah lapangan bebas yang mempunyai banyak gundukan tanah disana. Disana ternyata. Laki-laki itu memberi isyarat untuk Junko agar dirinya mendekat kesana. Segera Junko menghampiri Ryota dengan berlari pelan."Maaf, pasti lama menungguku, ya?" ucap Junko saat dirinya sudah di depan Ryota. Napasnya agak terengah karena berlari tadi."Tidak juga," sahut Laki-laki itu. "Oh ini! Untukmu." Ryota memberikan minuman Oshiruko kaleng yang dia janjikan tadi kepada Junko."Apa kau tidak keberatan jika kita duduk disini?" tanya Ryota hati-hati.Junko menggeleng, "Aku tidak masalah. Ayo duduk," katanya.Kemudian mere

  • Two Sides Of The Same Coin   Tiga Puluh

    Takumi membuka kancing kerah kemejanya. Lalu duduk diatas sofa dan meminum kopinya yang masih hangat, karena baru saja dibuat. Hari ini Takumi sangat kelelahan karena harus bekerja lebih extra dari biasanya, sebab musim dingin akan datang seminggu lagi.Di toko Tosaka pun tidak akan melewatkan menjual buku-buku ataupun manga-manga musim dingin yang akan banyak dicari nanti. Nanti kumpulan buku musim dingin itu akan di pajang rapih di barisan terdepan agar semua orang bisa melihatnya, tentu saja kemudian membelinya. Walaupun pekerjaan Takumi akan bertambah tapi dia tetap menikmatinya. Menurut Takumi, melihat orang yang bahagia ketika membaca suatu buku itu adalah hal paling menarik, bahkan rasa lelahnya akan berkurang saat melihat sebuah kepuasan dimata pembeli tersebut.Karena terlalu lelah Takumi akhirnya membaringkan tubuhnya diatas sofa. Baru beberapa detik ia menikmati kenyamanan berbaring di sofa, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi dengan keras membuat Takumi langsung membuka matanya

Bab terbaru

  • Two Sides Of The Same Coin   Empat Puluh Lima

    "Okaa-san tak seharusnya melakukan itu!"Napas Takumi terengah-engah saat ini. Ia benar-benar marah dengan ibunya yang selalu saja mencampuri urusannya."Aku hanya ingin melihatmu bahagia lagi bersama dengan Sakurai, Takumi. Mengapa kau menganggapku sebagai wanita pengganggu di hidupmu?" ucap ibu Takumi, wajahnya terlihat sedih, namun Takumi yakin semua itu hanya akting saja."Kau harus lihat ini! Agar kau tak menyangka Sakurai adalah wanita yang baik!" Takumi mengeluarkan ponselnya dari saku celananya dan memperlihatkan foto Hashimoto Sakurai bersama dengan pria lain. Mereka sedang bermesraan disana. "Kau lihat, kan?! Kau lihat kelakuan Sakurai selama ini di belakangmu?"Ibunya terlihat sangat terkejut, dia sampai menutup mulutnya sendiri dengan tangan dan kehilangan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Takumi."Sekarang kau sudah lihat bagaimana kelakuannya. Dia juga sebelumnya sama seperti itu Okaa-san, saat kita masih menjadi suami istri. Apa kau tidak kasihan

  • Two Sides Of The Same Coin   Empat Puluh Empat

    Junko, Kanna dan juga Ryota sedang makan di kedai ramen dekat sekolah.Mereka mengobrol santai seperti biasa, sampai Kanna membahas masalah itu kembali kepasa keduanya."Aku akan menginap lagi malam ini di rumah Jun-chan. Bagaimana denganmu Ryo-kun?" tanya Kanna pada Ryota yang tengah menyeruput mie-nya."Maafkan aku, tapi malam ini aku ada latihan sampai malam. Jadi aku tak bisa ikut," kata Ryota."Baiklah kalau begitu," ujar Kanna."Nanti hubungi sana aku jika kalian membutuhkan sesuatu. Aku pasti akan datang," kata Ryota sambil mengulas senyumannya.Kanna mengangguk dan kembali melakukan kegiatannya memakan ramen yang masih panas itu."Ngomong-ngomong terima kasih atas traktirannya!" ucap Kanna.Ryota mengangguk sambil tersenyum.Selesai makan mereka kembali ke sekolah untuk mengambil tas mereka masing-masing. Tapi berbeda dengan Ryota, dia akan ada latihan sampai malam jadi tidak bisa pulang.Junko dan Kanna pulang ke rumah Junko. Mereka b

  • Two Sides Of The Same Coin   Empat Puluh Tiga

    Junko memandang kosong jauh ke depan. Entah apa yang sedang ia lihat, karena hanya bayangan putih dari salju yang menyelimuti gedung-gedung dibawah sana.Sesekali Junko menghela napas dengan mulutnya, siapa tahu beban di pikirannya perlahan menghilang, seperti asap yang ditimbulkan dari ia menghela napas.Perlahan tangan Junko bergerak ke arah lehernya yang terbungkus syal tebal, kemudian ia menghela napas lagi dan mulai menangis dalam diam.Junko tak menangisi dirinya yang selalu ditimpa kemalangan, tapi ia menangis untuk orang-orang yang ada disekitarnya karena mereka juga ikut terkena masalah karena berbuat baik kepadanya.Tak masalah jika hanya ia yang terluka, tapi jika orang-orang disekitarnya yang terluka, Junko tak tahu harus bagaimana lagi.Ia takut, takut jika harus kehilangan mereka lagi. "Jun-chan?" Suara Kanna dari belakang menginterupsinya.Junko berbalik dan menatap Kanna sambil tersenyum tipis, menyapanya."Disini sangat dingin, kenap

  • Two Sides Of The Same Coin   Empat Puluh Dua

    "Jadi, hal apa yang ingin kau bicarakan?" Akihiko Ryota memulai percakapannya dengan sebuah pertanyaan.Sebelum menjawab, kedua tangan Takumi di masukkan ke dalam saku celananya. Ia menatap Ryota lekat sampai anak laki-laki itu mengerutkan keningnya. "Kenapa kau ada di rumah Junko selarut ini?" tanya Takumi."Hm?" Ryota juga membawa tangannya untuk di masukkan ke kantung celananya. "Yah, aku, Kanna-san dan juga Nakamura-san sedang ada tugas sekolah. Jadi kami mengerjakannya bersama. Di rumah Nakamura-san," sambungnya."Sampai selarut ini?" tanya Takumi lagi. Ia tak percaya dengan omongan anak laki-laki ini."Iya, memangnya kenapa? Kau saja kemari selarut ini, apa tujuanmu ke rumah Nakamura-san?" tanya Ryota, dia membalikkan pertanyaannya kepada Takumi.Takumi mendengus mendengar pertanyaan itu dari Ryota. "Kau melihatnya sendiri kan? Aku membawakan Junko makanan untuknya," jawabnya."Tumben sekali." Celetukan Ryota membuat Takumi memandangnya tajam."Dan

  • Two Sides Of The Same Coin   Empat Puluh Satu

    "Rubah? Anak anjing? Apa maksudnya ini?" kata Kanna yang baru saja diberi tahu oleh Junko tentang kertas itu."Dari mana kau mendapatkannya Nakamura-san?" Kali ini Ryota yang bertanya kepada Junko."Aku mendapatkannya tadi malam. Ada seseorang yang melempar batu ke rumahku sampai kaca rumahku pecah. Dan ada kertas itu yang di selotip disana," kata Junko menjelaskan semuanya, bagaimana ia bisa mendapatkan kertas itu."APA?!!" Kanna sangat terkejut mendengar perkataan Junko."Kenapa?" tanya Junko yang ikut terkejut karena seruan Kanna tadi."Ada seseorang yang menerormu?" tanya Kanna. Wajahnya sengaja di dekatkan ke arah Junko, entah apa maksudnya.Junko menggeleng. "Aku tidak tahu. Tapi itu agak membuatku takut Kanna-san.""Kita harus mencari tahu siapa pelakunya!" seru Kanna. "Jika kau hanya diam saja diperlakukan seperti itu, maka dia akan terus memberimu teror Jun-chan." Kanna berdiri dari duduknya dan menunjuk Junko dengan serius."Itu benar N

  • Two Sides Of The Same Coin   Empat Puluh

    Memikirkan itu membuat kepalanya sakit, lebih baik ia menghubungi Nakamura Junko agar perasaannya jadi membaik. "Oh, hai, moshimoshi?" ucap Takumi ketika teleponnya diangkat oleh gadis itu. "Selamat malam Takumi-san. Ada apa kau menelpon?" sahut Nakamura Junko di seberang sana. Takumi berdeham. "Yah, aku hanya ingin menelponmu dan mengetahui kabarmu," katanya. Sungguh Takumi malu sekali saat mengatakan itu, meskipun ia sekarang menjalin sebuah hubungan spesial dengan gadis itu. "Aku baik-baik saja Takumi-san dan bagaimana denganmu?" Gadis itu balik bertanya. "Aku?... Hmmm... aku juga baik-baik saja kok," sahut Takumi, senyumannya mengembang kala gadis itu juga mengkhawatirkannya. "Bagaimana dengan sekolahmu? Apakah mereka masih membicarakan mu?" "Aku sudah baik-baik saja Takumi-san," tambahnya. "Ah, syukurlah. Aku ikut senang mendengarnya," kata Takumi. Ia ingin memberitahu gadis itu siapa pelakunya, tapi ia merasa kalau Junko akan khawatir te

  • Two Sides Of The Same Coin   Tiga Puluh Sembilan

    Akihiko Ryota duduk dihadapan Junko dan Kanna, memakai jaket abu-abu tebal membuat tubuh lelaki itu menjadi terlihat gemuk dan lucu."Hmm.. bolehkan aku bertanya soal kelanjutan masalahmu Nakamura-san?" tanya Ryota dengan hati-hati.Junko mengangguk. "Ini sudah mulai membaik Akihiko-san. Aku sudah tidak terlalu memikirkan perkataan mereka," jawabnya. "Kau tidak perlu khawatir tentang itu.""Yah syukurlah aku lega mendengarnya. Mereka hanya menyimpulkan omong kosong yang belum tentu faktanya. Menghakimimu seperti kau seorang penjahat, hah manusia memang seperti itu," ujar Ryota diakhir kalimat dia menghela nafasnya."Iya, mereka jahat seperti biasanya jika menyangkut permasalahn orang lain. Tanpa mengetahui fakta sebenarnya terlebih dahulu, mereka seenaknya menghakimi orang lain dengan sangat kejam," Kanna ikut berkomentar tentang masalah Junko.Junko merasa hatinya sangat penuh sekarang. Memiliki orang-orang baik seperti mereka berdua membuatnya sa

  • Two Sides Of The Same Coin   Tiga Puluh Delapan

    Takumi membuang nafasnya perlahan saat ia melihat Hashimoto Sakurai sedang berada di teras rumahnya. Tapi yang membuat Takumi mendesah adalah Sakurai, wanita itu sedang bersama seorang pria dan mereka seperti sangat akrab, serta... mesra?Sakurai tidak mungkin bisa melihat keberadaan Takumi, tapi Takumi bisa dengan jelas melihat wanita itu. Sungguh menjijikan, dia berkata kepada ibunya bahwa wanita itu hanya mencintai Takumi tapi sebenarnya dia hanya ingin memiliki harta keluarga Takumi."Dari dulu sampai sekarang, wanita itu tidak pernah berubah sedikit pun. Dan jika dibandingkan dengan Mayumi, dia lebih berhati iblis," ucap Takumi dengan suara pelan.Tak ada lagi yang harus di bicarakan, semuanya sudah jelas bukan. Hashimoto Sakurai adalah wanira rubah yang menginginkan segalanya dan untuk ke untungannya sendiri. Setelah Takumi mengambil foto Sakurai bersama pria lain itu, ia langsung pergi untuk kembali ke toko buku milik Tosaka.***Jika diband

  • Two Sides Of The Same Coin   Tiga Puluh Tujuh

    "Aku harus pergi," ujar Junko kepada Kanna dan Ryota."Baiklah kalau begitu hati-hati ya. Dan jangan terlalu memikirkan masalah ini nanti kau sakit," sahut Kanna sambil menepuk pundak Junko.Junko tersenyum lembut dan mengusap tangan Kanna yang masih bertengger di pundaknya. "Aku akan selalu ingat pesanmu Kanna-san. Baiklah aku harus pergi!"Setelah melambaikan tangan, Junko menghilang dibalik pintu, ia kemudian menuruni tangga dan dengan cepat menuju kearah gerbang untuk menemui seseorang. Ia sudah tidak peduli dengan omongan orang-orang di sekolah ini, mereka hanya bisa menghakimi seseorang tanpa melihat terlebih dahulu fakta yang ada."Takumi-san?" Junko berseru kearah Takumi saat pria itu menengok kesana kemari, mungkin sedang mencari dirinya."Ah Junko!" seru pria itu, dia terlihat senang saat mengetahui Junko ada dihadapannya.Junko menghampiri Takumi. "Takumi-san mari bicara ditempat lain. Disini terlalu ramai," ujarnya memberi alasan

DMCA.com Protection Status