Jia berjalan di antara gurun pasir yang luas. Tidak ada siapa pun di sana.
Jia memandang ke sekeliling. Ia tidak bisa melihat apa pun selain gurun pasir yang terbentang luas dan gersang."Apa aku sudah melompat ke mimpi yang lain?" batin Jia bertanya-tanya atas apa yang sedang ia alami saat ini.Anehnya, kejadian yang Jia alami ini terasa sangat nyata bila harus di kategorikan sebagai mimpi."Setelah menjadi Putri Bangsawan, jangan bilang sekarang aku menjadi pengembala. Hahaha ...." Jia masih bisa tertawa dalam keanehan yang sedang menimpanya. Ia masih sempat mencari-cari keberadaan unta yang seharusnya menemani perjalanannya.Jia masih berpikir bahwa ia tengah berkelana dalam kilas balik dari kehidupan-kehidupannya yang sebelumnya. Hanya itu satu-satunya alasan paling masuk akal yang bisa ia pikirkan saat ini.Jia terus berjalan, hingga matanya menangkap sesuatu yang tampak asing. Ia melihat sebuah kastil megah dengan eksterior yang semuanya berwarna emas."Apa lagi ini?" batin Jia tersenak memandangi kastil megah dihadapannya. "Tiba-tiba aku melihat fatamorgana di gurun pasir. Bagaimana mungkin ada kastil semegah ini ditengah gurun, bahkan sekelilingnya dipenuhi oleh pohon-pohon yang tumbuh dengan baik dan lebat"Jia merasa tidak boleh berdiam saja. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam kastil emas tersebut."Mari melihat ke dalam. Lagi pula ini hanya mimpi. Aku sudah pernah mati satu kali. Kalau yang seperti ini aku pasti bisa menghadapinya," gumam Jia seorang diri dan mulai menyusuri langkahnya untuk masuk ke dalam kastil tersebut.Jia berkeliling ke sekitar kastil tersebut. Tidak ada siapa pun bahkan tidak ada orang yang berjaga. Jia berpikir kalau itu masih wajar karena dunia ini berada dalam mimpinya.Jia terus berjalan mengitari kastil tersebut. Anehnya, ia tidak melihat pintu untuk masuk ke dalam kastil. Ketika berkeliling mencari pintu, Jia malah menemukan taman yang sangat luas.Taman dengan gradasi biru keungu-unguan itu benar-benar sangat memanjakan matanya.Jia tidak lagi memedulikan tentang kastil emas yang tidak memiliki pintu itu. Ia sudah dibuat terpesona oleh taman indah yang sedang ia tatap saat ini.Jia menyusuri taman tersebut lebih dekat, hingga ia berada di pusat taman. Ia melihat sebuah air mancur berukuran besar dan mewah. Di bagian tengahnya Jia melihat sebuah patung wanita berwarna emas.Jia merasa sangat kebingungan ketika melihat patung dengan figur wanita berambut panjang yang melipat kedua tangannya di dada. Semakin aneh karena penampilannya yang terlalu modren.Bandeau yang membuat pusar wanita itu kelihatan, memakai kardigan, baggy pants, dan sepatu kets."Apa ini tempat di mana dunia paralel dan duniaku bersinggungan?" batin Jia menerka-nerka.Jia mendekati patung tersebut. Karena keseluruhan fisik patung berwarna emas, jadi cukup sulit baginya untuk mengidentifikasi perawakannya. Jia ingin melihat dengan jelas wajah siapa yang terpahat di sana.Beberapa detik fokus memandangi wajah dari patung tersebut. Jia pikir sepertinya ia mengenali wajah patung itu."Bentar deh!" gumam Jia sembari memiringkan kepala."INI BUKANNYA AKU YA?" sergahnya entah sedang bertanya pada siapa."Wanita yang menjadi patung ini adalah aku. Siapa yang berani-beraninya membuat patung diriku ditempat yang aneh seperti ini?" sambung Jia masih berbicara seorang diri.Mendadak Jia mulai kesal. Ia berusaha meraih patung yang berdiri di tengah-tengah air mancur itu. "Aku akan menghancurkan ini!" bentaknya pada siapa saja yang mungkin mendengarnya. Walaupun untuk benar-benar menghancurkannya, Jia harus masuk dan menceburkan diri terlebih dahulu ke dalam air mancur itu."Kamu sudah di sini?" ucap seseorang tiba-tiba entah berasal dari mana."Apa? Kenapa? Apa ini perbuatanmu?" balas Jia langsung marah-marah tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang sedang mengajaknya berbicara.Namun, ketika Jia berbalik, ia terkesiap saat melihat seorang wanita bak seorang Dewi sudah berada di depannya."Siapa kamu?" tanya Jia pada wanita dengan paras indah seperti Dewi itu."Pertama-tama, aku ingin kamu melihat dirimu melalui pantulan di air itu!" pinta si wanita cantik itu dengan sangat anggun."Pantulan? Apa dia sedang memintaku untuk berkaca? Aku tahu kalau kamu cantik sementara aku penuh dosa dan burik," batin Jia mulai merasa insecure. "Hiks, tiba-tiba aku merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan dia."Tapi karena ia meminta Jia untuk melihat pada pantulan air, Jia mengindahkan saja permintaannya.Dua detik Jia bercermin pada air, ia mendadak membeku dan membisu."Ba-bagaimana mungkin wajahku berubah seperti ini?" batin Jia sembari menyentuh wajahnya sendiri. Ia bahkan memukul-mukul kecil wajahnya.Jia mencubit, mengusap, memukul-mukul wajahnya. Tapi wajahnya tidak kunjung berubah menjadi wajahnya yang lama."Kamu adalah aku!" seru wanita itu lagi dengan suara yang masih sangat lembut dan anggun. "Aku berterima kasih karena kamu sudah menerima panggilan dariku," lanjut wanita itu."Ke-kenapa aku memiliki wajah yang sama denganmu?" tanya Jia padanya. "Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku berada di dalam tubuhmu? Menerima panggilan? Tapi untuk apa?" tanya Jia bertubi-tubi padanya."Kamu akan segera mengetahui kebenarannya. Jadi jangan takut." Wanita cantik itu tersenyum."Bagaimana aku tidak takut. Aku tiba-tiba berada di tubuh orang lain dan berada di tempat yang asing. Sekarang aku bahkan tidak tahu berada di mana," balas Jia masih belum paham."Itu bukan orang asing," ungkap si wanita yang kini wajahnya sama dengan Jia itu.Kemudian wanita indah bak dewi itu mendekati Jia dan menempelkan dahinya ke dahi Jia. Jia melihat dari tubuh si wanita menguar cahaya berwarna biru dan tubuh Jia menyerap cahaya itu.Setelah energi itu terserap habis, tanpa aba-aba ia mendorong tubuh Jia ke sebuah lubang hitam yang mulai mengisapnya.Sebelum benar-benar terisap, Jia mendengar si wanita membisikkan sesuatu."Berhati-hatilah dengan keluarga kerajaan!"***Setelah kejadian aneh yang Jia alami di kastil emas, ia terbangun dan mendapati dirinya kembali berada di ruangan besar dengan ornamen yang mewah. Kamar Cette.Hal pertama yang Jia sadari ketika ia terbangun adalah ia memiliki banyak ingatan yang bukan miliknya, yaitu ingatan milik Cette tercampur dengan ingatan milik Jia."Apa ini ingatan milik wanita berwajah Dewi itu?" batin Jia sedang menerkanya. "Ah, sekarang wajah itu sudah menjadi milikku. Apa aku harus bersyukur?" Jia malah berdebat dengan dirinya sendiri.Sayup Jia menyadari seseorang sedang menangis tersedu-sedu sambil menggenggam tangan kirinya. Begitu Jia menggerakkan tangannya dengan pelan, orang yang menangis itu sedikit terkejut karena menyadari Jia sudah membuka mata."No-nona, Anda sudah bangun? Apa Anda baik-baik saja?" tanya wanita dengan pakaian pelayan itu kepada Jia. "Saya akan memanggil Tuan dan tabib!""Tunggu!" pinta Jia pelan padanya. Ia menghentikan langkahnya dan melihat pada Jia."Apa Anda butuh sesuatu?" tanya pelayan itu kepada Jia. Kedua matanya bahkan masih tampak sembab karena habis menangis."Kalau tidak salah namamu ...,Lillian?" tanya Jia kepada pelayan yang sedang bersamanya itu. Lillian mematung karena mendengar Jia baru saja menyebutkan namanya."A-apa Anda mengingat saya?" tanya Lillian tanpa sadar mulai meneteskan air mata kembali.Jia sebenarnya tidak tahu siapa Lillian, tapi semenjak ia bermimpi dan bertemu dengan si pemilik tubuh asli —ia memiliki beberapa ingatan si pemilik tubuh asli dan salah satu yang paling jelas adalah nama dan wajah pelayan bernama Lillian itu. Karena LILLIAN adalah pelayan pribadi Cette."Lillian, boleh bantu aku duduk?" pinta Jia kepada Lillian. Jia bahkan tidak sadar kalau sudah lancar berbicara."Ba-baiklah, Nona!" Lillian langsung mengindahkan permintaan Nonanya."To-tolong ambilkan cermin," pinta Jia lagi kepada Lillian sesaat setelah ia berhasil duduk di sandaran tempat tidur."Baik!" Lillian kembali mengiyakan perintah Jia."Aku hanya ingin memastikannya lagi. Mungkin saja yang di kastil emas itu benar-benar hanyalah mimpi," batin Jia sedang mencoba untuk mengembalikan kewarasannya sendiri. Walaupun tempatnya saat ini dan pelayan bernama Lillian itu adalah bukti bahwa ia masih berada ditempat yang asing.Lillian mendekat dan memberikan cermin yang Jia minta.Beberapa detik memandang wajahnya sendiri melalui cermin, Jia kembali terhenyak."Ternyata mimpi itu benar-benar terjadi! Ba-bagaimana mungkin ini bisa terjadi?" batin Jia masih belum percaya."A-ada apa Nona?" tanya Lillian mulai panik ketika melihat wajah Nonanya mendadak pucat."Apa benar aku berpindah tubuh dan merasuki tubuh Putri bangsawan? Ma-masa aku mengalami seperti yang ada didalam novel yang sering aku baca?" batin Jia masih tidak percaya dengan situasinya saat ini. "Ini tidak mungkin! Bagaimana bisa?""Lillian, ada yang ingin aku tanyakan," ucap Jia pelan pada Lillian yang masih berdiri dengan ekspresi cemas di sebelahnya."Apa nama tempat ini?" tanya Jia kepada Lillian."Tempat ini? Maksudnya kediaman ini?" tanya Lillian sedikit bingung dengan pertanyaan Jia."Apa saja! Intinya, tempat yang bisa menjelaskan dunia yang sedang kita tempati saat ini!" seru Jia benar-benar penasaran setengah mati.Jia merasa kalau ia benar-benar merasuki tubuh dari salah satu tokoh novel yang pernah dibacanya, ia hanya berharap tidak masuk ke dalam cerita bad ending yang banyak mendapatkan kontroversi itu. Walaupun nama Morrigan Glenn yang Jia dengar itu benar-benar tidak asing di telinganya.Novel berjudul 'I'm Sorry, But I don't Love You!' —dengan latar kerajaan dan ending yang mengerikan karena penuh dengan adegan saling membunuh di antara tokoh-tokoh pentingnya."Tolong jangan katakan bahwa di sini adalah Kerajaan Feodora. Tolonglah, Lillian!" batin Jia penuh harap. Ia bahkan berdoa didalam hatinya. Tapi ...."Di sini tentu saja kediaman keluarga Count Luvena, wilayah county Luvena dibawah yurisdiksi ...,KERAJAAN FEODORA."***Sebelum menjadi Cette, Jia masih ingat kalau ia adalah si maniak komik dan novel bergenre fantasi sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama.Sebelum ada platform khusus untuk membaca komik dan novel berbasis online, Jia sering pergi ke toko buku untuk menyewa beberapa komik dan novel bergenre fantasi yang sangat ia gemari.Di lemari kamarnya berjejer komik dan novel dengan genre yang sama. Bahkan ada edisi terbatas yang sengaja dibeli untuk memenuhi koleksinya.Jia tidak aktif di media sosial. Di saat siswi bahkan siswa lain sibuk show up, Jia hanya menghabiskan waktu untuk membaca dan menggambar.Jia membuka media sosial juga. Tapi sangat jarang dan bisa dihitung seberapa banyak frekuensinya.Lalu beberapa platform yang menyajikan komik dan novel berbasis online perlahan-lahan launching satu-persatu.Semenjak duduk di bangku sekolah menengah atas, Jia sudah mulai bekerja part time di beberapa tempat. Selain untuk bertahan hidup, ia juga membutuhkan uang untuk top up koin atau diamond, agar bisa membaca beberapa komik dan novel yang terkunci —yang menguras rasa penasarannya.Jia adalah salah satu siswi yang lebih baik menghabiskan uang untuk top up koin dan diamond daripada menghabiskannya untuk makanan atau berbelanja.Jia masih sangat mengingatnya. Hari itu karena ia tidak memiliki jadwal kerja part time, Jia memutuskan untuk pergi ke toko buku yang biasa ia kunjungi.Namun, ketika sedang asyik membaca, seseorang datang menemui Jia dan menawarinya sebuah pekerjaan."Jia, apa kamu ingin pekerjaan?" tanya orang itu pada Jia.Dia merupakan salah satu kenalan Jia dari sekolah lain. Mereka kenal karena pernah beberapa kali bertransaksi tentang tugas. Ia sering menyuruh Jia mengerjakan tugasnya dan membayar Jia.Nama orang itu adalah YASTARIF. Jia tidak tahu nama panjangnya. Tapi Jia tahu kalau Yastarif sangat populer.Ketika Yastarif datang, Jia melihatnya menggenggam sebuah buku di tangannya. Buku dengan sampul hardcover berwarna biru tua dengan ukiran emas yang terukir disampulnya.Tidak seperti Jia, Yastarif mengemban pendidikan disekolah elit berstandar internasional. Sekolah Yastarif sangat bagus, bahkan seragam mereka juga bagus."Guru seniku menyukai gambar yang kamu buat waktu itu," jelas Yastarif pada Jia."Kamu bilang ke gurumu kalau tugas menggambar itu bukan kamu yang buat? Gurumu tidak marah?" Jia hampir tidak habis pikir dengan pengakuan Yastarif."Tanpa aku bilangpun, dia pasti tahu dengan sendirinya," jawab Yastarif dengan sangat entengnya."Kamu tahu kalau gurumu akan menyadarinya, tapi kenapa kamu terus memintaku menyelesaikan tugas menggambarmu?" tanya Jia masih belum paham jalan pikiran Yastarif."Ya dari pada aku enggak menyelesaikannya. Setidaknya aku sudah mengusahakan sesuatu," balas Yastarif masih santai.Jia hanya bisa terbengong mendengar jawaban Yastarif yang santai."Lihatlah cara bicaranya yang sombong itu. Tapi iya sih, tidak ada yang salah dengan kata-katanya," batin Jia setuju tapi sedikit kesal."Jadi pekerjaan apa yang ditawarkan oleh guru senimu itu?" tanya Jia tidak ingin berbasa-basi lagi. Lagi pula Jia yang hidup sendirian tanpa keluarga benar-benar sangat membutuhkan pekerjaan."Semacam membuat baju gitu. Aku lupa guruku menyebutnya apa ...," ungkap Yastarif sambil memegang dagunya seolah berpikir."Fashion design?" tanya Jia memastikan."Mungkin iya. Tapi katanya dia mau bertemu dulu denganmu untuk memastikan kalau kamu cocok dipekerjaan itu atau tidak," jelas Yastarif lagi."Baiklah, aku akan bertemu dengan gurumu itu." Jia langsung menyanggupinya."Berapa nomormu?" tanya Yastarif sambil mengeluarkan smartphone mahal miliknya dari saku celana dan siap untuk mencatat nomor milik Jia."Untuk apa?" tanya Jia bingung."Tentu saja untuk diberikan pada guruku!" jawab Yastarif malah ikutan bingung."Nomor gurumu saja berikan padaku. Aku yang akan menghubunginya nanti," tutur Jia dan kali ini ia yang mengeluarkan smartphone butut miliknya dan bersiap mencatat nomor guru Yastarif."Aku tidak punya nomornya!" jawab Yastarif dengan gamblangnya.Akhirnya karena tidak ada jalan lain, Jia pun memberikan kontak miliknya kepada Yastarif.Sebelumnya Yastarif juga mengecek kebenaran nomor itu dengan sengaja meneleponnya."Baiklah nanti aku akan menghubungimu," ucap Yastarif dan kembali menyimpan ponselnya ke dalam kantung celananya."Kenapa jadi kamu yang menghubungiku?" tanya Jia merasa heran sendiri."Mau aku atau guruku, bukankah itu sama saja?!" balas Yastarif langsung berbalik bermaksud untuk pergi meninggalkan Jia. Tapi baru beberapa langkah Yastarif berjalan, tiba-tiba ia berbalik dan kembali menemui Jia."Ini!" serunya sambil memberikan buku berukiran emas itu kepada Jia.Jia menerima buku itu dengan gerakan canggung."Aku tahu kamu tertarik membaca buku dengan genre seperti ini. Kembalikan setelah kamu menyelesaikannya dan belajarlah untuk bertahan dari buku itu."Setelah berkata seperti itu, Yastarif langsung pergi. Sementara Jia masih mematung dan mulai melirik ke arah tulisan yang tertera disampul buku dengan sampul hardcover berwarna biru tua yang baru saja diberikan oleh Yastarif.Lalu Jia mulai membaca judulnya, "I'm Sorry, But I Don't Love You?""Kita berada di County Luvena di bawah yurisdiksi Kerajaan Feodora," ungkap Lillian kepada Jia."Feodora? Aku tidak salah dengar, kan? Lillian tadi benar-benar menyebut kalau di sini adalah Kerajaan Feodora," gumam Jia masih tidak ingin memercayai bahwa tempatnya saat ini berada merupakan tempat yang ia anggap mengerikan."Ini aku enggak benar-benar menjadi gila? Masa dari sekian banyaknya manusia yang ada di bumi, aku mengalami kejadian seperti masuk ke dalam novel yang pernah aku baca, sih? Memang apa istimewanya aku?" Jia tidak bisa berkata-kata.Jia semakin tidak tahu bagaimana harus mendeskripsikan posisinya saat ini. Ia hanya tertawa aneh karena saking pusingnya.Jia memang tidak bertanya lebih banyak kepada Lillian perihal rasa penasarannya. Karena Lillian memintanya untuk segera beristirahat dan berjanji akan menceritakan semuanya esok hari."Baiklah, mari untuk tidak berprasangka buruk dulu malam ini. Ayo tidur dan bereskan rasa penasaran ini besok pagi," gumam Jia dan mulai m
Kerajaan Feodora adalah kerajaan barat terbesar yang pernah mendapatkan julukan ‘A Dark Blue’ karena dilindungi oleh Raja Iblis Biru, BUBBLE.Tidak seperti namanya, Bubble sendiri dikenal mampu melenyapkan satu negara hanya dengan sekali embusan napas apinya.Raja sebelumnya, CHAPERON GLAZA FEODORA, Raja ke-23 yang bertakhta, tersurat sebagai Raja yang masa pemerintahannya paling bengis karena merebut takhta dengan cara melakukan pemberontakan.Dia membunuh ayah kandungnya yang ketika itu sedang bertakhta, memberantas semua saudara-saudarinya yang berbeda ibu dengannya, dan naik ke atas takhta menggantikan ayahnya.Chaperon menjadi Raja dan mendapatkan julukan sebagai Tiran di usianya yang masih cukup muda.Tentu saja pemberontakan itu dibantu oleh sang Raja Iblis Biru. Karena sebenarnya Bubble baru ada di masa-masa pemerintahan Chaperon dan menjadi pelindung kerajaan Feodora selama hampir dua puluh tahun lamanya di bawah naungan Chaperon.Chaperon dikenal sebagai Raja yang tidak meng
Novel yang pernah aku baca, I'm sorry But I Don't Love You. Kisah itu dimulai dari bab pertama yang menjelaskam asal-usul dari pemeran utama Pria, yaitu Pangeran Pertama bernama Cladios Cashel Feodora, dan alasan kenapa ia mendapatkan kebencian sedalam itu.Ayah yang hampir tidak pernah memerhatikannya. Ratu yang sangat membencinya. Masyarakat yang menganggapnya seperti sampah. Negara yang mengabaikannya.Alur berikutnya, Cashel dijodohkan oleh Ratu dengan Putri Bangsawan Baron yang berasal dari Pedesaan.Ratu sengaja menjodohkannya dengan bangsawan yang tidak memiliki pengaruh. Mereka bahkan sudah bertunangan sejak Cashel berusia sepuluh tahun. Nama gadis itu CLARIET RUBIHAH LACE.Raja menentang pertunangan itu, tapi karena tidak satupun dari putri bangsawan besar yang ingin menikahkan putrinya dengan Cashel yang menyedihkan itu. Akhirnya, Raja menerima keputusan itu.Lalu alurnya semakin cepat, sepuluh tahun kemudian. Setelah berjuang di medan perang, Cashel yang tidak dianggap itu
"Nona, Tuan Penguasa dan Nona Muda Gitte datang!" seru Lillian kepada Cette yang sejak tadi sibuk melatih kakinya, agar bisa berjalan kembali."Persilakan masuk!" titah Cette kepada Lillian."Kak Cette!" teriak Gitte bahagia begitu pintu dibuka. Cette langsung tersenyum."Bagaimana kabarmu hari ini, Nak?" tanya Ruxen kepada Cette.Gitte sigap memapah Cette ke sofa yang ada di kamar itu."Aku ingin bisa cepat berjalan kembali. Jadi aku melatih kakiku tiap ada kesempatan," jawab Cette atas pertanyaan Ruxen."Maaf ayah menanyakan ini. Tapi ...,apa kamu masih mengalami kesulitan untuk mengingat?" tanya Ruxen pelan dengan sedikit kesulitan kepada Cette.Cette diam sejenak. Lalu dengan yakin mengangguk. "Maaf, ayah!" jawab Cette dengan suara parau dan kepala menunduk.Di sebelah Cette, ada Lillian yang langsung terkesiap mendengar jawaban itu. Karena Lillian jelas sudah mengetahui bahwa Nonanya tidak amnesia, tapi sekarang ia malah berbohong kepada ayah dan adiknya."Begitu ya," balas Ruxen
Di Wilayah Perbatasan, Perang dengan para pemberontak masih terus berlanjut. Pangeran Pertama, CLADIOS CASHEL FEODORA, yang akrab disapa Cashel —sebagai komandan pasukan yang memimpin peperangan itu, tampak sibuk memberikan perintah kepada para bawahannya."Bagaimana keadaan di sisi selatan perbatasan?" tanya Cashel kepada para prajuritnya.Kini Cashel tampak sibuk dengan peta berukuran cukup besar yang tergelar di atas mejanya. Di atas peta itu ada beberapa bendera mini dengan dua warna yang berbeda, merah dan hijau, yang menjadi penanda di lokasi-lokasi tertentu."Kita sudah menemukan satu markas tempat mereka menyimpan senjata. Tinggal menunggu kesempatan sampai orang-orang kita berhasil menaklukkan pemimpin di markas itu!" jelas salah satu prajurit."Lalu bagaimana dengan persiapan untuk menyerang markas utama? Apa Adler sudah berhasil menembus tabir sihir yang menghalangi tempat itu?" tanya Cashel lagi."Saat ini Tuan Adler sedang mengusahakannya dan ..." Namun, tiba-tiba saja f
ISTANA ROSE —Istana milik Ratu Engrasia Marva, Ratu Kerajaan Feodora.Ratu Engrasia tampak sedang duduk santai di depan meja riasnya. Sementara para dayang sibuk menata rambutnya yang panjang dan membersihkan kuku-kukunya.Seorang pelayan masuk dan menundukkan kepala. "Yang Mulia, ada tamu yang ingin bertemu dengan Anda!" seru pelayan itu kepada Engrasia."Siapa?" jawab Ratu Engrasia tidak bergerak sedikitpun dari tempat duduknya."Yang Mulia Grand Duke Glenn, Lord Morgan!" jawab si pelayan kepada Engrasia.Ratu Engrasia mengerutkan keningnya saat mendengar Morgan ada di Istananya."Ada urusan apa anak itu datang? Tumben sekali dia tidak mengirimkan utusan terlebih dahulu," batin Engrasia merasa perilaku Morgan sedikit berbeda."Melihatnya yang datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, sepertinya ada hal yang sangat penting yang ingin dia sampaikan," batin Engrasia sedang menebak maksud kedatangan Morgan yang sangat tiba-tiba itu."Persilakan dia masuk!" titah Engrasia kepada pelaya
Malam harinya di kamar Cette.Cette baru saja mengganti pakaiannya dengan piyama tidur dibantu oleh Lillian."Nona, maaf atas kelancangan saya ini. Tapi kenapa Anda berbohong kepada Tuan Penguasa dan Nona Muda tentang ingatan Anda? Bukankah ingatan Anda sudah kembali?" tanya Lillian kepada Cette —mengingat pagi tadi Cette berkata belum mengingat apa-apa kepada ayah dan juga adiknya.Seharian ini Cette menghabiskan waktu bersama dengan Gitte, jadi baru sekarang Lillian memiliki waktu untuk menanyakan tentang hal itu."Aku tidak ingin mereka terlibat terlalu jauh!" jawab Cette singkat."Saya mengerti bila Anda mengkhawatirkan Tuan dan Nona Muda. Tapi bagaimana dengan Anda sendiri? Bagaimana jika Tuan Muda Marley kembali menyakiti Anda dan membahayakan nyawa Anda seperti sebelumnya?!" Lillian tampak sangat khawatir."Lillian, aku memberitahukan tentang kebenaran ini kepadamu, karena mungkin untuk ke depannya akan semakin banyak bahaya yang akan menghampiri. Kamu adalah orang yang paling
Cette baru selesai melatih kaki-kakinya berjalan mengelilingi kamarnya yang luas itu. Ia terus berlatih, agar segera terbiasa.Setelah latihan beberapa putaran itu, Cette kelelahan. Kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas kasur queen size miliknya di kamar itu.Semua penerang di kamar sengaja dipadamkan. Hanya ada lampu tidur dan sinar rembulan yang bersinar indah dengan warna kebiruan yang memanjakan mata.Cette mulai kembali menerawang jauh ke belakang. Ia masih menganggap bahwa yang dialaminya saat ini sungguh ajaib dan masih terasa tidak nyata.Cette masih mengingat masa lalu dari kehidupan yang sebelumnya saja sudah terasa aneh. Sekarang ia malah berada di tubuh orang lain di dunia yang asing. Semakin terasa tidak nyata karena di dunia itu ia memiliki koneksi dengan seorang Pangeran.Cette tertawa kecil. Ia merasa tergelitik dengan situasinya sendiri."Oke, aku akan coba mengurutkan satu persatu hal yang telah aku alami di dunia ini dan membandingkannya dengan apa yang aku ketah
Davlin saat ini berada di kereta kuda yang akan membawanya ke kediamannya setelah berbincang dengan Ratu Engrasia.“Seenaknya saja Ratu sialan itu memintaku melakukan ini dan itu,” gumam Davlin sibuk ngedumel di dalam kereta kuda yang sedang membawanya. “Dulu dia yang memintaku untuk melamarnya, sekarang dia memintaku untuk membatalkannya. Dia juga yang menyuruhku untuk mencelakai Cette. Setelah rencana itu gagal, dia malah lepas tangan dan melemparkan semua tanggung jawabnya kepadaku,” lanjut Davlin terus menggerutu tiada henti.Davlin tiba-tiba teringat dengan Morgan. “Grand Duke Glenn, Morrigan Cavelio Glenn!” gumam Davlin menyebut nama lengkap Morgan. “Apa sebenarnya motif orang itu mulai mendekati Cette? Apa benar alasannya karena kemampuan Cette? Memangnya kemampuan apa yang Cette miliki sampai si Morrigan itu tertarik untuk menguasainya?” batin Davlin mulai penasaran dengan motif Morgan.“Hah! Apa pun motifnya, pasti ini semua merupakan rencana Ratu yang licik itu. Mau sehebat a
“Apa kamu pernah melihat gelagat aneh yang ditunjukkan oleh Putri Sulung Luvena itu sebelum dia tidak sadarkan diri?” tanya Ratu Engrasia melanjutkan perbincangannya dengan Davlin di Istana Rose.“Maksud Anda gelagat yang bagaimana?” tanya Davlin sedikit bingung atas pertanyaan yang Engrasia ajukan.“Yang mencurigakan atau yang tidak biasa,” balas Engrasia menjawab kebingungan Davlin.“Yang mencurigakan ....” Davlin mulai memikirkan sejenak pertanyaan Engrasia. “Saya memang merasa sedikit janggal mengenai sesuatu hal. Waktu itu usia pertunangan kami baru menginjak satu bulan,” jelas Davlin mengenai hal yang membuatnya curiga.“Apa itu?” tanya Engrasia mulai penasaran tentang hal tersebut.“Tiap satu minggu atau dua minggu sekali, Cette akan bangun lebih siang dari biasanya!” ungkap Davlin dengan sangat yakin.“Memang apa yang aneh dengan itu?” tanya Engrasia malah melihat Davlin dengan tatapan skeptis. Ia tidak menemukan keanehan dari ucapan Davlin tersebut.“Saya pernah datang ke Ked
Istana Rose sore itu. Davlin dan Ratu Engrasia sudah duduk di sofa empuk yang biasa Engrasia gunakan untuk menyambut para tamunya. Baik itu tamu penting, tamu yang tidak terlalu penting, maupun tamu yang bisa diperalatnya.“Jadi, bagaimana hubunganmu dengan tunanganmu?” tanya Engrasia kepada Davlin yang duduk di sebelahnya.“Hubungan kami baik-baik saja, Yang Mulia. Dua minggu yang lalu saya berkunjung ke kediaman Luvena untuk melihat keadaannya. Tidak ada hal yang mencurigakan dan semua baik-baik saja,” jelas Davlin dengan cukup percaya diri kepada Engrasia.“Apa setelah itu kalian tidak pernah bertemu lagi?” tanya Engrasia lagi.“Saya memang pernah bermaksud untuk berkunjung lagi ke kediaman Luvena untuk melihat perkembangan tentang amnesianya. Tapi saya mendengar dari ajudan saya bahwa Tuan Count menolak adanya kunjungan dengan alasan pemulihan Cette. Jadi, saya mengurungkan niat saya sementara waktu untuk berkunjung ke sana,” tutur Davlin panjang lebar menjelaskan situasinya kepad
"Tuan Marley ada di mana saat Anda hampir mati waktu itu? Kenapa malah saya yang menemukan Anda? Bukannya Anda bersama dengan tunangan Anda?" tanya Morgan bertubi-tubi sengaja dengan suara yang lantang, agar para tamu yang hadir bisa mendengarnya."Wah! Dia benar-benar orang yang tidak waras. Bagaimana mungkin dia dengan sangat percaya diri mengatakan itu?" batin Cette kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Morgan yang bertubi-tubu itu."Tuan Grand Duke, kenapa Anda membuat spekulasi yang mungkin saja bisa menjadikannya sebagai gosip yang tidak benar?" tukas Gitte dengan tiba-tiba menghampiri Morgan dan Cette. Ia bermaksud untuk menghentikan Morgan untuk terus membuat onar dan menyelesaikan pembicaraan Morgan yang mulai tidak jelas arahnya."Begitukah?" balas Morgan sedikit tidak menduga bahwa Gitte akan menghentikannya. "Kalau Lady berkata seperti itu, artinya saya harus meminta maaf. Mungkin itu hanya anggapan keliru saya saja. Saya hanya penasaran. Tidak ada kesan lain yang i
“Nona Cette, selamat atas kesembuhan Anda!” seru seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna merah dan memakai gaun mengembang dengan warna yang sama dengan rambutnya. Nama Lady itu adalah RUWEINA, ia berasal dari keluarga Baron Clare.“Terima kasih, Nona …?” balas Cette dengan senyuman. Walaupun di bagian nama si Nona, ia sengaja menghentikan kata-katanya. Saat ini peran Cette masih sama, yaitu menjadi Putri Bangsawan yang baru sadar dari koma dan mengalami amnesia.“Saya Ruweina dari keluarga Baron Clare,” tutur Ruweina menyebutkan namanya dengan lengkap.“Ah, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada Nona Ruweina Clare. Saya juga ingin meminta maaf atas keterbatasan ini, hingga melupakan nama Anda. Senang bertemu dengan Anda, Nona!” sambung Cette dengan senyuman tulus di wajahnya. Walaupun ada sedikit kebohongan dari kata-katanya.“Kemarin saya mengirimkan hadiah untuk Nona. Apakah Anda sudah menerimanya?” tanya Ruweina dengan raut wajah berbinar berharap dirinya di
Kini, Lillian membantu Cette untuk memakai gaun mewah yang sudah dipersiapkan satu minggu sebelumnya untuk menyambut perjamuan hari itu.Warna biru tua adalah warna yang dipilih oleh Lillian untuk dikenakan oleh Cette. Karena saking banyaknya gaun di dalam katalog, Cette sampai bingung harus memilih warna dan akhinya Cette memercayakannya kepada Lillian. Padahal saat menjadi Jia dulu, itu saat ia masih bekerja sebagai desainer pemula, Cette berpikir bahwa ia akan memakai semua warna yang ada di katalog.Rambut Cette yang panjang dan ikal digelung ke belakang, agar kelihatan lebih rapi.Aksesori mahal turut membalut seluruh tubuhnya ; permata, kalung, gelang, anting, bahkan sepatunya juga mewah. Untungnya, waktu itu Cette tidak memilih gaun yang terlalu mengembang, melainkan gaun yang mengikuti lekukan tubuhnya. Ya, walaupun Cette sedikit merasa tersiksa karena harus memakai korset, agar tubuhnya terlihat lebih ramping.Saat Lillian tengah sibuk dalam mendandani Nonanya, seseorang menge
Keesokan harinya, seperti biasa Lillian datang untuk membangunkan Cette di kamarnya.“Selamat pagi, Nona!” seru Lillian sambil membuka tirai jendela yang ada di kamar itu. “Apa istirahat Anda menyenangkan?”Cette membuka paksa kedua matanya karena mendengar sapaan dari Lillian. Mata dengan lingkaran hitam yang mencolok karena kurang tidur tertampil dari kedua mata berwarna peridoth milik Cette.Cette hanya berbaring sambil terbengong membayangkan apa yang sudah terjadi padanya tadi malam.“Apa aku semalam bermimpi?” batin Cette tidak tahu harus memercayai yang mana. Ia bahkan tidak tahu situasi yang ia hadapi malam itu adalah kenyataan atau hanya mimpi.“Nona, lingkar mata Anda menghitam. Apa Anda tidak bisa tidur tadi malam?” tanya Lillian saat menyadari ada yang berbeda dengan penampilan Cette.“Tolong jangan tanyakan apa yang terjadi tadi malam, Lillian. Aku tidak ingin mengingatnya,” jawab Cette masih dengan raut wajah bengong yang belum diubahnya.“Apa Anda baik-baik saja? Kenapa
Masih di pembicaraan antara Cette dan Morgan. Setelah Morgan menjelaskan mengenai situasi yang sedang dihadapi oleh adik Cette yang ternyata seorang pengguna Mana Sihir dan membutuhkan bantuan dari penyihir. Akhirnya, Cette mulai paham kenapa Morgan menargetkan dirinya.Intinya, kalau Cette mau menjadi tunangannya, maka Morgan akan membantu Cette dalam mengurus penyihir untuk membantu Gitte.Namun, di satu sisi Cette belum menemukan keuntungan yang akan didapatkan oleh Morgan bila mereka melakukan pertunangan kontrak. Walaupun sebelumnya Morgan telah mengatakan bahwa ia membutuhkannya. Tapi Morgan belum menjelaskan secara detail apa yang ia butuhkan dari Cette.“Lalu, apa keuntungan pertunangan kontrak ini untuk Anda?” tanya Cette akhirnya.“Aku membutuhkan seorang tunangan, agar Ratu tidak menjodohkanku dengan wanita yang dipilihnya melalui pernikahan politik,” jawab Morgan atas pertanyaan Cette.“Memang apa yang salah dengan itu? Bukannya itu jauh lebih mudah untuk Anda lakukan, dar
"Kenapa saya harus menerima tawaran Anda?" tanya Cette kepada Morgan. "Saya tidak melihat bahwa saya akan mendapatkan keuntungan dari pertunangan ini."Bukannya menjawab pertanyaan Cette, Morgan malah tertawa kecil. Hal tersebut justru semakin membuat Cette geram."Putri Luvena, sepertinya kamu benar-benar tidak mengetahui apa-apa ya?" tanya Morgan bersamaan dengan tawa kecilnya itu."Apa maksud Anda?!" Cette semakin kesal."Adik Anda!" seru Morgan singkat."Adikku? Kenapa Anda tiba-tiba membahas Gitte? Apa yang hendak Anda lakukan kepadanya? Saya peringatkan Anda, jangan pernah berani-beraninya Anda menyentuh adik saya!" seru Cette memberikan peringatan kepada Morgan.Melihat Cette yang sudah dipenuhi dengan luapan amarah itu, reaksi Morgan bukannya marah. Ia malah memasang ekspresi bingung sambil mengerutkan dahinya."Apa Anda tidak tahu tentang adik Anda yang mendapatkan bantuan dari para penyihir untuk tetap hidup?" tanya Morgan dengan tidak yakin kepada Cette. Karena menurutnya,