Selir Wilma memandang Charlotte Shimon dengan ketakutan. Dia tiba-tiba menyadari setelah penyamarannya terungkap, kekuatan suku Putri Duyung yang selama ini bersembunyi dalam Keluarga Hank juga terungkap.“Tidak, bukan begitu, Charlotte Shimon, aku hanya ingin membalas dendam padamu, jangan terlalu banyak berpikir!” Selir Wilma segera membantah.Charlotte Shimon memandang Selir Wilma dan mengedipkan mata sambil bercanda, "Kenapa, takut?""Takut? Apa yang aku takutkan?""Karena kau satu orang, seluruh kekuatan suku Putri Duyung muncul ke permukaan. Semua rencana yang kalian susun dengan susah payah selama bertahun-tahun seketika hancur pada saat ini. Kehilangan Tina Morris sebagai mata-mata kalian, bagaikan kehilangan tangan kanan, menurutmu, apa yang kalian takutkan? ”Charlotte Shimon bertanya sambil tersenyum.Selir Wilma menarik napas, dia memandang Charlotte Shimon dengan ketakutan. Dia membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak bisa mengatakan apa-apa.Charlotte Shimo
Malam ini, Lucas Hank mengenakan jas hitam. Dia terlihat tampan dan elegan. Hujan gerimis mulai turun. Dia memegang payung hitam dan berdiri dengan tenang di bawah penerangan lampu jalan. Sekarang Lucas Hank mengerutkan alis dan menatap Henry Hank dengan tidak senang.Dia datang pada saat tengah malam.Tetapi apa yang dia katakan tadi?Charlotte Shimon memanggilnya, "Tuan Hank."Lucas Hank berjalan ke arahnya dan memeluk pinggangnya dengan kuat, "Apakah kau masih mengingat Tuan Hank? Tadi aku melihat kau sangat senang mengobrol dengan Tuan Hank Tua! ""..." Charlotte Shimon Apakah dia cemburu dengan ayahnya sendiri?Henry Hank melirik Lucas Hank, lalu membalikkan badan dan pergi, yang artinya --- Berisik, aku tidak peduli denganmu!Henry Hank masuk ke dalam mobil.Lucas Hank bahkan bertambah tidak senang, karena merasa dihina oleh “Tuan Hank Tua”, dia ingin segera menyusul, "Tuan Hank Tua, apa maksudmu, tolong jelaskan."Charlotte Shimon segera mengulurkan tangan dan meraih Lucas Han
Nyonya Monica?Monica Morris ...Larry Hank teringat ketika masih kecil, dia pernah melihat potret Monica Morris di ruang kerja ayahnya.Ibunya, Tina Morris, dan Monica Morris terlihat mirip, tetapi dia sekilas dapat melihat perbedaan mereka. Kecantikan Monica Morris dan penampilan yang dingin membuatnya terlihat seperti peri, jika dibandingkan dengan Tina Morris bagaikan langit dan bumi. Saat itu, dia terkejut, dan mengangkat tangannya untuk mengusap wajah dalam lukisan itu.Dia tidak tahu alasannya, dia benar-benar ingin dekat dengan orang yang dalam lukisan itu.Tetapi sebelum dia sempat menyentuh lukisan itu, pintu ruang kerja dibuka dan ayahnya muncul.Dia masih mengingat wajah dingin Ayah saat menghardiknya, "Keluar! Ingat, kau tidak dapat menyentuh orang dalam lukisan ini!"Larry Hank yang masih kecil diusir dengan kasar. Saat itu, bibinya baru pulang. Dia berdiri di luar dan mendengar bibinya bertengkar hebat dengan ayahnya di ruang kerja.Oleh karena itu, sejak kecil Larry Ha
Tangan Charlotte Shimon ditarik Lucas Hank, wajahnya memerah, dan dia tampak malu-malu.Resepsionis itu terkejut. Dia sudah lama bekerja di sini dan sering melihat berbagai pasangan keluar masuk hotel. "Tuan, apa hubunganmu dengan gadis kecil ini? Melihatmu cukup tampan, aku ingatkan kita tidak boleh melakukan hal-hal yang melanggar hukum."Lucas Hank mengerutkan alisnya. "Apa maksudmu?""Apakah aku harus mengatakannya dengan jelas? Sekarang ada banyak paman mesum yang suka menipu gadis-gadis kecil.""..." Wajah Lucas Hank menjadi muram, untuk pertama kalinya, dia dianggap paman mesum!Resepsionis itu memandang Charlotte Shimon. "Gadis Kecil, jika kau dipaksa, berkediplah."Tangan Charlotte Shimon terasa sakit. Lucas Hank meremas tangannya dengan kuat."Charlotte Shimon, katakan padanya, siapa aku!"Charlotte Shimon melihat pria ini sudah agak marah, pria ini sangat keras kepala, dia harus melakukannya malam ini."Kakak, kau salah paham, dia adalah... suamiku," kata Charlotte Shimon
Lucas Hank baru selesai mandi air dingin. Melihat Charlotte Shimon menatapnya seperti ini, dia harus mandi air dingin lagi.Dia bukan orang yang mudah tergoda dengan kecantikan seorang wanita. Tetapi sekarang, dia mulai meragukan dirinya sendiri.Lucas Hank membungkuk dan mencium rambutnya. Dia terpikat dengan aroma tubuhnya, "Apakah mau aku bantu pasangkan pembalutnya?"Charlotte Shimon terkejut. Seorang pria seperti dia bahkan bersedia merendahkan diri untuk memasangkan pembalut wanita?Kenapa bisa begitu?"Hmm, tidak perlu ...""Lalu apakah mau aku bantu mencucinya?"Apa yang harus dicuci?Cuci celana dalam?Charlotte Shimon membayangkan sejenak, sungguh memalukan.“Aku tidak mau kau mencuci celana dalamku!” Dia menolak dengan wajah tersipu, namun hatinya merasa senang, pria ini sungguh perhatian.Lucas Hank mengecup pipinya. "Charlotte, apa yang kau pikirkan?"Wajah wanita itu langsung memerah, seperti apel yang minta digigit. Dia bertanya dengan polos, "Apa?""Yang perlu dicuci b
Wajah tampan Lucas Hank tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia mencium pipi Charlotte Shimon. "Charlotte, jangan menyebut orang yang tidak penting pada saat ini."Charlotte Shimon menghindari ciumannya dan duduk dengan tenang di tempat tidur, lalu mengangkat alisnya sambil tersenyum. "Tuan Hank, jangan alihkan topik pembicaraan, cepat angkat teleponnya, jangan biarkan Adik Helen menunggu."Lucas Hank juga duduk dan tersenyum. "Cemburu?"Charlotte Shimon berkata dengan sinis, "Tuan Hank, kau sudah tahu aku cemburu, masih bertanya terus.”"..."Lucas Hank meremas rahangnya dan menatapnya dengan penuh kasih sayang. "Seorang gadis tidak boleh bicara kasar."“Kebetulan, aku tidak hanya suka bicara kasar, tetapi juga suka memukul orang!” Charlotte Shimon mengulurkan kakinya dan menendang Lucas Hank dari tempat tidur.Lucas Hank tidak siap, dia benar-benar tertendang. Meskipun tidak jatuh dari tempat tidur, kedua kakinya mendarat di karpet.Dia manatapnya dengan dingin.Lucas Hank belum
Charlotte Shimon mendongak dan melihat dia masih tidur. Poni menutupi kening pria itu, wajahnya tampak lebih tampan dan muda.Charlotte Shimon merasa bahagia, betapa indahnya bisa bangun di pelukan orang yang paling dia cintai di pagi hari.Dia perlahan mengangkat tangannya dan mengusap alis di pelipisnya. Hidungnya yang mancung, membelai mereka satu per satu dengan lembut.Pada saat itu, sebuah tangan besar tiba-tiba meraih tangannya, Lucas Hank membuka mata.Charlotte Shimon tidak menyangka dia akan tiba-tiba membuka matanya. Sebelum dia sempat mengalihkan pandangan, Lucas Hank langsung menatapnya dengan mesra. “Tuan Hank, apakah kau sudah bangun sejak tadi?” Charlotte Shimon ingin menarik tangannya, dia merasa agak malu tertangkap basah.Lucas Hank meraih tangan gadis itu dan mencium tangannya, lalu memeluknya erat-erat, "Aku baru bangun, jangan bergerak, biarkan aku tidur sambil memelukmu sebentar."Dia menutup matanya lagi.Charlotte Shimon meringkuk. "Tuan Hank, matahari sudah
Helen Hayes memandang orang tuanya dengan kecewa. "Ayah, Ibu, apakah kalian menganggapku barang dagangan?Dibandingkan dengan wajah serakah orang tuanya, Helen Hayes seperti sekuntum bunga kecil yang tertiup angin, membuat orang ingin segera melindunginya dalam pelukan."Helen, apa yang kau katakan? Kami merawatmu sampai sebesar ini, sudah waktunya kau berbakti pada kami! Lagi pula, bukankah kau telah menemukan seorang pria kaya? Apa salahnya jika kami ingin bertemu dengannya?"Helen Hayes mengepalkan tangannya. Dia bergerak sedikit, tumitnya sudah agak menggantung, semua orang menarik napas.Tetapi dia tidak menyadari bahayanya saat ini, matanya berkaca-kaca, dia sudah membulatkan tekadnya. "Aku tidak akan membiarkan kalian bertemu dengannya. Dia adalah kakakku, aku lebih baik mati sekarang ..."Helen Hayes hendak membalikkan badan dan melompat ke bawah. Semua orang ingin berteriak untuk menghentikannya, tetapi Helen Hayes tiba-tiba berhenti. Begitu mengangkat kepalanya, dia segera
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan