Hari itu, Henry Hank mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam. Dia sangat tampan ketika masih muda. Dia sedang duduk di kursi dan mengisap rokok. Dia mengulurkan tangan yang menjepit rokok dan menunjuk ke Monica Morris. "Ke sini, duduk di pangkuanku."Monica Morris baru berusia 19 tahun saat itu dan selalu dikurung dalam kamar. Dia mengangkat kepala dan menatapnya, menarik rok dengan tangan kecilnya, tidak mau ke sana.“Keluar kalau tidak mau ke sini, tapi aku juga akan memerintahkan orang untuk mengusir Brian Morgan dari rumah sakit!” Henry Hank mengancam.Monica Morris gemetar, dia terpaksa berjalan mendekat.Henry Hank baru pulang dari kantor. Ada setumpuk dokumen berserakan di meja. Dia mengulurkan tangan untuk melonggarkan dasinya, sekarang dasi itu tergantung longgar di lehernya. Dalam aura seorang elit bisnis, tersirat kejahatan, aura pria dewasa itu sangat kuat dan menawan, tetapi itu yang membuat Monica Morris, yang baru berusia 19 tahun, takut untuk mendekat dan meny
"Kami tidak curiga sama sekali saat itu, sampai pada saat... terdengar teriakan kencang!""Kami dikejutkan oleh teriakan itu dan segera ke atas dan datang ke... kamarku. Aku yang membuka pintu kamar dan melihat... adegan yang tak terlupakan itu, Monica Morris dan Harvey Spencer berada di atas tempat tidurku.""Kemudian... aku tidak bisa mengingat semua yang terjadi setelah itu, karena kepalaku sangat pusing. Aku ingat aku segera berlari keluar. Saat itu, aku sangat bingung dan ketika menuruni tangga, tiba-tiba terguling, bayiku... hilang!"Air mata Jeanny Hank menetes, dia tidak bisa berbicara lagi.Charlotte Shimon memeluk pundak Jeanny Hank yang gemetar dan menepuknya dengan lembut, "Kepala Sekolah Jeanny, semuanya sudah berlalu.""Tidak..." Jeanny Hank menggelengkan kepalanya, "Ini tidak akan berlalu... aku masih mimpi buruk setiap malam, aku berbaring di meja operasi yang dingin. Bayi itu... dikeluarkan dari perutku... tubuh bayi itu menjadi kaku dan menghitam..."Charlotte Shimon
##Melihat Charlotte Shimon yang cemas dan penuh perhatian, Jeanny Hank merasa kesal. Dia selalu merasa Lucas Hank tidak layak untuk Charlotte Shimon."Charlotte, tidak terjadi apa-apa pada Lucas Hank. Jangan khawatir, dia baik-baik saja bahkan telah menjadi pahlawan untuk seorang gadis. Lihat sendiri!"Jeanny Hank memperlihatkan foto dalam ponsel ke Charlotte Shimon.Charlotte Shimon segera melihat Lucas Hank sedang mengangkat seorang gadis dalam pelukannya. Gadis itu mengenakan jasnya dan membenamkan wajah dalam pelukannya. Mereka tampak sangat dekat.Selama ini banyak berita tentang skandal Lucas Hank. Urusan Michele Hill baru saja selesai. Dia bisa tutup sebelah mata, ketika melihat dia dikelilingi oleh banyak wanita karena dia bisa melihat ada jarak antara mereka dengan Lucas Hank, tetapi gadis ini berbeda.Charlotte Shimon memiliki indra keenam yang sangat tajam, dia bisa melihat gadis ini sangat spesial bagi Lucas Hank. Siapakah gadis ini?Seharusnya Lucas Hank datang menjemputn
Charlotte Shimon duduk dengan tenang di kursi dan menatap Helen Hayes, juga tidak berbicara.Jari-jari Helen Hayes meringkuk, dia merasa tatapan Charlotte Shimon seperti telah menembusnya, membuatnya tidak dapat menatapnya secara langsung."Shimon ... Kakak Shimon, jangan salah paham, Kakak dan aku ..." kata Helen Hayes takut-takut.Charlotte Shimon langsung menyela dengan geli, "Kakak?"Helen Hayes tertegun.Charlotte Shimon mengerutkan bibirnya. "Adik Hayes, kau terus menerus memintaku untuk tidak salah paham, tetapi apakah kau jangan memanggilnya Kakak? Kau seharusnya tidak tuli dan bodoh. Apakah kau tidak mendengar apa yang dikatakan Tuan Hank tadi? Tuan Hank mengatakan dia tidak punya adik sepertimu!"Charlotte Shimon menatap Lucas Hank di sebelahnya. "Bukankah begitu, Tuan Hank?"Lucas Hank berdiri di sisi Charlotte Shimon dan menatap Charlotte Shimon. Dia mengusap rambut panjangnya dan mengangguk. "Ya."Wajah Helen Hayes menjadi semakin pucat, Charlotte Shimon jelas ingin mem
Ketika Charlotte Shimon mengatakan dia memiliki beberapa pertanyaan, Helen Hayes sudah mempersiapkan diri. Tetapi dia tidak menyangka Charlotte Shimon begitu pintar dan teliti dan telah menemukan celah dalam ceritanya.Dia sudah pernah mendengar Charlotte Shimon pintar bersilat lidah, tidak ada orang yang bisa mengalahkannya, bahkan selalu kalah dengan mengenaskan. Kali ini, Helen Hayes sudah merasakannya sendiri.Helen Hayes masih terlihat menyedihkan dan lemah, bahkan tubuhnya terus bergoyang, seolah-olah dia telah dilukai oleh Charlotte Shimon dan akan jatuh kapan saja. "Kak Shimon, kau... mengapa kau berkata begitu?"Air mata Helen Hayes jatuh lagi.Charlotte Shimon berkata dengan sinis, "Adik Hayes, kau benar-benar aneh. Kau dapat mempertahankan kesucianmu sampai mati walaupun dicambuk setelah menikah, tetapi kau tidak memiliki keberanian untuk menolak pernikahan ini, kita tidak perlu membicarakan masa lalu. Aku hanya ingin bertanya apa rencanamu selanjutnya?"“Kau dan Ronald Rac
Wallace selalu sangat misterius, sekarang dia tiba-tiba duduk di sofa dan menyapa Lucas Hank, "Halo, Ayah."Melihat putranya, Lucas Hank mengusap kepala Wallace dengan penuh kasih. "Wallace, kau sudah pulang, di mana Patricia?"Wallace dan Patricia tinggal di villa akhir-akhir ini, tetapi Sophia Lowry menjemput Wallace dan Patricia dua hari lalu untuk bermain-main di perkemahan musim panas dan baru kembali hari ini.Wallace menunjuk ke atas dengan matanya, "Adik ada di atas.""Aku akan mencari Patricia.""Ayah, tidak perlu, Adik akan segera turun, Adik hanya naik untuk mengemasi... kopernya..."Lucas Hank mengerutkan alisnya. "Mengemasi koper? Untuk apa?"Wallace mengangkat pundaknya. "Ayah, hal baik apa yang sudah kau lakukan, apakah perlu aku mengingatkanmu?"Lucas Hank, "..."Saat itu, suara Patricia terdengar dari atas, "Tolong bantu aku memindahkan koper ini, aku tidak bisa memindahkannya, Kakak dan aku akan pindah sekarang dan tidak akan kembali lagi!"Lucas Hank mendongak, pe
Helen Hayes berkata sambil mengingat, "Saat itu, kau sudah koma dan sangat kedinginan sehingga badanmu menjadi kaku dan sulit bernapas. Aku terpaksa menyeretmu ke gua terdekat dan membuat api agar kau bisa merasa hangat.""Tapi suhunya terlalu rendah. Kau sangat kedinginan hingga bibirmu menghitam. Aku hanya bisa... melepas mantelku dan memelukmu erat-erat. Kita saling berpelukan sepanjang malam agar tetap hangat, aku juga berbicara di telingamu, terus menerus menyemangatimu, aku berkata --- Kakak, kau harus bertahan."Lucas Hank mendengarkan dengan tenang. Ketika Megan Shimon mencarinya dengan membawa liontin gioknya bertahun-tahun yang lalu, dia tidak merasa curiga sama sekali, jadi dia tidak meminta Megan Shimon menceritakan kejadian saat itu. Sekarang semua adegan dan kalimat yang Helen Hayes katakan sama persis dengan ingatannya."Kemudian kau sudah siuman dan memberiku sebuah liontin giok, dan berkata... bahwa kau akan kembali mencariku, pasti akan menemukanku...""Tapi aku telah
Mata Charlotte Shimon berbinar, "Di mana Harvey Spencer sekarang?""Setelah kejadian yang menimpa Jeanny Hank, Harvey Spencer sangat menderita. Dia meninggalkan Kota Regalsen dan menenangkan diri. Kemudian secara kebetulan, pergi ke daerah pegunungan dan mengajar di sana. Dia sudah mengajar di sana selama tiga puluh tahun."Charlotte Shimon menghela napas. Saat itu, putra Keluarga Spencer dan putri Keluarga Hank adalah pasangan yang sangat serasi, tetapi hubungan yang dipupuk sejak kecil kandas begitu saja ketika Monica Morris muncul. Harvey Spencer mengkhianati istri dan anaknya dan menimbulkan tragedi ini.Dia pasti sangat menderita, bahkan tidak ingin kembali ke Kota Regalsen. Harvey Spencer meninggalkan kehidupan yang makmur dan menjadi seorang guru di pegunungan selama 30 tahun. Apakah dengan begitu, dosanya bisa ditebus?"Lisa, bersiap-siaplah. Aku akan terbang ke pegunungan besok untuk mencari Harvey Spencer.""Tuan Putri, sebaiknya aku yang pergi."Charlotte Shimon menggelengka
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan