Lucas Hank tahu ibu mertuanya akan membuat sensasi.Sophia Lowry meremas ponselnya, dia tersenyum pada pria di ujung telepon dan berkata, "CEO Lewis, aku sedang bermain truth or dare. Nona Sandy Sanders meminta aku untuk menelepon pria pertamaku, jadi aku hanya bisa meneleponmu."Seluruh tamu terkejut, mereka memandang Sophia Lowry dengan tidak percaya, kemudian pada Mark Lewis.Sandy Sanders dan Ella Larson tertegun, mereka berencana untuk menggunakan permainan ini untuk mempermalukan Sophia Lowry, tetapi sekarang Sophia Lowry langsung menelpon Mark Lewis, ternyata... Mark Lewis adalah pria pertamanya!Ya, Tuhan.Sandy Sanders merasa tatapan dingin dan tajam menimpanya, dia mendongak dan segera melihat Mark Lewis.Sekarang Mark Lewis menatapnya, tetapi segera membuang muka.Sekujur tubuh Sandy Sanders menggigil, dia merasa seember air dingin disiram dari atas kepalanya, dia sepertinya telah menyinggung Mark Lewis.Kaki Sandy Sanders melemas, dia menatap Sophia Lowry, Sophia Lowry masi
Entah sejak kapan Mark Lewis berdiri di sana, sekarang dia menatap Sophia Lowry dengan tajam..Sophia Lowry menyapanya dengan santai, "CEO Lewis."Setelah berbicara, Sophia Lowry pergi.Sophia Lowry sudah pergi, Ella Larson dan Sandra Sanders menatap Mark Lewis dengan kaku, terutama Sandra Sanders, wajahnya menjadi pucat, dia merasa sangat malu. Mark Lewis pasti sudah mendengar semua yang dikatakan Sophia Lowry tadi.Sandra Sanders memberanikan diri untuk menatap Mark Lewis, pria itu meliriknya sekilas dengan tatapan menghina dan acuh tak acuh.Sandra Sanders merasa dirinya seperti badut sekarang. Sophia Lowry benar-benar telah membongkar keburukannya, sifatnya yang egois dan licik terungkap di depan Mark Lewis.Saat itu, Sandra Sanders dan Ella Larson sama-sama jatuh cinta pada Mark Lewis pada pandangan pertama. Mark Lewis tidak mengatakan apa-apa, dia juga pergi.Ella Larson dan Sandra Sanders jatuh di karpet, kaki mereka melemas....Lucas Hank memperhatikan ibu mertuanya dari lant
Sekarang Henry Hank berada di bawah dan Monica Morris di lantai atas, mata mereka saling berhadapan, rasa cinta yang mendalam dan rasa sakit yang menusuk tulang melintas di benak mereka.Sophia Lowry melangkah maju dan menghalangi Monica Morris di belakangnya, "CEO Hank, kalian sudah bertemu. Ada yang harus dilakukan, jadi kami pergi dulu."Sophia Lowry segera membawa Monica Morris pergi.Henry Hank melihat bayangan Monica Morris menghilang dari pandangannya. Dia mengerutkan bibirnya dan segera ke atas, tetapi kedua orang itu sudah tidak terlihat lagi.“Tuan.” Kepala Pelayan Lynch datang.Henry Hank terlihat muram, dia berkata dengan sungguh-sungguh, "Selidiki mereka pergi ke mana.""Baik, CEO."...Sophia Lowry membawa Monica Morris keluar dari Gedung Grup Hank. Dia menoleh ke Monica Morris. "Monica, katakan sejujurnya, apakah kau masih bersama dengan Henry Hank?"Wajah Monica Morris tidak menunjukkan terlalu banyak emosi. Dia tersenyum, "Fia, jika masih ada sedikit harapan untuk aku
Bos itu mulai bercerita, "Pada masa itu, Henry Hank, tokoh bisnis yang menguasai dunia perdagangan, menjerat hati banyak sosialita, mereka bermimpi dapat menjadi Nyonya Muda Hank. Kemudian, dia menikahi putri Keluarga Morris, wanita cantik yang menggemparkan seluruh Kota Regalsen. Mimpi para wanita ini hancur dalam semalam, mereka datang ke clubhouse ini dan memilih adik ini karena wajahnya agak mirip dengan Henry Hank."Sophia Lowry memandang bos ini. Dia mungkin juga penggemar Henry Hank.Sophia Lowry berkata, "Bos, kau berbicara terlalu banyak hari ini."Bos itu merasa sedih, "..."Bukankah dia hanya saja memperkenalkannya?Sophia Lowry melihat Monica Morris di sampingnya. "Monica, apakah kau tertarik dengan adik kecil ini?"Setelah beberapa detik, Monica Morris mengangguk, "Aku memilihnya."Pria lainnya: Iri!...Dalam kamar mewah, terdengar suara ketukan di pintu. Kepala Pelayan Lynch masuk ke kamar dan melaporkan dengan hormat. "Tuan, aku sudah menemukan Nyonya Monica."Henry H
Benjamin mengeluarkan kartu kamar dan membuka pintu kamar.Pintu kamar didorong terbuka. Mark Lewis berjalan masuk, tetapi dia hanya berdiri di lorong dan tidak masuk dalam.Dia bisa melihat dengan jelas semua yang ada di ruangan itu dari posisi ini.Di dalam kamar, Sophia Lowry memegang segelas anggur dan minum bersama dua orang pria.Dia sudah agak mabuk."Ayo, kita main tebak-tebakan lagi."Sophia Lowry tidak mau mengaku kalah, tetapi keberuntungannya tidak bagus malam ini. Dia kalah lagi.“Tidak, aku tidak bisa minum lagi. Begini saja, kalian boleh mengajukan pertanyaan, aku akan menjawabnya.” Pipi Sophia Lowry sudah merona merah, suaranya sangat lembut.Seorang pria bertanya, "Berapa banyak pacar yang kau punya?"Sophia Lowry sudah mabuk, dia berpikir dengan linglung, kemudian mengulurkan jarinya, "Satu, dua, tiga, empat...tak terhingga, oh, terlalu banyak. Aku tidak bisa menghitungnya."Benjamin, yang berdiri di luar pintu, mengerutkan alisnya saat mendengar kata-kata ini, dia me
Para pengawal membungkuk dengan hormat."..."Sophia Lowry awalnya tidak ingin buang air kecil, tetapi sekarang dia ketakutan hingga ingin buang air kecil.Pengawal itu menghalangi jalannya, jadi dia pergi ke kamar kecil dengan kepala menunduk.Pada saat itu, terdengar langkah kaki yang mantap dari luar pintu. Mark Lewis datang dan bertanya, "Di mana orangnya?""CEO, ada di kamar kecil."Mark Lewis menuju ke kamar kecil.Gawat, dia datang!Sophia Lowry merasa tegang, dia tidak boleh membiarkan Mark Lewis menemukannya. Dia harus bersembunyi, tetapi di mana dia harus bersembunyi?Kamar kecil ini tidak terlalu luas.O, ya, ada tempat sampah besar di dalam kamar kecil ini. Terlihat masih baru, dia membuka tutup tempat sampah, lalu berjongkok di dalam dan menutup kembali tutupnya.Saat itu, pintu kamar kecil dibuka.Beberapa pengawal berbaju hitam masuk dan mulai menggeledah kamar kecil. Mark Lewis mengikuti mereka masuk ke kamar kecil. Dia mengeluarkan sebatang rokok dari saku celananya da
Sophia Lowry terkejut, dia tidak menduga reaksinya akan sebesar ini. Dasar pria yang haus sentuhan wanita!Mark Lewis tidak memejamkan mata, mata wanita itu yang membelalak karena terkejut terlihat menggemaskan sangat menggoda. Karena wanita itu tidak melawan, Mark Lewis perlahan menutup matanya dan mengatupkan giginya.Sophia Lowry mendengus karena gigi pria itu menyentuh bibirnya.Mark Lewis segera melepaskannya dan menopang kedua tangannya di dinding, di samping wanita itu, dia berkata dengan pelan, “Maaf…”Dia tidak punya pengalaman.Satu-satunya pengalaman adalah malam itu.Malam itu, mereka tidak saling mengenal, jadi tidak terlalu gugup. Sekarang Mark Lewis merasa canggung dan meminta maaf.Sophia Lowry merasa suaranya menggetarkan hati. Dia merangkul lehernya dan menggodanya dengan suara lembut. "CEO Lewis, sebenarnya kau bisa atau tidak?"Mark Lewis mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa-apa.Sophia Lowry mendekatinya. "Kalau begitu, aku akan mengajarimu."Kali ini d
Anak buah Mark Lewis sudah memblokir tempat ini, bahkan seekor nyamuk juga tidak bisa terbang keluar.Monica Morris kembali ke kamar, tetapi dia masih mengkhawatirkan Sophia Lowry, jadi dia mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan ke Lucas Hank. Pesan segera terkirim. Saat ini, terdengar suara seorang pria, "Hai, Cantik."Monica Morris menoleh ke belakang dan melihat pria itu memakai telinga kucing di kepalanya dan mulai menggoyangkan pantat di depannya."..."Monica Morris memandang wajah tampan pria itu yang mirip dengan Henry Hank. Dia seperti sedang melihat Henry Hank menggoyang-goyangkan pantatnya dengan memakai telinga kucing. Dia tidak sanggup melihat pemandangan ini. Henry Hank tidak akan melakukan hal semacam ini, dia adalah tokoh bisnis yang dihormati, hal semacam ini tidak sesuai dengannya.Monica Morris tiba-tiba teringat pemandangan saat dia melihat Henry Hank pertama kalinya beberapa tahun yang lalu.Dia masih pelajar saat itu, suatu hari semua teman sekelasnya berbondong
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan