Bibi Brown segera mengambil alih tas di tangan pria itu. "Tuan, Anda sudah kembali, apakah perlu menyiapkan makan makan untuk Anda?"Lucas Hank mengganti sepatunya di lorong, lalu berjalan ke ruang tamu. Dia segera melihat sosok Ibu dan anak di atas karpet. "Tidak, aku sudah makan di luar."Bibi Brown melihat Tuan Mudanya menatap Charlotte Shimon dan segera menjelaskan, "Tuan, ini adalah guru Tuan Kecil. Dia adalah Guru Shimon yang aku sebutkan di telepon. Guru Shimon datang untuk bermain dengan Tuan Kecil."Bibi Brown tidak tahu hubungan Lucas Hank dan Charlotte Shimon. Dia hanya tahu bahwa keduanya masih muda dan berlawanan jenis. Ayah dengan satu anak dan seorang guru muda dan cantik. Walter Hank menatap Lucas Hank, dan dia membuka mulut kecilnya, "Ayah."Lucas Hank berjalan dan duduk di sofa di ruang tamu.Bibi Brown sudah mencium bau alkohol di mana-mana. "Tuan, apakah Anda minum malam ini, aku akan memasak semangkuk sup untuk Anda."Bibi Brown masuk ke dapur.Walter Hank menu
Tetapi dia tidak berani menolak, karena takut menyinggungnya dan dia akan membawa Walter pergi lagi.Charlotte Shimon mengerutkan alisnya dan menahan ciumannya, kali ini dia tidak menggigitnya dengan kasar."Lucas Hank, sudahlah. Walter dan Bibi Brown akan turun sebentar lagi " Charlotte Shimon mendorong dadanya dan mulai meronta.Lucas Hank merasa suaranya sangat lembut. Dalam tiga tahun terakhir, dia selalu mencari wanita yang mirip dengannya. Suara wanita lain juga lembut, tetapi tidak enak didengar. Kelembutan yang disengaja itu membuatnya jijik.Pada saat itu, terdengar suara langkah kaki dan suara Bibi Brown. "Tuan Kecil, termometernya sudah di sini, ayo turun."Bibi Brown membawa Walter ke bawah.Charlotte Shimon menegang, dia segera mendorongnya dengan kuat, "Lucas Hank, anakmu ada di sini ..."Cara dia berkata “Anakmu” terdengar intim, Lucas Hank memeluknya dengan erat dan masih menciumnya."Tuan Kecil, apakah kau sangat menyukai Guru Shimon? Kau pasti sangat senang Guru Shim
Bibi Brown berpikir, lupakan saja, dia tidak akan perhitungan dengan pria menopause!...Ditemani Charlotte Shimon, Walter Hank segera tertidur, Charlotte Shimon kembali ke kamarnya dan mandi air panas, tetapi dia menyadari tidak punya piyama.Dia mengeringkan badannya, lalu membungkus dirinya dengan handuk mandi besar dan keluar. Dia berdiri di depan meja rias dan mengeringkan rambut dengan pengering rambut.Pada saat itu, ponselnya berbunyi dan sebuah pesan masuk.Lucas Hank mengirimkan beberapa kata sederhana --- Kau ke sini atau aku ke sana?Charlotte Shimon tidak membalas pesannya.Dia melihat pesan Lucas Hank yang dikirimkan satu jam yang lalu --- Apakah kau sudah mandi?Saat itu baru jam tujuh lewat. Bukankah dia sedang bekerja di ruang kerja? Bibi Brown dan Walter bahkan belum tidur.Charlotte Shimon menggigit bibirnya. Kemudian terdengar suara pintunya dibuka.Charlotte Shimon terkejut, dia melihat Lucas Hank di dekat pintu. Dia tidak menyangka pria ini akan datang begitu cepa
Lucas Hank bersandar di kepala tempat tidur, lalu menekuk satu lutut dan mengeluarkan sebatang rokok. Setelah mengisapnya, dia mengerutkan kening dan mendongakkan kepala kemudian mengeluarkan kepulan asap dari mulutnya.Sekarang dia bercucuran keringat. Poni di keningnya juga basah. Lucas Hank menghisap beberapa batang rokok dengan hening, dia merasa lega dan menoleh ke wanita di sampingnya.Charlotte Shimon berbaring miring dengan punggung menghadap ke arahnya.Lucas Hank berhenti merokok. Dia menunduk dan melihat bercak darah di pahanya.Dia baru memperhatikan tubuhnya yang memar sekarang, dia menyadari telah menyakitinya. Lucas Hank mendekatkan badannya. "Ada apa..."Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Charlotte Shimon bergeser ke tepi tempat tidur. Dia sudah tidur di tepi tempat tidur tadi, jika bergeser sedikit lagi, dia akan jatuh dari tempat tidur. "Kau, apakah masih belum cukup?"Lucas Hank membeku dan tidak mendekatinya lagi.Dia segera bangkit dan turun dari tempat tidur, men
Lucas Hank memperhatikan para ayah itu berjalan ke sisi Charlotte Shimon. Mereka membawa anak-anak mereka. Dia tidak tahu yang mereka katakan pada Charlotte Shimon. Charlotte Shimon berbicara dengan mereka dengan lembut.Lucas Hank melihat dia tersenyum dengan lembut dan manis, seperti yang dikatakan para ayah tadi. Tetapi sejak dia kembali, wanita itu tidak pernah tersenyum seperti itu padanya.Sekarang senyumannya bukan miliknya lagi.Lucas Hank memandang para ayah itu lagi. Mereka semua laki-laki, tentu saja tertarik dengan kecantikan Charlotte Shimon.Wajah Lucas Hank menjadi suram. Dia tidak pernah menyangkal dirinya sangat posesif dengan Charlotte Shimon. Sekarang dia adalah milik pribadinya, tidak ada yang bisa menyentuhnya, apalagi berhubungan dengannya.Lucas Hank membuka pintu mobil dan berjalan keluar.Begitu Lucas Hank muncul, tatapan semua orang tertuju padanya.Para orang tua ini sudah lama mendengar bahwa Walter Hank, putra dan cucu tertua dari Keluarga Hank, juga belaja
Apakah dia ingin mengekangnya?Charlotte Shimon menatap Lucas Hank. "Lucas Hank, walaupun aku tidak bekerja di Taman Kanak-kanak, aku masih ada pekerjaan lain yang harus dilakukan.""Oh," Lucas Hank menyela dan tersenyum sinis, "Apakah ada orang lain yang perlu kau temani?""..."Lucas Hank meremas pinggangnya dengan kuat. "Aku lupa, kau akan bertemu dengan Steve Turner di Hollinswood, Steve Turner sedang menunggumu di sana mungkin bersama anak-anakmu. Jadi kau tidak bisa menemani Walter Hank di siang hari dan menemani aku di malam hari, begitu?"Dia benar-benar mendengarkan percakapan dia dan Steve Turner, Lucas Hank tahu dia akan pergi ke Hollinswood.Charlotte Shimon berusaha mengabaikan kata-katanya yang kasar dan sinis. "Aku memang akan pergi ke Hollinswood karena aku punya misi yang sangat penting di sana. Lagi pula, selain aku ada banyak orang di sekitarmu, kau akan segera bosan denganku... Ah!"Sebelum Charlotte Shimon selesai berbicara, Lucas Hank mengencangkan pinggangnya
Mata Charlotte Shimon membelalak, dia langsung ingin melarikan diri. "Lucas Hank, jangan main-main di sini, aku tidak mau ..."Kali ini, terdengar langkah kaki di luar, Walter datang.Walter mengetuk pintu, lalu berjingkat dan meraih kenop pintu dengan tangan kecilnya.Charlotte Shimon sangat ketakutan sampai tidak berani bernapas, dia buru-buru mendorong Lucas Hank, "Lucas Hank, Walter ada di luar. Jika kita tidak keluar, kita akan menakuti Walter."Kali ini Lucas Hank tidak mundur walaupun Walter ada di luar. Dia meremas wajah Charlotte Shimon dan berkata, "Jika kau tidak ingin memancing Walter masuk, jangan bicara lagi. Bibi Brown akan menanganinya."Charlotte Shimon menatapnya dengan kaget. Bibi Brown akan menanganinya, berarti Bibi Brown sudah menebak yang mereka lakukan di dapur."Lucas Hank, jangan lakukan ini. Cepat biarkan aku pergi, aku merindukan Walter, bisakah kita membiarkan Walter masuk?"Lucas Hank sudah kehilangan kesabarannya. Dia mengerutkan kening dan berteriak, "A
Dia menatap langit-langit di atas kepalanya, Lucas Hank mengulurkan tangannya, "Balikkan badanmu dan tidurlah dalam pelukanku."Dia ingin memeluknya.Charlotte Shimon tidak bergerak, sekarang Walter Hank berada dalam pelukannya, tangan anak itu menarik pakaiannya dengan erat dan menyandarkan wajah kecilnya pada Charlotte Shimon.“Walter ada di sini, aku akan tidur seperti ini.” Charlotte Shimon menolak.Dia menolaknya.Wajah Lucas Hank yang tampan dan angkuh menjadi dingin, dia menyipitkan matanya sebelum bangun dan turun dari tempat tidur.Dia berjalan mengitari tempat tidur dan mengulurkan tangan untuk memeluk Walter Hank.Charlotte Shimon tercengang dan segera memeluk Walter. Dia berkata dengan waspada, "Lucas Hank, apa yang kau lakukan?"“Aku membawa Walter kembali ke kamarnya sendiri,” kata Lucas Hank.Walter bergerak dengan gelisah dalam tidurnya, berusaha menyingkirkan tangan Lucas Hank.“Lepaskan, jangan perlakukan Walter seperti ini!” Charlotte Shimon agak cemas, dia memukul t
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan