Sayang sekali ayahnya adalah seorang tiran dan iblis.“Aku ingin Nenek Smith yang mengantarku!” Ray Hill bersikeras.Pada saat ini, pria di seberang mengangkat kepalanya sedikit. "Aku akan mengantarmu."“Tidak perlu! Gunakan mobilmu untuk menjemput para gadis saja.” Ray Hill menolak sambil memberi alasan."Aku akan mengantarmu dulu, lalu menjemput para gadis," kata Julius Hill.Ray Hill, "..."...Jadi sebuah jip berhenti di depan Taman Kanak-kanak, pintu belakang terbuka, Ray Hill melompat turun dengan lincah dengan tas sekolah di punggungnya, dia melambaikan tangan kecilnya tanpa melihat ke belakang, "Ayah, sampai jumpa!"Julius Hill menurunkan jendela mobil dan melihat punggung bocah kecil itu, bocah kecil ini berkata "sampai jumpa", tetapi wajahnya jelas menunjukkan jangan pernah berjumpa lagi.Julius Hill melengkungkan sudut bibirnya dan tersenyum tipis.Dia menginjak pedal gas dan jip itu melaju.Pada saat ini, ponselnya berbunyi, ada yang meneleponnya."Halo ..." Dia menjawab.
Saat berbicara, produser mengedipkan mata pada Merry agar dia menghindar dulu.Merry segera mundur ke sudut.“Merry, kau baik-baik saja?” Seorang rekan menyerahkan selembar tisu kepada Merry dan menghela napas dan berkata dengan pelan, “Clara memang seperti itu, selama setengah bulan di sini, semua orang dalam kru pernah dia maki berkali-kali. Sekarang dia adalah permaisuri di sini, kita semua harus menyanjungnya dan tidak ada yang berani menyinggungnya."Merry menyeka air matanya, "Aku tidak apa-apa ...""Cih, padahal Clara awalnya hanya pemeran pendukung kecil yang tidak mencolok. Selain wajahnya agak cantik, dia tidak bisa sama sekali, tetapi sepertinya ada tokoh besar misterius yang tertarik dengannya, maka secara alami statusnya terangkat. Sumber dayanya yang mumpuni membawanya lepas landas, lihatnya sikap arogannya sekarang, tidak menghormati orang lain sama sekali."Merry menarik lengan baju rekannya, dia menggelengkan kepalanya, "Sudahlah, siapa suruh dia bernasib baik dan berh
Merry melihat ke dalam, dia melihat sosok yang tinggi dan tegak.Kemeja biru tua yang dibuat khusus membungkus sosok kokoh pria itu, sabuk hitam melingkar di pinggangnya, dengan pundak lebar dan pinggul ramping, proporsi tubuh yang sempurna. Kedua kaki panjangnya sangat menarik, seluruh tubuh memancarkan aura pria dewasa. Merry menatap wajah pria itu, detik berikutnya dia menarik napas, pria ini ternyata adalah ... Presiden Hill!Ternyata pria berkuasa di belakang Clara adalah Tuan Presiden!...Di dalam mobil mewah, Clara meringkuk di samping Julius Hill. Dia menoleh untuk melihat wajah samping pria itu, kemudian bertanya dengan manja dan malu-malu, "Tuan Presiden, saat meneleponmu tadi, mengapa tiba-tiba tidak ada suara?”Tidak ada ekspresi di wajah Julius Hill, dia mengangkat alisnya, kemudian melengkungkan bibirnya, "Karena ... aku melihat seorang wanita."Clara menatap wajah pria yang tampan, tangguh dan sempurna itu, jantungnya berdebar-debar. Ini bukan pertama kalinya Clara mel
Clara segera selesai menghapus riasannya, dia meringkuk di samping Julius Hill. "Tuan Presiden, aku sudah selesai."Julius Hill menoleh untuk menatapnya, melihat dari dekat wajahnya yang tanpa riasan, lalu tersenyum lembut, "Bagus sekali."Hati Clara seperti mati rasa. Meskipun suasana hatinya tidak menentu dan kadang-kadang tindakannya bisa membuatnya tidak senang, dia sesekali juga akan memperlihatkan senyum lembut seperti sekarang dan Clara selalu terpesona setiap kali melihatnya.“Tuan Presiden, kita akan pergi ke mana hari ini?” Clara merangkul lengannya."Kau mau pergi ke mana?"Clara mengulurkan tangan kecilnya dan berkata dengan sedih, "Aku melihat seorang aktris mengenakan gelang berlian dua hari yang lalu, sangat cantik, aku ingin punya.""Kalau begitu kita membelinya sekarang."....Di toko perhiasan.Clara berdiri di depan konter dan melihat ke bawah, berbagai jenis perhiasan berlian di dalam konter, bersinar terang, membuat dia merasa gatal ketika melihatnya.Pramuniaga m
"Aduh!" Clara tiba-tiba berteriak."Ada apa?""Kakiku sepertinya terkilir.""Duduklah, biar aku lihat.""Hm." Clara mengangguk dengan penuh semangat dan duduk di bangku.Julius Hill berjongkok dengan satu lutut, lalu membantu Clara melepaskan sepatu hak tingginya, kemudian memegang kaki putihnya dengan lembut dan memijatnya sebentar, "Sudah lebih baik?"Telapak tangan pria itu agak kapalan, Clara merasa pergelangan kakinya gatal tapi nyaman. Pria itu adalah seorang presiden, tetapi sekarang berjongkok di depannya untuk memijat kakinya, Clara tiba-tiba merasa seperti seorang Ratu Inggris.Gadis-gadis yang berlalu-lalang menatapnya dengan iri, Clara merasa hidupnya benar-benar sempurna....Pada pukul tujuh malam, mereka berdua berjalan keluar dari sebuah restoran hidangan barat, Clara memeluk lengan Julius Hill dan bertanya, "Tuan Presiden, kita mau pergi ke mana selanjutnya?"Julius Hill menyipitkan matanya, kenakalannya meluap lagi, "Bagaimana menurutmu?"“Aku … aku mau pulang, orang
Pria itu benar-benar seorang om senang sejati, dia tidak pelit dalam hal materi. Julius Hill selalu memenuhi semua permintaannya selama Clara mengatakannya. Jadi, Clara juga ingin memiliki kesempatan untuk membalasnya.Namun, pria itu tidak memberinya kesempatan sama sekali, sehingga Clara merasa dirinya tidak berguna.Perasaan berbunga-bunga dalam hati Clara segera menghilang, tapi tak lama kemudian dia sudah menenangkan diri. Terserah apa maunya pria itu, selama dia bisa bersamanya.Clara diam-diam melirik jubah mandi di tubuh pria itu. Jubah mandinya terbuka sehingga memperlihatkan otot perut six-packnya. Wajahnya tersipu, lalu dia mengulurkan tangan untuk melepas piyamanya.Clara sangat percaya diri. Dulu ada seorang sutradara terkenal yang ingin memeliharanya dan mengumbar banyak berjanji padanya, tetapi dia tidak bersedia, karena sutradara terkenal itu sudah berusia 60-an. Clara merasa jijik dengannya.Dia masih muda dan cantik dan baru berusia 20 tahun, ini adalah modalnya."Tua
“Tuan Presiden.” Clara melangkah maju.Julius Hill menghabiskan rokoknya, lalu mengangkat kepalanya dan mengembuskan asap, kemudian mematikan puntung rokoknya. Dia melirik wajah sampingnya, "Kalau begitu, ayo kita pergi."Dia melangkah keluar pintu.Clara agak kecewa. Dia sudah berpakaian secantik ini, mengapa dia tidak melihatnya baik-baik?Pelayan hotel mengendarai mobil hitam mewah, Clara masuk ke kursi penumpang, Julius Hill menginjak pedal gas dan mobil itu melaju mengitari kolam bunga kemudian melaju di jalan."Tuan Presiden, kita pergi ke mana hari ini?" Clara bertanya.Julius Hill menatap lurus ke depan, matahari pagi menyinari rambut pendeknya, membuat siluet tampannya tampak keemasan, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Aku ada rapat hari ini."“Baiklah, kalau begitu tolong antarkan aku ke lokasi syuting. Apakah kita bisa bertemu malam ini?” Clara sangat berharap.Julius Hill menoleh padanya dan mengulurkan jari telunjuknya untuk mengangkat dagunya, seperti sedang menggodanya
Clara sudah menyusulnya. Pria di depannya terlihat agak bingung. Dia seperti sedang terburu-buru mencari seseorang, tetapi tidak bisa menemukan siapa pun.Siapa orang yang dia cari?Clara tiba-tiba merasakan terancam, naluri wanitanya mengatakan orang ini bukan orang biasa dan Julius Hill sangat peduli dengan orang ini....Adreen White melewati beberapa tikungan, dan berjalan keluar dari gang. Dia melihat arlojinya dan langsung mengerutkan alis. Gawat, dia akan terlambat.Pengurus mengirimnya untuk menjadi instruktur seni bela diri di kru produksi, tetapi dia terlambat karena ada urusan tadi. Jika dia benar-benar terlambat, pengurus pasti akan menyalahkannya.Dia berlari cepat ke jalan lalu mengulurkan tangan untuk menghentikan taksi."Pak, pergi ke kru produksi Anggrek, cepat."Dalam kru.Adreen White berlari terburu-buru dan bertanya kepada seorang aktor muda, "Di mana produser kalian?""Oh, di sana." Aktor muda itu menunjuk.“Terima kasih.” Adreen White berlari ke produser, dia mem