Victoria Anne dia mengucapkan kalimat pertama sejak dia siuman. "Kakak... apakah... sudah mati?"Dia bertanya, apakah kakaknya sudah mati?James Coleman menurunkan kelopak matanya dan wajahnya menjadi suram. "Mereka tidak menemukan siapa-siapa di tempat kejadian, tapi ada banyak noda darah. Hasil tes DNA menunjukkan itu adalah ... kakakmu."Oh.Dia tahu, kakaknya sudah mati."Vic, aku akan terus mencari kakakmu. Kau harus makan dulu. Walaupun kau tidak ingin makan, bayinya harus makan. Anak kita sangat kuat dan tidak pernah menyerah dalam situasi sesulit apa pun, jadi kau tidak akan menyerah, bukan?"Wajah Victoria Anne sangat pucat. Dia sangat tenang dan membuka mulutnya dan memakan bubur millet yang disuapi James Coleman.Setelah makan semangkuk kecil bubur millet, Victoria Anne menggelengkan kepalanya, "Aku sudah kenyang, tidak mau makan lagi."James Coleman mengambil tisu untuk menyeka sudut bibirnya, "Baik, kalau begitu kau berbaring dan istirahat sebentar."“Apakah Kakak mengir
Victoria Anne memiringkan kepalanya dan menatapnya dengan bingung. "Apa maksudmu, bukankah aku baik-baik saja?"James Coleman merasa sangat senang, dia merasa Victoria Anne benar-benar sudah pulih.Waktu perlahan akan menghapus kesedihan. Gadis itu masih memiliki dirinya dan bayi dalam perutnya."Vic, mengenai kakakmu ..." James Coleman ingin berbicara tentang Geoffrey Grant.“Kakak?” Victoria Anne segera meraih lengan James Coleman, “Sudah ada kabar tentang kakakku? Sejak kakakku menghilang lebih dari sepuluh tahun lalu, belum ada kabarnya sama sekali. Walaupun semua orang mengatakan Kakak sudah meninggal, tetapi aku percaya Kakak belum mati!"James Coleman tertegun, apa yang dia bicarakan?Dia sepertinya telah melupakan semua yang terjadi akhir-akhir ini pada Geoffrey Grant.“Vic, apakah kau mengenal… Curtis Wagner?” James Coleman bertanya dengan ragu-ragu.“Curtis Wagner? Aku tidak tahu, siapa dia?” Victoria Anne menggeleng.James Coleman terkejut. Dia benar-benar telah melupakan C
Dia tidak mengatakan apa-apa. Victoria Anne merasa ada celah di hatinya dan celah ini menyebar ke lubuk hatinya."Bawa aku ke rumah sakit besok. Aku ingin bertemu Charlotte."Setelah hening cukup lama, dia mendengar suaranya, "Ya."...Di rumah sakit.Berbagai laporan pemeriksaan Victoria Anne keluar, perawat menyerahkan laporan itu pada James Coleman.James Coleman melihat laporan di tangan perawat, tetapi tidak mengambilnya.Perawat tersenyum dengan ramah. "CEO Coleman, tidak perlu khawatir. Istri Anda dalam keadaan sehat dan bayinya juga dalam keadaan sehat. Tidak ada masalah."Pada saat itu, Victoria Anne sedang duduk di bangku koridor, dia mengedipkan matanya dan melihat ke arahnya.James Coleman mengulurkan tangan untuk menerima laporan itu.Dia membaca laporan dengan saksama. Tubuh Victoria Anne memang tidak masalah, tetapi wajah tampannya semakin suram, tidak ada masalah adalah masalah terbesar.Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menelepon Charlotte Shimon.Charlo
"Jangan dekati aku, jangan sentuh aku! Ayah, Ibu, aku tidak menginginkannya lagi, aku tidak berani menginginkannya lagi. Maafkan aku ... Kakak, bawa aku pergi! Aku mohon, bawa aku pergi!"James Coleman memeluknya erat-erat. Dia membenamkan wajah tampannya ke rambut panjang gadis itu. "Vic, jangan seperti ini ..."Kali ini, tangan Victoria Anne menyentuh perutnya. "Ayah, Ibu, apakah kalian menyalahkan aku karena mengandung anaknya? Anak ini seharusnya tidak datang, aku terlalu egois! Ayah, Ibu, aku tidak mau anak ini lagi, aku hanya ingin menjadi putrimu, kau bawa aku pergi!"Victoria Anne meremas tinjunya dan mulai memukul perutnya.James Coleman membelalakkan matanya dan segera meraih tangannya. "Vic!"James Coleman memegang kepalan gadis itu di telapak tangannya. Dia merangkul tubuh gadis yang gemetar dan menekannya ke dalam pelukannya. "Vic, jangan seperti ini... jangan seperti ini, aku mohon."Dia mencium setengah wajahnya yang terbenam di bantal. Dia sedang panik, menderita, d
Dia menghukumnya, pada akhirnya akan kehilangan.Bibir James Coleman jatuh di tangan Victoria Anne, mengusap dan menciumnya. Dia baru tahu Victoria Anne bisa begitu kejam.Dia pernah mengatakan sebelumnya, jangan sampai dia tahu bahwa dia mencintainya. Sekarang dia tahu, jadi dia menjadikan dirinya sebilah pedang dan menghunus hatinya dengan kejam.James Coleman menciumnya, lalu berkata dengan suara parau, "Vic, apa pun yang kau lakukan, aku merasa bahagia."...Victoria Anne terbangun, tetapi kondisinya semakin parah. Dia berbaring di tempat tidur setiap hari tanpa membuka matanya, tidak memiliki kekuatan untuk membuka matanya, tidak ingin membuka matanya.James Coleman tidak pergi ke mana pun, hanya menemaninya setiap hari. Gadis itu sudah tidak bisa makan, James Coleman selalu menyiapkan berbagai macam makanan untuknya, kemudian menyuapinya sendiri. Dia sangat patuh dan akan makan makanan yang dia suapi, tetapi tidak lama setelah menelannya, dia akan memuntahkannya kembali.Charlott
"Tapi, tidak peduli seberapa menderita, aku juga tidak bisa melepaskan tanganmu. Aku pernah melepaskan tanganmu sekali, aku tidak ingin melepaskannya lagi ..."Pundak Victoria Anne gemetar, dia menyembunyikan wajahnya dan menangis. "Suamiku, maafkan aku, aku benar-benar minta maaf ... Aku sangat menderita, aku tidak kuat lagi.""Istriku," James Coleman mencium pipinya dengan keras, "Istriku, maukah kau bertahan demi aku dan anak kita? Anak kita sangat sehat, dia selalu ada, coba kau sentuh dia, ya?"James Coleman menggenggam tangan gadis itu dan meletakkan di atas perutnya.Ujung jarinya menyelinap dan menggenggam jari-jari gadis itu, menuntunnya untuk mengusap perutnya dengan lembut.Victoria Anne langsung meneteskan air mata.James Coleman membungkuk untuk mencium tetesan air matanya dan bergumam sambil menciumnya, "Istriku, apakah kau bisa merasakannya, anak kita ingin dilahirkan, dia ingin melihat dunia ini. Aku juga ingin menjadi seorang ayah, aku akan menjadi ayah yang baik, yan
Victoria Anne mengulurkan tangan dan membuka pintu belakang dan duduk. "Tuan, terima kasih."James Coleman tidak berbicara, menginjak pedal gas, dan mobil mewah itu segera melaju....Victoria Anne duduk di kursi belakang, bersandar di jendela dan tiba-tiba mendengar perutnya berbunyi, ternyata dia lapar.Dia menyentuh perutnya, dia ingin makan sesuatu, lalu dia melihat termos di sebelahnya.Matanya langsung berbinar.Pada saat itu, pria di depannya berkata sambil tersenyum, "Mau makan?""Ya." Dia mengangguk."Makan saja.""Benarkah? Terima kasih." Victoria Anne mengambil termos dan membukanya. Di dalamnya ada sandwich dengan telur dan irisan tipis daging sapi, susu hangat, dua sushi, dan beberapa butir tomat ceri dan sepotong jeruk bali.Sangat berlimpah.Victoria Anne mengambil sandwich dan menggigitnya. Ini adalah rasa yang dia suka, semua adalah makanan kesukaannya.James Coleman melihat dia makan sarapan melalui kaca spion. Dia makan dengan sangat anggun, tanpa bersuara. Dia mem
James Coleman tidak mengerti, ingatan Victoria Anne kadang membaik, kadang memburuk. Dia bisa mengingat Scarlet Cooper dan Dorothy Reeds. Dia seharusnya sudah membaik, tetapi selalu melupakannya.Walaupun baru bertemu dengannya, dia akan melupakannya di detik berikutnya.Pada saat itu, pandangan Victoria Anne tertuju pada James Coleman karena James Coleman berdiri bersama Dorothy Reeds, jadi Victoria Anne bertanya dengan spontan, "Dorothy, apakah itu... pacarmu?"Dorothy Reeds tersipu, dia mendatangi James Coleman dan berbisik, "CEO Coleman, lebih baik ... katakan saja bahwa aku adalah pacarmu, jadi kau akan memiliki kesempatan untuk mendekati Kak Vic."James Coleman hanya menatap Victoria Anne sama sekali tidak menatap Dorothy Reeds.Dorothy Reeds mengira dia setuju dan segera meraih lengan James Coleman.Namun, James Coleman tidak bergerak, dia menunduk dan melirik lengan bajunya, lalu menatap Dorothy Reeds, mungkin mungkin maksudnya --- Coba saja kalau kau berani menyentuhku.Doroth
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan