Victoria Anne tidak berkomentar, hanya berkata, "Charlotte, aku mengantuk, aku ingin tidur sebentar."“Baik.” Charlotte Shimon mengulurkan tangannya untuk menutupi Victoria Anne dengan selimut dan pergi....Bangsal sunyi senyap, Victoria Anne memejamkan mata, tetapi tidak bisa tidur.Badannya sangat lelah, tidak ada kekuatan sama sekali, bahkan perut bagian bawah yang rata pun agak sakit.Victoria Anne meletakkan tangan di perutnya, lalu perlahan-lahan duduk, dia bangkit dari tempat tidur lalu keluar.Dia ingin keluar dan mencari udara segar.Ketika turun ke lantai bawah, Victoria Anne melewati jendela kaca dan melihat dirinya di pantulan kaca.Saat ini, dia mengenakan pakaian rumah sakit yang sangat longgar, memperlihatkan sebagian pundaknya, dan rambut ikal tergerai di pundaknya. Tatapan Victoria Anne tertuju pada wajahnya, wajahnya masih sangat cantik, tetapi ada lapisan kain kasa tebal di pipi kanannya.Victoria Anne tertegun cukup lama, lalu perlahan mengangkat tangannya untuk
Victoria Anne yang tiba-tiba dicium, menahan napas, menatapnya dengan bingung.James Coleman juga tidak memejamkan mata, dia menatap matanya, dan menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu, dan menciumnya dengan lembut. Melihat bahwa dia tidak menolak, dia menyipitkan matanya dan memperdalam ciumannya.Victoria Anne merasa sudah lama tidak bertemu dengannya. Selain perpisahannya saat usia 18 tahun, kali ini adalah yang terlama. Ciuman dan pelukannya ... masih begitu akrab.Perasaan akrab ini sudah mendarah daging.Pada saat itu, terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa di luar pintu, seorang perawat berkata dengan panik, "Prof. Shimon, ketika aku masuk tadi, Nona Victoria sudah hilang ..."Suara Charlotte Shimon segera terdengar. "Jangan panik, aku akan melihatnya ke dalam."Detik berikutnya pintu bangsal dibuka dan Charlotte Shimon muncul di dekat pintu.Victoria Anne segera mendorong James Coleman.James Coleman mengerutkan alisnya, lalu menoleh ke arah Charlotte Shimon di deka
Victoria Anne mematikan kran dan menggenggam wastafel dengan kedua tangannya erat-erat, dia menggelengkan kepalanya. "Tidak, itu tidak mungkin!"Charlotte Shimon berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya. "Vic, berikan pergelangan tanganmu, dan aku akan memeriksa denyut nadimu."“Tidak!” Victoria Anne menarik tangannya secepat kilat dan mundur beberapa langkah. Dia menatap Charlotte Shimon dengan bingung, “Charlotte, aku tidak hamil. Dokter berkata aku akan sulit hamil lagi.""Vic, susah hamil, bukan berarti kau tidak bisa hamil. Apakah kau sudah makan obat yang aku berikan?"Victoria Anne masih menggelengkan kepalanya. "Ya, aku makan, tapi hanya makan satu. James Coleman dan aku ... hanya pernah tidur sekali ..."Pria itu memaksanya malam itu dan dia melukainya dengan gunting malam itu.Seharusnya tidak terjadi, kemungkinan hamil terlalu rendah."Vic, tidur sekali juga bisa hamil. Banyak orang walaupun selalu tidur bersama juga tidak bisa hamil dan beberapa orang bisa langsung ha
Itu adalah suara James Coleman.Victoria Anne segera membalikkan badan. Dia melihat James Coleman di depannya. Dia mengenakan jas tunik hitam dengan rompi bergaris di bawahnya.Sekarang dia berdiri di dekat mobil, membawa banyak barang di tangannya dan menatapnya dengan tenang.Dia tidak tahu sejak kapan pria ini datang, dia seharusnya telah melihatnya berlari mengejar mobil.Victoria Anne merasa bersalah. "Kau ... kenapa kau ada di sini?"James Coleman mendatanginya. "Di mana ponselmu? Mengapa tidak menjawab teleponku dan tidak membalas pesanku, Nyonya Coleman. Wajahmu sudah jelek, tetapi kau tidak tuli dan bisu.""..." Victoria Anne benar-benar tidak tahu mengapa perkataannya begitu... beracun!“Aku hanya tidak ingin mempedulikanmu, apakah alasan ini cukup?” Victoria Anne membalikkan badan dan pergi.James Coleman mengerutkan alisnya. Dia melirik ke arah menghilangnya mobil mewah itu, lalu mengikutinya....Keduanya kembali ke bangsal. James Coleman meletakkan barang-barang di tang
James Coleman membeku, dia sudah lama tidak melihat Victoria Anne seperti ini. Dia sangat lembut dan mengusapnya dengan manja."Nyonya Coleman, apakah kau menyembunyikan sesuatu dariku?"Victoria Anne mendongak dan menatapnya, "Apa?"“Aku merasa kau agak aneh, kau pasti telah melakukan sesuatu yang buruk.” James Coleman mengerutkan alisnya.Victoria Anne segera melepaskannya, meninju pundaknya, dan berseru, "Aku mau makan makanan yang asam, belikan plum asam."James Coleman meremas wajahnya. "Makanan asam apa, aku ingat kau tidak suka makanan asam. Nyonya Coleman, apakah kau sengaja mempermainkan aku? Apakah aku adalah orang yang bisa kau perintah seenaknya?"“Aku tidak peduli, aku hanya ingin makan plum asam, cepat belikan!” Victoria Anne berkata dengan manja.James Coleman melihat dia sepertinya tidak bercanda, seolah-olah dia benar-benar mau makan asam plum. Dia langsung lupa dia tadi berkata dengan sombong, tidak bisa diperintah seenaknya dan mulai bernegosiasi, "Kalau begitu min
“Itu… aku tidak mengikutimu, aku hanya ingin mencari udara segar.” Victoria Anne berusaha mengelak.Taylor Stevenson memandang Victoria Anne. "Apakah kau tertarik pada Curtis Wagner? Ingin tahu lebih banyak tentang Curtis Wagner dariku?"Victoria Anne tertegun, apakah terlihat begitu jelas?Wajah Taylor Stevenson tampak dingin dan kosong. "Aku melihatmu berdiri di luar pintu bangsalku kemarin, tetapi kau tidak menatapku, hanya terpaku pada Curtis Wagner. Jelas kau mencariku karena Curtis Wagner.""Kau melihatku kemarin?""Ya, kau sangat cantik, sulit untuk tidak menarik perhatian."Victoria Anne, yang tiba-tiba dipuji, "...""Jika kau mencariku demi Curtis Wagner, aku akan menasihatimu. Dia bukan orang baik, lebih baik kau menjauh darinya, jangan terkecoh dengan penampilannya.""Banyak wanita yang menyukainya dan menempel padanya. Dia juga tidak pernah menolaknya, kehidupan pribadinya sangat kacau. Jangan menyukainya." Taylor Stevenson mengatakan yang sebenarnya, bahkan mengerutkan
Taylor Stevenson mengalihkan pandangannya dari Curtis Wagner dan melirik ke arah datangnya Billy Wagner dengan dingin, kemudian kembali ke bangsal.Tak lama kemudian, Billy Wagner terlihat. Billy Wagner juga seorang pria yang tinggi besar. Dibandingkan dengan aura jahat Curtis Wagner, Billy Wagner terkesan haus darah dan kejam. Yang paling kentara adalah mata kirinya buta.Billy Wagner berjalan mendekat dan tersenyum. "Bos Wagner, aku tiba-tiba datang, apakah kau tidak senang?"“Mana mungkin?” Curtis Wagner menyipitkan matanya dan tersenyum tipis, “Kau selalu mengikutiku ke mana-mana seperti ini, orang yang mengenal kita merasa tali persaudaraan kita sangat dekat. Tetapi, tetapi sebagian orang mungkin berpikir ... kau menyukaiku, apakah kau ingin bercinta dengan aku?”Hahaha...Anak buah Curtis Wagner tertawa kencang.Raut wajah Billy Wagner menjadi agak jelek, tetapi dia tidak berani marah, jadi hanya bisa mengganti topik pembicaraan. "Bos Wagner, aku hanya ingin mencari putri Kel
Curtis Wagner berjalan mendekat dan mengangkat pundaknya. "Entahlah, mungkin dia terpesona dengan wajahku yang tampan. Kenapa, Taylor Stevenson, kau cemburu?"Taylor Stevenson membalikkan badan dan menatap wajah tampannya. "Apa yang dibisikkan kakak itu tadi, nomor ponsel, bukan?"Curtis Wagner tidak berbicara kali ini, hanya menatap Taylor Stevenson."Aku pernah belajar bahasa bibir dari ayahku. Kakak tadi seharusnya menyebutkan nomor ponselnya dan ingin kau meneleponnya.""Dan, tadi kau merangkul pundakku, ketika melihat bekas luka di wajah kakak itu, tanpa sadar jari-jarimu meringkuk. Dalam psikologi, ini adalah reaksi yang ditimbulkan oleh kondisi tertentu. Kakak itu pasti orang yang kau pedulikan."Curtis Wagner memandang gadis kecil di depannya dan tidak menjawab pertanyaannya, hanya mengobrol santai, "Bagus sekali, kau belajar semua ini dari ayahmu?"Taylor Stevenson mengangguk. "Beberapa di antaranya, tetapi aku juga membacanya di buku. Aku sangat mengagumi ayahku. Ayahku ad
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan