Share

44. Hilang

Penulis: KarRa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Sayup angin berembus menerpa, menerbangkan rambut. Atma dipenuhi kecemasan, tatapan sayu dan ragu. Raut wajah tidak mengenakkan. Tidak pernah Elang merasakan gundah gulana seperti ini sebelumnya. Kecuali beberapa ratus tahun lalu ketika sang cinta pertama pergi jauh meninggalkannya. Rasa sesak bergemuruh bergejolak memenuhi sukma. Awalnya Elang berpikir hati gundah lantaran menanti jawaban dari pernyataan cinta untuk Kalina tadi. Namun, saat ini ia merasa lebih cemas, wajah gadis itu muncul dalam benak, ketika gadis itu menangis, rasanya hati ikut teriris sedih. Atau ketika gadis itu tertawa lepas, hatinya jauh lebih bahagia melebihi apa pun.

"Hah, kenapa aku jadi seperti remaja yang menanti jawaban cinta begini?" Elang menertawakan diri sendiri. Pemuda itu duduk di kursi yang berada di bawah lampu penerangan taman sekolah.

"Elang!" teriakan Reza membuyarkan wajah Kalina dalam lamunan Elang. Begitu menggelegar mengusik pendengaran. Dia menoleh ke arah suara, Reza terlihat be
KarRa

Jangan lupa baca novel author KarRa yang lain. -Love Sugar Daddy (tamat) -Godaan Memikat Lelaki Penguasa (tamat) -Jaran Goyang Ratu Rengganis (on going)

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tumbal Pengantin Iblis   45. Penculikan Kalina

    Mereka berjalan menuju ke kamar asrama, dengan cekatan Reza membuka pintu kamar, tetapi tidak didapati Kalina di sana. Mereka celingukan kebingungan. Alinsia mencoba menghubungi Kalina. Namun, tidak tersambung, hanya layanan mailbox dari operator yang terdengar. "Sekarang kita harus bagaimana?" tanya Alinsia, mereka menampakkan wajah kekhawatiran yang sama. "Kita berpencar mencari Kalina, pastikan ponsel kalian aktif agar kita dapat saling bertukar kabar," usul Rando. "Tumben otakmu encer," celetuk Reza. "Maaf keceplosan," lanjut Reza. Elang tidak tinggal diam, dia yang merasa semakin khawatir mengeluarkan sayapnya bercahaya putih kebiruan menyilaukan mata. Reza, Alinsi dan Rando sekejap berhenti berdebat. Mulut mereka menganga lebar, terkagum-kagum tidak percaya. Semua terlihat seperti mimpi menakjubkan, membuat ketiganya bengong berjamaah. "Rasanya mirip mimpi yang tidak nyata," ucap Rando masih melongo. Plak! Tanpa aba-aba dan basa-basi Alinsia menampar

  • Tumbal Pengantin Iblis   46. Menyelamatkan Kalina

    Kalina digiring ke sebuah tempat luas, di mana di tengah ada batu besar panjang, dan disetiap sudut terdapat obor mengelilingi tempat itu tampak seperti altar. Dan Kalina adalah tumbal persembahan tersebut. Tubuh Kalina dibaringkan di atas batu yang tingginya hanya selutut itu. Kakek tua menyalakan lilin yang berjajar di seluruh pinggiran batu, jika bergerak sedikit saja, tubuhnya pasti akan terbakar api. Mulut kakek tua itu komat kamit, entar apa yang ia rapalkan sembari membakar kemenyan berjalan memutari tubuh Kalina. Diletakkan kemenyan itu di bawah kaki Kalina, diambil bunga tujuh rupa yang ada di samping kemenyan, ditaburkan bunga basah itu di sekujur tubuh Kalina. "Tidak kusangka permata bangsa siluman itu benar-benar bersemayam di dalam tubuhmu. Kekuatan besar yang menyeret dan membawaku sampai kemari. Tidak akan aku biarkan begitu saja. Lama kami telah menantikan dan mencari permata yang dulu kami kira hilang dan lenyap, tapi sekarang ada di depan mata." Suara lelaki tua

  • Tumbal Pengantin Iblis   47. Tumbal Pengantin Iblis

    Angin yang berembus kencang perlahan kembali normal. Suara binatang malam penunggu hutan kembali nyaring terdengar. Kakek tua itu mengeluarkan sebilah keris dari saku jubahnya. Dia kembali komat-kamit membaca mantra dengan mata tertutup. Aki Harsa membuka mata, mengarahkan keris tersebut tepat ke dada Kalina, yang terbaring tidak berdaya. Tiba-tiba sebuah cahaya terang menyilaukan muncul mengagetkan. Aki tua tersebut menyipitkan mata dan menutup dengan lengan tangan demi menghindari pantulan cahaya menyilaukan. Cahaya terang itu kembali terbang melesat ke atas langit, kembali gelap bersamaan dengan permata dan tubuh Kalina yang ikut lenyap dari pandangan. "Sial!" pekik kakek tua tersebut geram. "Tumbal pengantin iblisku, kembalikan!" Ki Harsa semakin meradang, kepala mendongak melihat kanan kiri. Gerakan cahaya tadi begitu cepat, dia tidak sempat melihat sosok yang membawa tubuh Kalina dan Permata Aurora. "Kalian bertiga, ayo pergi kejar dia!" suruhnya pada Natalia dan ka

  • Tumbal Pengantin Iblis   48. Sayap-sayap Cinta

    Elang berhenti di atas atap gedung sekolahnya, dibaringkan tubuh lemas Kalina dengan perlahan. Ketakutan yang selama ini hinggap di hati menjadi nyata. Tubuh orang yang ia cintai berbaring tidak berdaya, gelapnya malam seolah ikut mengiringi rintihan hati. "Maaf Kalina aku gagal melindungimu," tetesan air mata Elang jatuh membasahi kelopak mata Kalina. Elang menarik napas dalam diciumnya bibir Kalina, memasukkan kembali permata tersebut ke dalam tubuh gadis yang ia cintai. Dia juga menyalurkan energi kehidupan miliknya ke dalam tubuh Kalina. Tidak lama, Elang menarik wajah yang kini mendadak pias. Tubuh siluman tampan itu terasa remuk redam, jiwa terasa hampir lenyap masuk ke dalam tubuh Kalina, wajahnya memucat. Dia menunggu beberapa saat, betapa bahagia Elang ketika kelopak mata Kalina mulai bergerak-gerak. "Elang," lirih Kalina. "Kalina, bagaimana perasaan kamu sekarang, sudah lebih baik, kah?" ujar Elang membimbing Kalina duduk. "Aku rasa begitu."

  • Tumbal Pengantin Iblis   49. Serpihan Hati

    Tubuh Gavin (Elang) dalam pelukan Kalina perlahan terangkat dengan sendiri. Seolah-olah melawan gravitasi bumi. Sayap-sayap yang menyatu di balik punggung bersinar lebih cerah dari biasanya. Kalina semakin menangis meraung-raung. Rasa kehilangan menggelayut resah bagai sembilu menusuk hati, menyayat dan mengoyaknya. "Gavin!" teriak Kalina untuk pertama kali memanggil nama Elang yang sebenarnya, memecah keheningan malam. Sayap-sayap Elang berjatuhan satu demi satu beriringan dengan tubuhnya yang mulai melebur menjadi butiran-butiran kecil seperti kristal yang bersinar dan menghilang ketika menyentuh tanah. Kalina menggapai sebuah bulu yang jatuh di telapak tangannya. Digenggam bulu tersebut namun tiba-tiba menghilang begitu saja. Kalina semakin meraung-raung. "Gavin!" teriaknya lagi melihat tubuh pemuda yang dicintai melayang perlahan melebur. Siluman tampan yang bernama Gavin tersebut pergi tanpa menjelaskan hal yang belum dijelaskan, tentang permata, tentang ca

  • Tumbal Pengantin Iblis   50. Menentukan Takdir Sendiri (Season 1 Selesai)

    Sebuah mobil hitam berhenti di sebuah mansion mewah dekat hutan. Seorang lelaki gagah turun dari mobil lalu mengangkat tubuh seorang gadis yang terlihat tidak sadarkan diri. Seorang wanita ayu mengenakan kebaya putih berjalan anggun mendekati. "Elard, dia—." Wanita itu tercengang melihat gadis tersebut. "Dia Kalina, Ibu," jawab Elard. "Saya akan jelaskan nanti, lebih baik kita masuk sekarang bukan?" Wanita yang dipanggil ibu oleh Elard tersebut menganggukkan kepala. "Ayo!" ajaknya. Kalina, Elard baringkan di sebuah ranjang empuk. Lelaki tersebut kemudian menjelaskan duduk permasalahan. Wanita yang duduk di samping ranjang itu membelai rambut panjang Kalina dengan air mata menetes. "Dia sangat mirip sekali dengan Sekar," ujarnya. "Sebenarnya apa yang terjadi, Ibu. Aku tadi melihat ibu terkejut saat mendengar nama Gavin," ujar Elard. "Dia kawan lamaku, kau sudah mendengar selalu bukan. Jika aku adalah Anantari, Ratu kerajaan Nigela. Di ma

  • Tumbal Pengantin Iblis   Pengumuman!

    Pengumuman! Season 1 Tumbal Pengantin Iblis selesai, yuks, baca juga karya author KarRa yang lain -Love Sugar Daddy (mafia, dark romance, tamat) -Godaan Memikat Lelaki Penguasa (adult romance, tamat) -Jaran Goyang Ratu Rengganis Blurb: "Berikan aku ragamu, maka akan aku kabulkan segala keinginanmu, Rengganis.” Suara melantun itu membuat wanita berparas rupawan yang dipanggil Rengganis, menengadah dari posisi bersimpuh, menatap sosok wanita setengah tembus pandang yang melayang di hadapannya dengan kabut tebal menyelimuti tubuh wanita itu. Manik hitam segelap malam milik Rengganis terlihat basah, memancarkan kesedihan yang begitu dalam. Debu dan kotoran tebal menghiasi wajahnya, menunjukkan betapa tersiksa dan terabaikan dirinya untuk waktu yang cukup lama. Melihat keterpurukan Rengganis, wanita itu menyeringai, kakinya turun menapak tanah. “Aku bisa membantumu membalaskan dendam, entah kepada jalang bernama Madhavi … ataupun bajingan yang kau panggil

  • Tumbal Pengantin Iblis   51. Season Dua -Penyesalan Anantari-

    Kalina sedang duduk di sebuah kamar memperhatikan sebuah kalung yang beberapa waktu lalu diberikan oleh calon mertuanya sebagai hantaran pertunangan. Seorang wanita ayu bernama Anantari, kecantikan yang sempat membuat Kalina iri lantaran di usia yang tidak lagi muda Anantari masih tampil cantik mempesona. “Kau menyukainya, Sayang?” suara bariton terdengar. Lelaki itu menghampiri kemudian memeluk tubuh sang wanita. Semilir angin malam berembus masuk lewat jendela kamar yang tidak tertutup. Lampu samar menyela menambah kesan romantis dua sejoli di mabuk asmara itu. “Tentu, lihatlah liontin ini sangat bagus,” ujar Kalina. “Sayang, ada ibu Anantari,” imbuh Kalina mengingatkan sang lelaki yang mulai menyusupkan kepala ke ceruk lehernya. Yah, lelaki yang menjadi tunangan Kalina adalah Elard, kepala sekolah calon suami idaman wanita. Pasca insiden yang menimpa Kalina, keduanya semakin dekat. Beberapa tahun berlalu, di mana sekarang Kalina sudah lulus kuliah. Akhirnya E

Bab terbaru

  • Tumbal Pengantin Iblis   Kastil Tuan Abraham

    Zaman now.Seorang wanita cantik berada di perpustakaan sebuah castle kuno yang masih terjaga sampai sekarang. Di ditemani seorang lelaki paruh baya bersama sang istri. Mereka tengah berbincang dengan serius. Perpustakaan bak lautan buku di mana banyak sekali rak-rak terisi penuh hingga menjulang tinggi hampir ke langit-langit. Lantai marmer nan bersih dan buku tanpa debu menandakan tempat tersebut terawat dengan baik.“Saya menyukai tempat ini, ini sangat luar biasa dan sangat bersih.” Suara melantun merdu dari wanita berambut panjang tergerai indah.“Nyonya Anantari terlalu memuji,” balas seorang wanita yang kemudian duduk di kursi kayu berseberangan lawan bicaranya.Anantari tersenyum kemudian kembali berkutat pada buku bacaan yang sudah dia ambil.“Aku sangat terkejut ketika Nyonya Anantari memberi kabar terkait kalung peninggalan teman Anda.” Kali ini suara seorang lelaki terdengar.Kedua wanita elegan itu menoleh ke arah sumber suara, seorang lelaki yang masih terlihat tampan mes

  • Tumbal Pengantin Iblis   Meyakinkan Nenek Arimbi

    “Kumpulkan para sesepuh dan para pemimpin ras, panggil juga gadis bernama Sekar!” Raja Arsen berkata seraya membalikkan badan. Dia memijat kening yang berdenyut, kaki panjang itu melangkah keluar kamar meninggalkan tiga temannya yang masih diam membisu. Mereka mencoba memposisikan diri di tempat Raja Arsen. Benar-benar situasi sulit dilalui, bukan? Anantari menoleh ke arah dua lelaki yang juga sama bingungnya. “Aku akan menyusul Sekar.” Gavin mendelik menatap Anantari yang tertunduk, “Apa yang akan kau lakukan?” “Gavin, aku tahu ini tidak benar, aku juga tidak tega melihat Kalina menderita. Namun, bagaimana jika takdir itu memang membawa Kalina datang ke mari untuk suatu hal. Tidakkah kalian pikir banyak misteri tentang Nigella yang belum terungkap dan menemui titik terang? Seolah hidup kita dikendalikan sesuatu. Tidakkah kalian curiga para sesepuh menyembunyikan sesuatu?” “Curiga, tentu aku sangat curiga lebih dari yang kalian tahu. Namun, apa yang bisa kita lakukan?” Lamont ber

  • Tumbal Pengantin Iblis   Perawan atau Tidak, Asal itu Kamu!

    Kalimat bak omong kosong terdengar dari bibir Elard hingga membuat Kalina merinding. Bukan karena tidak percaya, banyak yang tadinya dianggap diluar nalar terjadi begitu saja. Tidak ada hal mustahil seperti dia terlempar ke masa lalu. Maka tidak heran bilamana Elard beranggapan telah bereinkarnasi. Itu membuat sedikit khawatir, reinkarnasi terjadi ketika seseorang telah meninggal. “Jika memang bereinkarnasi, artinya Elard di Kerajaan Nigella mati.” Kalina menatap Elard sendu. Elard menyadari raut muka Kalina yang berubah, lelaki itu lalu berkata, “Aku rela mati untukmu.” Jawaban Elard membuat Kalina melebarkan mata. Gadis itu denial pada perasaan sendiri. Jika mengingat cerita yang pernah terlontar pada mulut Gavin saat siluman itu berada di dunianya sebagai Elang, maka kematian dan runtuhnya kerajaan Nigella terjadi. Namun, nasib membawa Kalina isekai ke dunia lain, Kerajaan Nigella yang sama sekali tidak diketahui keberadaannya. Tidak ada catatan dalam sejarah tentang Kerajaan Ni

  • Tumbal Pengantin Iblis   Darah Manis Pemikat Iblis (18+)

    Kalina menggigit bibir bagian bawah menahan perasaan membuncah hingga membuat hampir gila. “Elard.” Kalina memanggil nama calon suaminya. Gadis itu melihat wajah tampan Elard dengan seksama. Mereka sama-sama telanjang, berbagi peluh untuk mengarungi samudra kenikmatan. Wajah berpeluh Elard yang terlihat dewasa dari ketika dia melihat di Kerajaan Nigella masih terlihat muda. Namun demikian, gambaran eksotis ekspresi ketegangan dan tatapan tajam masih sama membuat gelayar aneh menjalar di tubuh Kalina. Elard menggerakkan tubuhnya di atas Kalina semakin kencang. “Iya, Sayang, terus panggil namaku!” Lelaki itu mengecup telapak tangan Kalina yang menyentuh bibirnya dan menggigitnya. Kedua tangan Elard sibuk meremas dada Kalina yang terguncang-guncang. Kalina semakin berteriak lantang hingga suaranya benar-benar habis. Pertarungan panas untuk mencapai puncak kebahagiaan yang sesungguhnya dengan menyebut nama masing-masing saat ledakan dahsyat membuat lemas dan tersengal kehabisan napas.

  • Tumbal Pengantin Iblis   83. Bukan Anugrah, tapi Kutukan

    “Mimpi ini lagi.” Suara lirih bariton terdengar. Di mana cahaya putih menyilaukan samar menghilang tergantikan tempat yang sangat asing, banyak gedung-gedung pencakar langit. Serta bunyi bising membuat lelaki itu menutup telinga beberapa kali. Alat transportasi yang belum pernah Gavin temui sebelumnya. Dia mencoba menempatkan diri dengan baik, senyuman Kalina benar-benar memabukkan hingga dirinya rela tinggal di mana saja asal dapat mendekap hangat tubuh gadis itu. Mimpi yang terasa nyata, hanya ada Gavin dan Kalina, keduanya menghabiskan waktu bersama penuh kebahagiaan, sampai kepulan asap tebal datang. Suasana berubah mencekam dan gulita, kepulan asap mengepung dan melenyapkan Kalina. Gavin mempertaruhkan hidup dengan menukar nyawa demi menyelamatkan orang yang dicinta. Saat-saat genting, seorang lelaki gagah datang menghampiri menyelamatkan Kalina, ketika Gavin terlihat sekarat rasanya ingin mengumpat bahwa lelaki yang disambut Kalina adalah Elard. Hatinya remuk bukan main, Gavin

  • Tumbal Pengantin Iblis   82. Dada yang Menggoda

    Raja Arsen duduk di singgasana, terlihat gagah dalam balutan pakaian kerajaan dan mahkota. Tanpa rasa takut dirinya mulai memantapkan diri. Ada orang berharga yang sekarang dalam genggaman, dia tidak ingin siapa pun menyakiti atau merebutnya. Meski masa depan dari beberapa alur cerita yang pernah terjadi, tetapi hal-hal terpenting masa depan sesuai apa yang terjadi di masa lalu. Kehadiran Kalina bukan untuk mengubah masa depan, tetapi untuk mengukuhkan pondasi keberadaan Permata Aurora sebagai simbol ras siluman. “Seperti yang sudah diperintahkan, untuk sementara Elard dari ras siluman Harimau tidak diizinkan keluar rumah karena sebagai pemicu skandal. Hukuman tersebut terdengar ringan karena pada waktu itu belum disahkan secara resmi calon ratu dan pertunangan.” Gavin sebagai ketua ras siluman Elang yang baru mewakili berbicara. Alasan cukup logis, mengingat beberapa waktu lalu ada insiden tidak terduga dengan hilangnya Kalina.Tuan Fariz memperhatikan, kata mata-mata yang ditempatk

  • Tumbal Pengantin Iblis   81. Hasrat tak Tertahan Raja Arsen

    Sore itu, Kalina benar-benar langsung dijemput kereta kuda Istana, di mana Raja Arsen yang hadir langsung untuk membawa. Sebagai hukuman, Elard tidak diizinkan untuk pergi ke Istana apalagi sampai bersua dengan Kalina. Sebanyak apa pun Kalina merengek dan menangis, Raja Arsen hanya diam, lebih diam dari biasanya. Keluarga Elard mengingatkan jika dirinya harus berhati-hati dan waspada dengan para sesepuh. ‘Aku ingin pulang ke tempat asalku, aku lelah.’ Kalina mendongakkan kepala, punggungnya dia rebahkan di sandaran kursi kereta kuda. ‘Jangan pernah percaya siapa pun ketika kau di Istana,’ bisik Ibu Elard ketika mereka berpelukan tadi. Kalina ingat, perpisahan penuh tangis pun terjadi, ibu Elard pun berat untuk melepas kepergian Kalina, di mana sebenarnya dia sangat berharap Kalina yang akan menjadi menantunya. Satu masalah mengganjal adalah hukuman yang belum diputuskan untuk Elard. Hubungan terlarang terkuak menjadi aib luar biasa memalukan. Meski pada akhirnya para sesepuh dan

  • Tumbal Pengantin Iblis   80. Tubuh Menggairahkan

    “Apa kepalamu terbentur ketika kakakku menggagahimu semalam?” Kalimat yang terlontar dari mulut Anantari membuat Kalina melongo mirip keledai, bagaimana mungkin Anantari mengucapkan hal yang sungguh diluar dugaan dan membuat malu. “Saya baik-baik saja, Nona Anantari. Elard memperlakukan saya dengan baik. Meski dia agak kasar dan sedikit memaksa.” Bayangan tubuh sexy menggairahkan Elard terpampang jelas. “Seperti yang Nona katakan, jika Raja Arsen dan para sesepuh mengharapkan saya kembali, maka saya akan kembali ke istana.” Kalina mendekat ke telinga Anantari, “Jika benar kedatangan saya berkaitan dengan kalung dan juga bulan, maka dalam waktu dekat saya akan kembali ke tempat asal. Segala hal terjadi mungkin akan menemui titik temu, Nona. Saya sumber masalah akan menghilang.”Anantari memeluk Kalina lalu ikut berbisik, “Jadi, kita akan berpisah?” Anantari menghela napas panjang lalu berucap dengan sedikit mengeraskan suara, “Tata kramamu semakin meningkat dalam berbicara. Aku lebih

  • Tumbal Pengantin Iblis   79. Gerakan yang Memprovokasi (18+)

    Kalina menggeliatkan tubuhnya yang telanjang dari bali selimut, rasanya enggan untuk bangun meski sinar sang surya sudah memancar menyilaukan mata. Tubuh terasa lemas dan sakit seperti habis terlindas beban berat. “Aunch … sakit ….” “Kau sudah bangun?” Kalina melihat ke arah dekat jendela, di mana Elard sudah duduk mengenakan kemeja putih dan celana formal hitam. Aroma kopi menguar, tersaji dua cangkir masih mengepul panas di meja bersama roti dan selai. “Aku sudah membawakanmu air cuci muka.” Tangan berotot itu mengacungkan jari ke arah nakas dekat ranjang. “Bangunlah dan sarapan dahulu, pelayan sedang ke rumah utama mengambilkan pakaian untukmu! Atau kau mau aku bantu bangun?” ujar Elard melihat Kalina nyengir ketika beringsut duduk. “Aku bisa sendiri.” Gadis itu melilitkan selimut kemudian pelan bangun dari ranjang dan membasuh wajah. “Maafkan aku, itu pengalaman pertamamu, ini juga pertama kali untukku. Sepertinya aku kurang berpengalaman hingga membuatmu kesakitan. Tidak seh

DMCA.com Protection Status