"Kedua orang tua Sekar diseret pergi. Karena penasaran aku mengendap-endap keluar dari persembunyian dan mengikuti mereka," lanjut nenek Sekar bercerita. "Akhirnya mereka berhenti di sebuah air terjun." Sang Nenek memukul-mukul dada, ingatan mengenaskan tersebut muncul kembali dalam benak. Sungguh peristiwa menyakitkan sepanjang hidup, rasa nyeri masih terasa sangat. "Lalu?" Gavin nampak tidak sabar. "Mereka melempar tubuh anak dan menantuku ke sebuah lingkaran berapi." Sang nenek menangis berteriak. Dia mengepalkan kedua tangan, tatapan benci terlihat jelas pada kobaran api di tungku. "Mantra dirapalkan dengan cepat. Anak dan menantuku dibakar hidup-hidup oleh mereka, aku masih sangat jelas mendengar teriakan kesakitan mereka berdua begitu pilu dan menyayat hati. Tubuhku melemas aku terduduk membekap mulutku sendiri, agar tangisan seorang ibu ini tidak terdengar oleh mereka." Nenek Sekar memejamkan mata, lelehan air bening mengucur deras membasahi pipi re
Satu minggu kemudian, tengah malam. Gavin mengatur sebuah siasat, berpura-pura mengajak Elard, si siluman harimau untuk mengikuti Lamont —siluman serigala— berkeliling hutan berburu mangsa. Siluman elang berusaha menggiring kedua sahabatnya ke bukit waktu pertama kali sang raja memperlihatkan gadis pujaannya. "Senang sekali malam-malam ada yang menemaniku," kelakar Lamont dengan wujud serigala. "Sekali-kali kami juga ingin menikmati malam seperti kawananmu," tukas Gavin menyembunyikan niat sebenarnya. "Tunggu kenapa di air terjun sana banyak manusia berkumpul? Apa yang akan mereka lakukan?" tanya Elard, dia yang juga masih berwujud hewan harimau mengitari tempat Gavin dan Lamont berdiri kedua temannya itu sudah dalam wujud manusia. "Aku tidak tau, mau coba mendekat?“ tanya Lamont mengajak karena dia pun sama penasarannya. Gavin tersenyum, rencananya berhasil membuat kedua sahabatnya penasaran. 'Bagus, ayo kita mendekat,' bisik siluman elang dal
Jaman Now Siang itu Kalina membawa sepiring nasi beserta lauk untuk disantap berdua dengan Elang . Bukan karena di rumah tidak ada piring lain, tapi ia berbuat demikian agar tidak ketahuan para pembantu jika di dalam kamar bersembunyi cowok alias siluman super ganteng. "Kita makan sepiring berdua ya, kalau aku bawa banyak piring takutnya pembantu curiga," jelas Kalina, meletakkan nampan berisi nasi dan sebotol besar air mineral di atas meja balkon kamarnya. "Itu saja sudah cukup." Elang tersenyum manis. 'Wajahnya putih mulus, bibirnya sexy. Ternyata jika siang rambut Elang terlihat sedikit pirang. Benar-benar cowok tiga dimensi yang cantik. Idaman para wanita pencinta opa-opa. Rasanya enggak bakalan bosan melihat.' Hati Kalina meleleh. Kring … kring … kring …. Bunyi ponsel menghancurkan imajinasi Kalina. "Halo Ma … Pa …," sapa Kalina mengangkat panggilan. "Iya Kalina gak apa-apa, ada pangeran tampan, maksud Kalina ada orang baik hati yang menyelamatkan
Jaman Old. Suara riuh riang gembira menyambut pernikahan megah di istana. Mereka berkumpul bergembira menyambut kehadiran Ratu masa depan. Rakyat jelata dari bangsa manusia dan siluman berkumpul ikut meramaikan kebahagiaan itu. Putri siluman Harimau, Anantari gadis yang disegani, dia baik hati pada semua tanpa memandang status dan klan. Tidak sombong dan sikapnya sopan selalu hormat pada yang lebih tua. Rambut hitam indah panjang terurai. Paras sangat cantik menawan, berperawakan tinggi seperti foto model dan badannya sexy bak gitar Spanyol jika dia hidup pada era modern. Dia seorang primadona bagi pemuda bangsa manusia maupun bangsa siluman. Malangnya dia tidak mendapat cinta dari Arsen sang raja. Dalam kesedihan dia tetap tegar berusaha mengemban tanggung jawab sebagai Ratu masa depan. Senyumnya tersungging meski hati ingin menangis pilu. "Nasibnya tak secantik wajahnya, sungguh tragis dan malang," celetuk Lamont, siluman serigala. Pukulan ringan siluman elang langsung
Di sudut ruangan istana yang sepi, Sekar terduduk lemas. Air matanya mengalir keluar begitu saja, tubuhnya masih gemetaran. Gavin ikut duduk di sampingnya, menatap penuh khawatir. Gavin menelan saliva, "Penglihatanmu melihat sesuatu tadi?" tanya pemuda siluman itu yang dijawab anggukan kepala oleh Sekar. "Tenangkan dulu dirimu, ceritakan jika kamu sudah mulai tenang," imbuhnya seraya membelai rambut Sekar dengan lembut. "Wow." Suara bariton mengejutkan, "sungguh pemandangan langka," ujar Lamont cekikikan yang tiba-tiba berdiri di depan mereka tanpa disadari. "Tidak kusangka Gavin si siluman elang yang terkenal lembut hati, dengan ketampanan terpopuler seantero jagad nomor dua setelah aku. Dia membuat seorang gadis menangis," timpal Elard siluman harimau tersenyum mengejek. "Berhentilah berkelakar, lebih baik kalian bantu aku menenangkan gadis ini. Alangkah baiknya jika kalian menolongku mencari tempat aman dan tidak berisik." Siluman elang mendelik
"Sampai saat ini Anda masih seorang gadis perawan walau sudah menikah dengan Raja. Baginda tidak pernah melihat Anda, beliau tidak pernah sekalipun menyentuh Anda. Setiap malam Anda hanya dapat menangis meratapi nasib. Menyaksikan yang mulia Raja bermesraan dengan selirnya, bukankah begitu Ratuku." Sekar menghentikan ocehannya. "Beraninya kau!" Elard melebarkan mata tidak terima dengan ucapan kasar gadis manusia itu. "Tahan emosimu Kakak, gadis itu berkata benar," sang Ratu mulai meneteskan air mata. "Tapi Ratu, tidakkah Anda tahu. Ada orang lain yang jauh lebih baik dari baginda, yang tidak akan menduakan Anda, yang sangat mencintai dengan tulus dan rela mengorbankan nyawanya sendiri demi melindungi Anda." "Apa maksudmu?" tanya sang Ratu menelengkan kepala. Sekar mengacungkan jari pada Lamont sang siluman serigala, semua mata langsung tertuju kepada sang siluman yang dimaksud. "Se … sepertinya aku … aku harus menemui sang Raja untuk mempe
Sekar paham apa yang ada dalam pikiran Gavin. Gadis itu menatap manik mata gelap milik siluman tampan itu. Bahkan dia sempat menundukkan kepala menyembunyikan rona wajah semerah apel. Dalam diam mereka kembali saling menatap. Siluman Elang menarik dengan lembut kepala Sekar agar mendekat pada wajahnya. Dikecupnya bibir mungil itu, Sekar hanya diam. Untuk kemudian siluman tampan itu mulai menyatukan bibir mereka kembali. Kali ini Sekar membalas ciumannya. Ciuman yang semakin dalam. Merengkuh manis indahnya cinta yang bersemi. Jantung keduanya berparade keras, seperti hendak loncat keluar. Ciuman berakhir, dengan perasaan bahagia siluman tampan elang semakin mengencangkan pelukan membawa Sekar kembali melayang seolah memamerkan pada langit bahwa ia sedang bahagia tengah jatuh cinta. *** Sore harinya, di Kerajaan Nigella. Api mulai berkobar di sepanjang istana timur tanpa tahu penyebabnya. Istana yang tengah riuh gembira itu berubah menjadi gaduh penuh teriakan. Kerumunan
"Menangislah Ratuku jika Anda ingin menangis," ujar siluman serigala. Ratu langsung berlari menghambur ke pelukan Lamont siluman serigala bermata tajam itu. Siluman serigala terbengong sesaat kemudian berusaha menepuk-nepuk punggung sang Ratu menenangkannya. Elard mengamati dari sedari tadi terkejut, hendak berdiri ingin memisahkan mereka, tetapi dicegah oleh Gavin siluman elang. "Pahamilah adikmu butuh bersandar pada orang yang mencintainya. Kau tau ini terlalu berat baginya," ujar siluman elang menasehati. Siluman harimau yang sempat hendak bangkit dari duduk melunak dan kembali duduk di kursi kayu yang berukir indah itu. "Baginda bahkan tidak mencegah kepergianku, dia lebih memilih bersama selirnya. Apa kurangku sebagai seorang wanita," ratap Ratu Anantari. "Bagi saya, Anda wanita paling sempurna Ratuku. Anda baik hati, Anda pintar dan bijaksana lebih dari wanita mana pun," ucap siluman serigala. "Kebakaran Istana Timur benar terjad
Zaman now.Seorang wanita cantik berada di perpustakaan sebuah castle kuno yang masih terjaga sampai sekarang. Di ditemani seorang lelaki paruh baya bersama sang istri. Mereka tengah berbincang dengan serius. Perpustakaan bak lautan buku di mana banyak sekali rak-rak terisi penuh hingga menjulang tinggi hampir ke langit-langit. Lantai marmer nan bersih dan buku tanpa debu menandakan tempat tersebut terawat dengan baik.“Saya menyukai tempat ini, ini sangat luar biasa dan sangat bersih.” Suara melantun merdu dari wanita berambut panjang tergerai indah.“Nyonya Anantari terlalu memuji,” balas seorang wanita yang kemudian duduk di kursi kayu berseberangan lawan bicaranya.Anantari tersenyum kemudian kembali berkutat pada buku bacaan yang sudah dia ambil.“Aku sangat terkejut ketika Nyonya Anantari memberi kabar terkait kalung peninggalan teman Anda.” Kali ini suara seorang lelaki terdengar.Kedua wanita elegan itu menoleh ke arah sumber suara, seorang lelaki yang masih terlihat tampan mes
“Kumpulkan para sesepuh dan para pemimpin ras, panggil juga gadis bernama Sekar!” Raja Arsen berkata seraya membalikkan badan. Dia memijat kening yang berdenyut, kaki panjang itu melangkah keluar kamar meninggalkan tiga temannya yang masih diam membisu. Mereka mencoba memposisikan diri di tempat Raja Arsen. Benar-benar situasi sulit dilalui, bukan? Anantari menoleh ke arah dua lelaki yang juga sama bingungnya. “Aku akan menyusul Sekar.” Gavin mendelik menatap Anantari yang tertunduk, “Apa yang akan kau lakukan?” “Gavin, aku tahu ini tidak benar, aku juga tidak tega melihat Kalina menderita. Namun, bagaimana jika takdir itu memang membawa Kalina datang ke mari untuk suatu hal. Tidakkah kalian pikir banyak misteri tentang Nigella yang belum terungkap dan menemui titik terang? Seolah hidup kita dikendalikan sesuatu. Tidakkah kalian curiga para sesepuh menyembunyikan sesuatu?” “Curiga, tentu aku sangat curiga lebih dari yang kalian tahu. Namun, apa yang bisa kita lakukan?” Lamont ber
Kalimat bak omong kosong terdengar dari bibir Elard hingga membuat Kalina merinding. Bukan karena tidak percaya, banyak yang tadinya dianggap diluar nalar terjadi begitu saja. Tidak ada hal mustahil seperti dia terlempar ke masa lalu. Maka tidak heran bilamana Elard beranggapan telah bereinkarnasi. Itu membuat sedikit khawatir, reinkarnasi terjadi ketika seseorang telah meninggal. “Jika memang bereinkarnasi, artinya Elard di Kerajaan Nigella mati.” Kalina menatap Elard sendu. Elard menyadari raut muka Kalina yang berubah, lelaki itu lalu berkata, “Aku rela mati untukmu.” Jawaban Elard membuat Kalina melebarkan mata. Gadis itu denial pada perasaan sendiri. Jika mengingat cerita yang pernah terlontar pada mulut Gavin saat siluman itu berada di dunianya sebagai Elang, maka kematian dan runtuhnya kerajaan Nigella terjadi. Namun, nasib membawa Kalina isekai ke dunia lain, Kerajaan Nigella yang sama sekali tidak diketahui keberadaannya. Tidak ada catatan dalam sejarah tentang Kerajaan Ni
Kalina menggigit bibir bagian bawah menahan perasaan membuncah hingga membuat hampir gila. “Elard.” Kalina memanggil nama calon suaminya. Gadis itu melihat wajah tampan Elard dengan seksama. Mereka sama-sama telanjang, berbagi peluh untuk mengarungi samudra kenikmatan. Wajah berpeluh Elard yang terlihat dewasa dari ketika dia melihat di Kerajaan Nigella masih terlihat muda. Namun demikian, gambaran eksotis ekspresi ketegangan dan tatapan tajam masih sama membuat gelayar aneh menjalar di tubuh Kalina. Elard menggerakkan tubuhnya di atas Kalina semakin kencang. “Iya, Sayang, terus panggil namaku!” Lelaki itu mengecup telapak tangan Kalina yang menyentuh bibirnya dan menggigitnya. Kedua tangan Elard sibuk meremas dada Kalina yang terguncang-guncang. Kalina semakin berteriak lantang hingga suaranya benar-benar habis. Pertarungan panas untuk mencapai puncak kebahagiaan yang sesungguhnya dengan menyebut nama masing-masing saat ledakan dahsyat membuat lemas dan tersengal kehabisan napas.
“Mimpi ini lagi.” Suara lirih bariton terdengar. Di mana cahaya putih menyilaukan samar menghilang tergantikan tempat yang sangat asing, banyak gedung-gedung pencakar langit. Serta bunyi bising membuat lelaki itu menutup telinga beberapa kali. Alat transportasi yang belum pernah Gavin temui sebelumnya. Dia mencoba menempatkan diri dengan baik, senyuman Kalina benar-benar memabukkan hingga dirinya rela tinggal di mana saja asal dapat mendekap hangat tubuh gadis itu. Mimpi yang terasa nyata, hanya ada Gavin dan Kalina, keduanya menghabiskan waktu bersama penuh kebahagiaan, sampai kepulan asap tebal datang. Suasana berubah mencekam dan gulita, kepulan asap mengepung dan melenyapkan Kalina. Gavin mempertaruhkan hidup dengan menukar nyawa demi menyelamatkan orang yang dicinta. Saat-saat genting, seorang lelaki gagah datang menghampiri menyelamatkan Kalina, ketika Gavin terlihat sekarat rasanya ingin mengumpat bahwa lelaki yang disambut Kalina adalah Elard. Hatinya remuk bukan main, Gavin
Raja Arsen duduk di singgasana, terlihat gagah dalam balutan pakaian kerajaan dan mahkota. Tanpa rasa takut dirinya mulai memantapkan diri. Ada orang berharga yang sekarang dalam genggaman, dia tidak ingin siapa pun menyakiti atau merebutnya. Meski masa depan dari beberapa alur cerita yang pernah terjadi, tetapi hal-hal terpenting masa depan sesuai apa yang terjadi di masa lalu. Kehadiran Kalina bukan untuk mengubah masa depan, tetapi untuk mengukuhkan pondasi keberadaan Permata Aurora sebagai simbol ras siluman. “Seperti yang sudah diperintahkan, untuk sementara Elard dari ras siluman Harimau tidak diizinkan keluar rumah karena sebagai pemicu skandal. Hukuman tersebut terdengar ringan karena pada waktu itu belum disahkan secara resmi calon ratu dan pertunangan.” Gavin sebagai ketua ras siluman Elang yang baru mewakili berbicara. Alasan cukup logis, mengingat beberapa waktu lalu ada insiden tidak terduga dengan hilangnya Kalina.Tuan Fariz memperhatikan, kata mata-mata yang ditempatk
Sore itu, Kalina benar-benar langsung dijemput kereta kuda Istana, di mana Raja Arsen yang hadir langsung untuk membawa. Sebagai hukuman, Elard tidak diizinkan untuk pergi ke Istana apalagi sampai bersua dengan Kalina. Sebanyak apa pun Kalina merengek dan menangis, Raja Arsen hanya diam, lebih diam dari biasanya. Keluarga Elard mengingatkan jika dirinya harus berhati-hati dan waspada dengan para sesepuh. ‘Aku ingin pulang ke tempat asalku, aku lelah.’ Kalina mendongakkan kepala, punggungnya dia rebahkan di sandaran kursi kereta kuda. ‘Jangan pernah percaya siapa pun ketika kau di Istana,’ bisik Ibu Elard ketika mereka berpelukan tadi. Kalina ingat, perpisahan penuh tangis pun terjadi, ibu Elard pun berat untuk melepas kepergian Kalina, di mana sebenarnya dia sangat berharap Kalina yang akan menjadi menantunya. Satu masalah mengganjal adalah hukuman yang belum diputuskan untuk Elard. Hubungan terlarang terkuak menjadi aib luar biasa memalukan. Meski pada akhirnya para sesepuh dan
“Apa kepalamu terbentur ketika kakakku menggagahimu semalam?” Kalimat yang terlontar dari mulut Anantari membuat Kalina melongo mirip keledai, bagaimana mungkin Anantari mengucapkan hal yang sungguh diluar dugaan dan membuat malu. “Saya baik-baik saja, Nona Anantari. Elard memperlakukan saya dengan baik. Meski dia agak kasar dan sedikit memaksa.” Bayangan tubuh sexy menggairahkan Elard terpampang jelas. “Seperti yang Nona katakan, jika Raja Arsen dan para sesepuh mengharapkan saya kembali, maka saya akan kembali ke istana.” Kalina mendekat ke telinga Anantari, “Jika benar kedatangan saya berkaitan dengan kalung dan juga bulan, maka dalam waktu dekat saya akan kembali ke tempat asal. Segala hal terjadi mungkin akan menemui titik temu, Nona. Saya sumber masalah akan menghilang.”Anantari memeluk Kalina lalu ikut berbisik, “Jadi, kita akan berpisah?” Anantari menghela napas panjang lalu berucap dengan sedikit mengeraskan suara, “Tata kramamu semakin meningkat dalam berbicara. Aku lebih
Kalina menggeliatkan tubuhnya yang telanjang dari bali selimut, rasanya enggan untuk bangun meski sinar sang surya sudah memancar menyilaukan mata. Tubuh terasa lemas dan sakit seperti habis terlindas beban berat. “Aunch … sakit ….” “Kau sudah bangun?” Kalina melihat ke arah dekat jendela, di mana Elard sudah duduk mengenakan kemeja putih dan celana formal hitam. Aroma kopi menguar, tersaji dua cangkir masih mengepul panas di meja bersama roti dan selai. “Aku sudah membawakanmu air cuci muka.” Tangan berotot itu mengacungkan jari ke arah nakas dekat ranjang. “Bangunlah dan sarapan dahulu, pelayan sedang ke rumah utama mengambilkan pakaian untukmu! Atau kau mau aku bantu bangun?” ujar Elard melihat Kalina nyengir ketika beringsut duduk. “Aku bisa sendiri.” Gadis itu melilitkan selimut kemudian pelan bangun dari ranjang dan membasuh wajah. “Maafkan aku, itu pengalaman pertamamu, ini juga pertama kali untukku. Sepertinya aku kurang berpengalaman hingga membuatmu kesakitan. Tidak seh