"Astaghfirullah! Kalian berdua ini apa-apaan! " Kasman tiba-tiba datang di tengah Coki dan Gusti yang sedang bersiteru. Untung saja Kasman datang di saat yang tepat, karena terlambat sedikit saja, Kepalan tangan Gusti sudah mendarat di pipi Coki. "Coki, Gusti, sekarang jelaskan ke Om, kenapa kalian sampai bertengkar?! Bukannya kalian baru saja berkenalan? kalian, kan, bertetangga juga. Bukannya rukun, malah mau berkelahi macam anak kecil!""Dia, tuh, Om. Ngatain Coki kurir!""Lo, tuh, bilang Gue anak mami!"Jawab Coki dan Gusti bersamaan"Lha, Coki kamu, kan, memang kurir, lalu di mana salahnya? Lalu, Gusti, kamu kalau bukan anak mami lalu anak siapa?"Pertanyaan Kasman membuat Gusti semakin meledek Coki. Gantian, kali ini ia yang meletakkan posisi ibu jarinya ke bawah, tapi langsung memasang raut wajah masam setelah Kasman mengajukan pertanyaan yang sama kepadanya. "Memang iya, si. Tapi gara-gara itu, dia jadi merasa lebih berhak buat deketin Salsa, Om! " adu Coki lagi. "Salsa? A
Selamat Membaca. Ditunggu like dan komennya juga. Semoga suka ya***[Waalaikumsalam, Bu Rani]balas Bu Jihan, yang memang hampir selalu bisa dipastikan online setiap waktu. [Memang ada info apa Bu Rani? Bukannya biasanya Bu Rani yang selalu update sama berita komplek kita?][Yah, beberapa hari ini, kan, Saya lagi fokus buat menutup toko sayur saya, Jeng Jihan, jadi kurang peka sama lingkungan sekitar sini][Oh gitu. Oya, Bu, denger-denger sekarang anaknya Bu Dian yang ganteng itu ikutan kerja sama Mba Sri ya?]balas Bu Jihan. [Anaknya Bu Dian? Maksud Bu Jihan, Gusti?][Iya, si Gusti, dia sekarang udah besar, ganteng lagi. Kemaren katanya dia di suruh belajar bisnis sama Mba Sri biar nanti bisa terjun lagi ke perusahaan Pak Bagyo.]"Oh gitu. Pantas aja Coki uring-uringan begitu! Ternyata dia ada saingan buat deketin Salsa, tho. Kalau begitu, Saya harus gerak cepat ini, jangan sampai kekayaan Jeng Sri malah jatuh ke tangan Bu Dian." Tekad Bu Rani. ***"Salsa, ini mirip sekali sama m
Selamat membaca, mohon bantuannya untuk vote dan komennya ya kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. **"Cokiiiii!" pekik Bu Rani saat sore harinya melihat kemenakannya baru memasuki halaman rumah. Bahkan Coki belum sempat membuka helm dan memarkir kendaraan roda duanya. "Tau, ga, kalau kamu, kalah cepat sama tetangga kita, gimana, sih? Ga ada rumusnya itu, di keluarga kita, cowok Medan sampai ditolak sama cewek. Pokoknya, Tante akan bantu kamu sebisa Tante. Bagaimanapun caranya, kamu harus bisa jadian sama Salsa. Bodo amat itu, waktu Jeng Sri bilang kalau si Salsa udah punya tunangan, yang penting, kan, sebelum janur kuning melengkung, kita masih boleh berusaha," ujar Bu Rani berapi-api bak sedang berorasi di atas podium. Coki yang masih belum membuka helm, hanya samar saja mendengar perkataan tantenya itu, ia masih fokus pada sepeda motornya yang di perjalanan tadi sempat diserempet orang. "Ah, sial banget, Gue, hari ini. Udah, ga, ketemu Salsa, ni motor pake diserempet lagi!" get
"Ya udah, kan, emang itu coklat buat kamu. Oh iya, sebelum makan, kamu jangan lupa baca doa dulu ya, biar kalau ada yang ngirim sesuatu yang ga baik melalui coklat ini, bisa langsung hancur." "Siap, Ma."***"Pah, beberapa hari ini, Salsa sering banget dapet kiriman paket dari seseorang," tutur Mba Sri saat sedang menonton televisi berdua saja dengan sang suami. "Paket apa maksud, Mama?""Ya kiriman gitu, Pa. Isinya macem-macem. Mulai dari makanan, aksesoris, baju, kosmetik, sampai perhiasan juga pernah lho, Pa.""Ha?" Mata Mas Pai melebar saat Mba Sri menyebut kata perhiasan. "Dari siapa, Ma?""Nah itu dia, setiap paketnya datang, ga pernah tercantum siapa nama pengirimnya, hanya ada tulisan dari calon tante mertua. Gitu, Pa.""Bukan dari tunangannya?""Kayaknya bukan, Pa.""Terus semua paketnya, Salsa terima?""Ya iya, diterima, lha, Pa. Kan, memang semuanya buat Salsa. Mama juga udah kasih izin, si, ke Salsa.""Hati-hati juga, lho, Ma. Jangan asal nerima paket sembarangan. Terim
Selamat membaca, mohon bantuannya untuk rate, dan komennya ya kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. **"Tolong kembalikan saja mobil ini kepada pengirimnya, Pak!" perintah Mba Sri pada pegawai dealer yang mengirim mobil ke rumahnya. "Tapi, Ma, gimana kalau ga usah dikembaliin? Salsa suka banget mobilnya. Please," pinta Salsa sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada. Mba Sri menggeleng pelan pada Salsa. Membuat gadis itu akhirnya menurut. Dengan langkah yang sedikit diseret, Salsa lalu masuk ke dalam rumah, dan membiarkan ibunya yang mengurus mobil itu. "Baik, Bu. Kalau begitu, Saya minta tanda tangan di sini, sebagai bukti kalau Ibu menolak mobil yang kami kirimkan."Tanpa pikir lama, Mba Sri segera menandatangani selembar kertas yang diberikan oleh pegawai dealer. "Jeng Sri ..., kenapa mobilnya sampeyan tolak, tho? Itu, kan, Saya beli khusus buat Salsa," ucap Bu Rani yang tiba-tiba muncul di depan pagar rumah Mba Sri. Ia memang sengaja datang untuk melihat langsung mobil
"Ayolah, Jeng, masa iya, Jeng ga mau besanan sama, Saya? Saya aja mau banget, lho, besanan sama Jeng. Saya, tu, suka sama keluarga Jeng."Mba Sri hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Bu Rani. "Tapi, Bu, kan kemarin sudah Saya sampaikan, kalau Salsa itu sudah punya tunangan. Mana mungkin tiba-tiba Saya menjodohkan Coki dengan Salsa. Lagipula, walaupun kita ga berbesan, insyaa Allah, Saya sudah menganggap Bu Rani dan Ibu-ibu tetangga saya semua di sini sudah seperti saudara sendiri," ucap Mba Sri lagi, mencoba meyakinkan Bu Rani. "Tapi memangnya Jeng Sri yakin, kalau Gusti itu anak yang baik? Memang dia sayang dan cinta sama Salsa? Orang kata Coki aja, kemarin dia hampir memukulnya. Untung ada Kasman yang membantu Coki membela diri."Mba Sri menautkan alisnya, "Gusti? Apa hubungannya dengan Gusti?""Tunangannya Salsa itu, Gusti anaknya Bu Dian, kan, Jeng? Yang sekarang bekerja di sini juga?"Jeng Sri tertawa, sambil menutup mulutnya "Oh, bukan, Bu. Bukan Gusti, kok. Tunangan S
"Jadi juga Bu Anti yang sombong itu berbesan sama Jeng Sri, " keluh Bu Rani saat membaca undangan peresmian pertunangan Salsa dan Ardan.Ia terlihat sangat kecewa karena usahanya yang sudah cukup mengeluarkan banyak uang, gagal total. Jangankan bisa kembali lebih banyak seperti yang pernah ia harapkan di awal, sedikitpun tidak. Bahkan hilang tanpa bekas. Mobil yang sempat di pesannya untuk Salsa, terpaksa harus ia pakai sendiri, karena pihak dealer menolak untuk membelinya kembali.Tak berbeda dengan tantenya, Coki juga akhir-akhir ini terlihat kurang bersemangat. Sepertinya ia begitu patah hati saat mengetahui kalau Salsa sudah bertunangan. Saat bekerja pun ia tidak konsentrasi, sehingga sering mendapat teguran dari Pak Said, penanggung jawab kurir.***"Ngapain, Lo, bengong gitu? Udah stress, Lo?" tanya Gusti. Ia menghampiri Coki yang sedang duduk sendirian di kursi taman belakang rumah Mba Sri. Persis di pinggir kolam renang. "Woy!" Gusti melambai-lambaikan tangannya di depan wajah
Suasana rumah Mba Sri begitu meriah, lokasi pertunangan Salsa dan Ardan dipusatkan di taman belakang, tempat yang sama seperti saat acara syukuran rumah Mba Sri dulu. Meja-meja berbentuk bundar disertai dengan beberapa kursi yang mengelilinginya sudah diatur sedemikian rupa sehingga enak dipandang mata.Lampu hias kecil berwarna-warni menghiasi sebagian besar taman. Mulai dari pepohonan, tiang-tiang penyangga rumah, sampai kolam renang pun juga dihias begitu cantik.Meja panjang di tengah taman sudah tersaji berbagai makanan dan aneka kue-kue lezat menggugah selera.Alunan lagu 'Janji Suci' milik band Yovie dan Nuno terdengar di seantero taman. Lagu yang seakan-akan khusus dipersembahkan untuk kedua pasangan, Salsa dan Ardan.Dengarkanlah wanita pujaankuMalam ini akan kusampaikanHasrat suci kepadamu dewikuDengarkanlah kesungguhan iniAku ingin mempersuntingmuTuk yang pertamaDan terakhirJangan kau tolak dan buatku hancurKu tak akan mengulang tuk memintaSatu keyakinan hatiku in
Selamat membaca, jangan lupa subs, rate, love dan komen di setiap babnya ya kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. Alhamdulillah end ...! **Dua orang pemuda yang kini berada di taman belakang rumah Mba Sri hanya saling terdiam memandang pemandangan kolam renang di depan mereka. Sudah sejak lima belas menit berlalu, tapi tidak satupun yang memulai pembicaraan. Sang pria sedang berpikir apa yang sebaiknya ia katakan. Sedangkan sang wanita sedang menunggu kalimat apa yang akan keluar dari mulut sang pria. "Sebenarnya Pak Dika mau bicara apa?" tanya Askia memberanikan diri. Ia mencoba bertanya, agar degup jantungnya yang sedari tadi mulai berdentum tidak sampai terdengar oleh pria di sampingnya. "Gak, gak mau ngomong apa-apa," jawab Dika, yang akhirnya merutuki dirinya sendiri. "B*g*, kenapa gue malah ngomong gitu," batinnya.Alis Askia bertaut, lalu perlahan ia mulai bangkit dari duduknya. "Eh, kamu mau ke mana?" tanya Dika yang tiba-tiba juga ikut berdiri. "Mau ke dalem lagi, Pak.
Malam itu, Mba Sri sengaja mengundang Askia dan keluarganya untuk makan malam bersama keluarga mereka. Tak lupa pula Mba Sri juga mengundang keluarga Coki dan Bu Rani. Tapi karena Bu Rani dan Pak Ishak sedang ada acara lain, mereka tidak bisa hadir. "Mari Bu, mari kita langsung ke ruang makan saja," ajak Mba Sri pada Ibu Askia. "Askia kamu ajak adik-adikmu makan, ya.""I-i, ya, Bu," jawab Askia sambil terbata. Ia masih merasa malu dan canggung berada di tengah-tengah keluarga Dika. Pagi itu, saat Dika memberitahu kalau Mba Sri mengundang ibu dan ketiga adiknya untuk makan malam di rumah mereka, Askia sempat bingung. Ia tidak tahu harus menjawab apa, sedangkan untuk menolaknya Askia juga tidak berani, karena yang mengundangnya langsung adalah Dika. ***"Makasi banyak, ya, Pak, udah mau mengundang Ibu dan adik-adik saya untuk makan malam di sini," ungkap Askia. "Hmm. Mama yang nyuruh saya untuk ngundang kamu! Saya juga ga tau maksudnya apa!" Dika menjawab ketus. Raut wajah Askia
"Gimana, Dik, hasil kunjungan kamu kemarin ke rumah Askia? Benar kondisi keluarganya seperti yang kemarin kamun ceritakan?" tanya Mba Sri di tengah aktivitasnya membaca laporan hasil penjualan perusahaan sayur milik mereka per hari ini. Ia sibuk menaik turunkan mouse yang ada di tangan. Matanya menatap lekat ke layar datar di hadapan, sambil sesekali menautkan alis.Saat ini, Mba Sri dan Dika sedang berada di ruang kerja Mba Sri. Mba Sri duduk di kursi kulit berwarna hitam yang terletak tepat di sisi jendela, sedangkan Dika duduk di sofa panjang yang ada di tengah ruangan, yang jaraknya sekitar satu meter dari meja kerja Mba Sri. "Bener, kok, Ma. Kemarin waktu Dika kasih beasiswa itu untuk Askia dan ketiga adiknya, Ibu mereka menangis, ia sampai memeluk Dika kenceng banget,"jawab Dika yang juga sedang asik membaca surat kabar di tangan. Mba Sri tidak merespon jawaban Dika tadi, ia masih serius memperhatikan layar laptop di depannya. Dika yang sudah selesai membaca koran, lalu men
"Eh, Pak. Bukan, bukan siapa-siapa, kok? Saya tadi cuma lagi ngomongin aktor Korea aja." Alis Kasman bertaut. "Lee Min Ho. Iya, Lee Min Ho. Dia itu kan ganteng, tapi sayang, galak."Askia berusaha untuk meyakinkan Kasman. Kasman menggeleng pelan. "Kamu itu ada-ada aja, ngapain pake jauh-jauh mikirin aktor Korea yang ga kamu kenal sama sekali. Sudah sana cepat kerja, kamu udah hampir telat!"Askia menghela napas lega, senang kalau Kasman tidak mencurigai sikapnya tadi. Tapi di wajahnya masih menampakkan senyum bahagia karena masih terus teringat akan ulah Dika tadi. ***Sementara itu, Dika di dalam kantornya berusaha untuk mencari tahu informasi lebih lanjut mengenai gadis bernama Askia yang sejak semalam suka menabraknya itu. Ia ingin tahu se-menyedihkan apa kehidupan sehari-hari karyawati yang belum lama ini bergabung di perusahaan sayuran milik kedua orangtuanya. Akhirnya lembaran yang ia cari sudah berada di tangan, "Jadi dia sudah tidak punya ayah. Anak pertama dari empat ber
Sebelum membaca mohon bantuannya untuk vote ya Kak. Makasi***Acara pertunangan Salsa dan Coki semalam, menyisakan sedikit gerimis di hati Dika, sang kakak tertua. Ia merasa kalau adik yang selama ini dimanjakan akan segera mempunyai orang lain yang bisa lebih diandalkan dibanding dengan dirinya. Berbeda dengan saat Salsa dulu bertunangan dengan Ardan, pertunangan Salsa dengan Coki kali ini justru membuat Dika yakin, kalau Coki memang adalah jodoh Salsa dan secara pribadi ia sudah memberikan restunya kepada Coki."Pas ntar Salsa nikah, yah, jadi kesepian deh, Gue. Siapa lagi cewek yang mau gue pamerin ke temen-temen kalau ada undangan acara ngumpul-ngumpul? Masa iya ngajak Mama," batin Dika. "Maaf, maaf, Mas. Saya ga sengaja."Seorang gadis tiba-tiba menabrak tubuh Dika, saat itu Dika memang sedang merenung sendirian di taman samping rumah, memikirkan nasibnya jika nanti Salsa menikah. Dika sempat terhuyung sebentar. Untung saja saat itu ia tidak sedang membawa minuman seperti sema
"Sekali lagi saya minta maaf, Pak. Saya benar-benar tidak sengaja," ucap Askia lagi seraya menangkup kedua tangan di depan dada. "Maaf, maaf! Kamu pikir dengan minta maaf baju saya bisa bersih lagi? Mana bentar lagi tamu udah pada dateng." Dika menjeda kalimatnya. "Siapa nama Kamu? Karyawan di bagian apa? Mulai besok, kamu ga usah datang lagi untuk bekerja! Kamu di pecat!"Tangis Askia seketika pecah, tubuhnya sampai melorot ke bawah."Dika, ada apa, Nak? Kenapa kamu teriak-teriak begitu?"Mba Sri dan Kasman yang mendengar suara keras Dika seketika datang menghampiri. Kasman bahkan segera menyuruh Askia untuk segera berdiri. "Ini lihat, Ma. Baju Dika sampai kotor begini gara-gara dia!" Tunjuk Dika pada Askia yang masih menangis."Maaf, Bu. Tadi saya ga sengaja menabrak Pak Dika. Saya sedang terburu-buru."Mba Sri menghela napas. "Ya sudah, Dika. Dia, kan, sudah minta maaf. Ga enak didengar banyak orang kalau kamu marah-marah begitu. Sekarang, cepat ganti bajumu sebelum para tamu da
Sebelum membaca, mohon bantuannya untuk vote ya, Kak. Makasi sudah mampir. ***Kediaman Mba Sri sudah dihias sedemikian rupa untuk menyambut kedatangan keluarga Bu Rani.Tidak mewah, tetapi cukup meriah untuk menandakan kalau di sana akan berlangsung acara istimewa. Mba Sri dan Mas Pai beserta dengan ketiga anaknya sudah tampil rapi. Mas Pai, Dika dan Edo terlihat semakin tampan dengan mengenakan seragam keluarga bermotif batik. Seragam yang terbuat dari bahan satin silk berwarna hijau lumut. Sedangkan Mba Sri dan Salsa tampil cantik dengan mengenakan kebaya modern berbahan brokat kombinasi ceruty berwarna hijau daun pisang. Menurut kesepakatan kalau keluarga Coki akan datang pada pukul tujuh malam. Acara akan dimulai dengan acara lamaran dilanjut dengan acara makan malam intim kedua keluarga. Kasman ditunjuk oleh Mba Sri sebagai penanggung jawab acara. Kasman meminta bantuan dari para staff karyawan yang lain untuk mengurus dekorasi dan konsumsi. Ada salah seorang staff bagian p
Prodika Adduha RifaiMeski lahir dari keluarga pengusaha kaya, ia tetap mau belajar dan kerja keras sehingga mengantarkannya ke tangga kesuksesan. Ia memiliki tanggung jawab besar membesarkan perusahaan sayur mayur organik milik kedua orang tuanya.Pria kelahiran Jakarta, 01 Januari 1985 ini biasa dipanggil Dika. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Asri Sekali dan Ahmad Rifai. Sejak kecil, kakak dari Edo dan Salsa ini sudah dikenalkan nilai-nilai kewirausahan dan kesederhanaan. Ia dibesarkan dalam nilai-nilai bisnis oleh ayah dan ibunya.Ia lulus Sekolah Menengah Atas pada usia 17 tahun. Setelahnya, ia mengambil gelar sarjana di Cambridge Judge Business School, University of Cambridge, London. Dilanjutkan dengan menempuh gelar master dan doktor di universitas yang sama. Ia berhasil meraih gelar Doktor pada usia 27 tahun.Karena sifatnya yang tegas, detail dan penuh ketelitian, Dika diberi kepercayaan oleh kedua orangtuanya untuk memimpin perusahaan, terutama d
Dika merasa sedikit terkejut dengan rencana usaha yang akan Coki dirikan, menurutnya itu luar biasa, karena seorang seperti Coki bisa terpikir sampai ke arah sana. ***"Tante, bisa minta waktunya sebentar, ga? Ada yang mau Coki sampaikan," ujar Coki kepada Mba Sri. Siang itu, setelah jam istirahat makan siang, Coki sengaja menemui bossnya di ruang kerjanya. Ruang kerja yang terkadang dipergunakan oleh Dika. "Oh, kamu, Cok. Bisa, bisa. Sini masuk aja dulu, tapi mohon tunggu sebentar ya, Cok. Masih ada yang harus tante kerjakan. Tanggung bentar lagi selesai. Ga lama, kok. Paling cuma lima belas menitan.""Ok, Tante, Siap. Kalau gitu Coki tunggu di gudang aja dulu. Lima belas menit lagi, Coki ke sini.""Ok."***"Umm, Tante si senang dengan niat kamu, Cok, malah tante bangga banget sama Kamu. Tante ga nyangka kalau Kamu punya pemikiran sejauh itu. Tapi yang tante sedihkan, nanti siapa yang akan menjadi pengganti kamu, ya. Maaf, Cok, kayaknya Tante ga bisa mengabulkan surat pengusiran