Selamat membaca, mohon bantuannya untuk vote dan komennya ya kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. **"Cokiiiii!" pekik Bu Rani saat sore harinya melihat kemenakannya baru memasuki halaman rumah. Bahkan Coki belum sempat membuka helm dan memarkir kendaraan roda duanya. "Tau, ga, kalau kamu, kalah cepat sama tetangga kita, gimana, sih? Ga ada rumusnya itu, di keluarga kita, cowok Medan sampai ditolak sama cewek. Pokoknya, Tante akan bantu kamu sebisa Tante. Bagaimanapun caranya, kamu harus bisa jadian sama Salsa. Bodo amat itu, waktu Jeng Sri bilang kalau si Salsa udah punya tunangan, yang penting, kan, sebelum janur kuning melengkung, kita masih boleh berusaha," ujar Bu Rani berapi-api bak sedang berorasi di atas podium. Coki yang masih belum membuka helm, hanya samar saja mendengar perkataan tantenya itu, ia masih fokus pada sepeda motornya yang di perjalanan tadi sempat diserempet orang. "Ah, sial banget, Gue, hari ini. Udah, ga, ketemu Salsa, ni motor pake diserempet lagi!" get
"Ya udah, kan, emang itu coklat buat kamu. Oh iya, sebelum makan, kamu jangan lupa baca doa dulu ya, biar kalau ada yang ngirim sesuatu yang ga baik melalui coklat ini, bisa langsung hancur." "Siap, Ma."***"Pah, beberapa hari ini, Salsa sering banget dapet kiriman paket dari seseorang," tutur Mba Sri saat sedang menonton televisi berdua saja dengan sang suami. "Paket apa maksud, Mama?""Ya kiriman gitu, Pa. Isinya macem-macem. Mulai dari makanan, aksesoris, baju, kosmetik, sampai perhiasan juga pernah lho, Pa.""Ha?" Mata Mas Pai melebar saat Mba Sri menyebut kata perhiasan. "Dari siapa, Ma?""Nah itu dia, setiap paketnya datang, ga pernah tercantum siapa nama pengirimnya, hanya ada tulisan dari calon tante mertua. Gitu, Pa.""Bukan dari tunangannya?""Kayaknya bukan, Pa.""Terus semua paketnya, Salsa terima?""Ya iya, diterima, lha, Pa. Kan, memang semuanya buat Salsa. Mama juga udah kasih izin, si, ke Salsa.""Hati-hati juga, lho, Ma. Jangan asal nerima paket sembarangan. Terim
Selamat membaca, mohon bantuannya untuk rate, dan komennya ya kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. **"Tolong kembalikan saja mobil ini kepada pengirimnya, Pak!" perintah Mba Sri pada pegawai dealer yang mengirim mobil ke rumahnya. "Tapi, Ma, gimana kalau ga usah dikembaliin? Salsa suka banget mobilnya. Please," pinta Salsa sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada. Mba Sri menggeleng pelan pada Salsa. Membuat gadis itu akhirnya menurut. Dengan langkah yang sedikit diseret, Salsa lalu masuk ke dalam rumah, dan membiarkan ibunya yang mengurus mobil itu. "Baik, Bu. Kalau begitu, Saya minta tanda tangan di sini, sebagai bukti kalau Ibu menolak mobil yang kami kirimkan."Tanpa pikir lama, Mba Sri segera menandatangani selembar kertas yang diberikan oleh pegawai dealer. "Jeng Sri ..., kenapa mobilnya sampeyan tolak, tho? Itu, kan, Saya beli khusus buat Salsa," ucap Bu Rani yang tiba-tiba muncul di depan pagar rumah Mba Sri. Ia memang sengaja datang untuk melihat langsung mobil
"Ayolah, Jeng, masa iya, Jeng ga mau besanan sama, Saya? Saya aja mau banget, lho, besanan sama Jeng. Saya, tu, suka sama keluarga Jeng."Mba Sri hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Bu Rani. "Tapi, Bu, kan kemarin sudah Saya sampaikan, kalau Salsa itu sudah punya tunangan. Mana mungkin tiba-tiba Saya menjodohkan Coki dengan Salsa. Lagipula, walaupun kita ga berbesan, insyaa Allah, Saya sudah menganggap Bu Rani dan Ibu-ibu tetangga saya semua di sini sudah seperti saudara sendiri," ucap Mba Sri lagi, mencoba meyakinkan Bu Rani. "Tapi memangnya Jeng Sri yakin, kalau Gusti itu anak yang baik? Memang dia sayang dan cinta sama Salsa? Orang kata Coki aja, kemarin dia hampir memukulnya. Untung ada Kasman yang membantu Coki membela diri."Mba Sri menautkan alisnya, "Gusti? Apa hubungannya dengan Gusti?""Tunangannya Salsa itu, Gusti anaknya Bu Dian, kan, Jeng? Yang sekarang bekerja di sini juga?"Jeng Sri tertawa, sambil menutup mulutnya "Oh, bukan, Bu. Bukan Gusti, kok. Tunangan S
"Jadi juga Bu Anti yang sombong itu berbesan sama Jeng Sri, " keluh Bu Rani saat membaca undangan peresmian pertunangan Salsa dan Ardan.Ia terlihat sangat kecewa karena usahanya yang sudah cukup mengeluarkan banyak uang, gagal total. Jangankan bisa kembali lebih banyak seperti yang pernah ia harapkan di awal, sedikitpun tidak. Bahkan hilang tanpa bekas. Mobil yang sempat di pesannya untuk Salsa, terpaksa harus ia pakai sendiri, karena pihak dealer menolak untuk membelinya kembali.Tak berbeda dengan tantenya, Coki juga akhir-akhir ini terlihat kurang bersemangat. Sepertinya ia begitu patah hati saat mengetahui kalau Salsa sudah bertunangan. Saat bekerja pun ia tidak konsentrasi, sehingga sering mendapat teguran dari Pak Said, penanggung jawab kurir.***"Ngapain, Lo, bengong gitu? Udah stress, Lo?" tanya Gusti. Ia menghampiri Coki yang sedang duduk sendirian di kursi taman belakang rumah Mba Sri. Persis di pinggir kolam renang. "Woy!" Gusti melambai-lambaikan tangannya di depan wajah
Suasana rumah Mba Sri begitu meriah, lokasi pertunangan Salsa dan Ardan dipusatkan di taman belakang, tempat yang sama seperti saat acara syukuran rumah Mba Sri dulu. Meja-meja berbentuk bundar disertai dengan beberapa kursi yang mengelilinginya sudah diatur sedemikian rupa sehingga enak dipandang mata.Lampu hias kecil berwarna-warni menghiasi sebagian besar taman. Mulai dari pepohonan, tiang-tiang penyangga rumah, sampai kolam renang pun juga dihias begitu cantik.Meja panjang di tengah taman sudah tersaji berbagai makanan dan aneka kue-kue lezat menggugah selera.Alunan lagu 'Janji Suci' milik band Yovie dan Nuno terdengar di seantero taman. Lagu yang seakan-akan khusus dipersembahkan untuk kedua pasangan, Salsa dan Ardan.Dengarkanlah wanita pujaankuMalam ini akan kusampaikanHasrat suci kepadamu dewikuDengarkanlah kesungguhan iniAku ingin mempersuntingmuTuk yang pertamaDan terakhirJangan kau tolak dan buatku hancurKu tak akan mengulang tuk memintaSatu keyakinan hatiku in
Selamat membaca, mohon bantuannya untuk subscribe, rate, love dan komennya ya kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. **"Rencana apa maksud lo? Wah, kalo lo mau berbuat jahat, jangan ajak-ajak gue!""Sini gue kasi tau." Gusti mendekatkan bibirnya ke telinga Coki. Dari raut wajahnya, nampak jelas bahwa Coki terlihat kurang bersemangat untuk menanggapi apa yang Gusti ucapkan. "Gue ga ikutan, ah. Kasian, Salsa.""Lo tenang aja. Percaya sama gue. Gue ga akan bikin Salsa kenapa-napa. Yah, paling cuma sedikit sedih aja, si. Lagian kalau kita berhasil, lo bisa punya kesempatan lagi, kan, buat deketin Salsa. Gue relain, deh. Setidaknya Salsa bisa jadi sama temen gue.""Temen? Memangnya sejak kapan lo jadi temen gue? Males tau punya temen kayak lo! Ga jelas! Sebentar bilang iya, sebentar enggak. Kemaren katanya udah ga suka, terus tadi jatuh cinta, eh sekarang malah mau relain Salsa buat gue," cibir Coki.Setelah itu, ia terdiam lagi, tidak menjawab maupun menolak atas rencana Gusti tadi. "
"Udah, kamu tenang, dong. Sal. Jangan panik begitu. Nanti minta antar Om Kasman ke rumah Ardan, ya.""Salsa telepon ke Tante Anti, katanya Ardan belum pulang, Ma. Dia itu dari kemarin lusa lagi pergi liburan bareng temen-temen SMAnya ke Jogja, harusnya hari ini udah pulang ke Jakarta. Jadwal penerbangan dari Jogja kan tadi pagi. Salsa takut Ardan kenapa-napa, Ma," ucap Salsa khawatir. Ia kemudian merangkul Mamanya."Ya sudah, mungkin pesawatnya delay, Sal. Kamu ga usah mikir yang macem-macem. Nanti sore kamu coba hubungi Ardan lagi. Semoga sudah bisa dihubungi.""Aamiin. Iya, Ma."***"Salsa kenapa Om, kok kayaknya lagi sedih gitu?" tanya Coki pada Kasman di tengah aktivitasnya memacking sayuran yang akan segera diantar ke konsumen. Tadi sebelum ke gudang utama, Coki sempat bertemu dengan Salsa di halaman depan. "Ardan, tunangannya, katanya dari semalam ga bisa dihubungi, Cok. Kabarnya dia hilang.""Ha? Hilang? Kok bisa? Kenapa, Om? Kenapa Salsa ga langsung ke rumahnya aja, kan deke