Share

Bab 94

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 10:04:55

Kabar hilangnya Novi dengan cepat menyebar ke seluruh desa. Pagi itu, suasana desa menjadi riuh. Warga saling berdatangan ke rumah Rini untuk memberikan dukungan dan membantu mencari gadis yang dikenal ramah tersebut. Namun, ada satu hal yang membuat banyak orang heran: Juned dan ayahnya, Pak Slamet, kepala desa, tampak tidak ikut berpartisipasi.

Di tengah hiruk-pikuk warga yang saling berdiskusi dan menyusun rencana pencarian, Rini tampak duduk di beranda rumahnya, wajahnya sembab karena tangis semalaman. Beberapa ibu-ibu mencoba menenangkannya, sementara kelompok pemuda desa mulai menyisir sekitar desa untuk mencari jejak Novi.

“Kenapa Juned enggak kelihatan, ya?” tanya salah satu pemuda bernama Bagas.

“Iya, padahal biasanya dia selalu cepat bertindak kalau ada masalah kayak gini,” sahut yang lain.

Di sisi lain, Juned yang akhirnya memutuskan untuk ikut mencari, bergerak sendiri tanpa bergabung dengan warga. Ia menyisir area di sekitar bukit k
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tukang Pijat Super   Bab 95

    Juned terus mengikuti Lastri secara diam-diam, hingga Lastri sampai di depan rumahnya. Gadis itu melangkah perlahan memasuki halaman rumah. Lampu depan rumah Lastri sudah menyala, dan dari jendela ia melihat bayangan seseorang yang sedang berjalan di ruang tamu.Belum sempat ia mencapai pintu, suara berat dan lantang memanggilnya.“Lastri! Ke mana saja kamu selama ini?”Lastri mendongak dan mendapati ayahnya, Pak Darmo, berdiri di ambang pintu. Wajahnya penuh dengan kemarahan. Di belakangnya, ibunya, Bu Mirah, berdiri dengan ekspresi khawatir.Lastri menarik napas dalam-dalam, mencoba menguatkan dirinya. Ia tahu apa yang akan terjadi, tetapi ia sudah mempersiapkan hati untuk menghadapi ayahnya.“Aku gak ke mana-mana, aku gak pergi jauh, Pak,” jawab Lastri, suaranya tenang meskipun ada sedikit getaran. “Aku hanya butuh waktu untuk berpikir.”“Berpikir? Kamu pikir rumah ini tempat kamu keluar masuk sesuka hati?” bentak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Tukang Pijat Super   Bab 96

    Pak Darmo mendadak terdiam ketika Juned menahan tangannya, tapi itu hanya sesaat sebelum wajahnya berubah memerah, matanya menatap Juned dengan kemarahan yang membara. Ia menarik tangannya dengan kasar dan melangkah mendekati Juned, suaranya menggema di halaman rumah yang sunyi.“Juned, apa hakmu ikut campur dalam urusan keluarga kami?!” suara Pak Darmo terdengar penuh tekanan.Juned tetap berdiri tegak, tidak mundur sedikit pun. “Saya memang enggak punya hak, Pak. Tapi apa yang Bapak lakukan tadi enggak bisa saya biarkan. Lastri hanya ingin menyampaikan pendapatnya, dan dia berhak untuk itu.”“Dia anak aku!” Pak Darmo membentak keras. “Kamu enggak tahu bagaimana sulitnya membesarkan dia! Kalau aku mau mendidiknya dengan keras, itu hak aku sebagai orang tuanya. Kamu enggak ada urusan di sini!”“Orang tua memang punya hak mendidik anaknya, Pak. Tapi itu bukan berarti Bapak bisa menyakitinya, baik secara fisik maupun batin!” balas Juned dengan suara yang mulai meninggi. “Lastri bukan ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Tukang Pijat Super   Bab 97

    Pak Darmo menghela napas berat, tetapi ia tidak berkata apa-apa. Ia hanya berdiri di sana, menatap Lastri dengan tatapan yang sulit diartikan.Lastri, yang sejak tadi berdiri diam di belakang Juned, akhirnya memberanikan diri melangkah maju. Dengan suara pelan tetapi tegas, ia berkata, “Pak, aku nggak pernah bermaksud melawan Bapak. Aku Cuma ingin hidupku berjalan sesuai dengan yang aku inginkan. Kalau Bapak kasih aku kesempatan, aku janji akan buktikan kalau aku bisa membuat keputusan yang benar.”Pak Darmo memandang Lastri untuk waktu yang terasa sangat lama. Wajahnya menunjukkan konflik batin yang mendalam, seolah ada perang yang terjadi di dalam dirinya. Tetapi pada akhirnya, ia hanya menghela napas panjang dan melangkah masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan apa-apa.Bu Mirah menatap Juned dan Lastri dengan ekspresi penuh rasa syukur sebelum mengikuti suaminya ke dalam. Kini hanya tinggal Juned dan Lastri yang berdiri di halaman rumah.“Kamu enggak apa-apa?” tanya Juned, suaranya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Tukang Pijat Super   Bab 98

    Anton tersenyum tipis, senyum yang penuh dengan makna licik. “Sabar, Sugeng. Kita enggak perlu gegabah. Kita harus cari kelemahan terbesar dari kekuatan Juned, tapi sebelum itu kita gunakan kelemahan terkecilnya dulu.”Sugeng mengangguk pelan, meskipun matanya masih menunjukkan keraguan. “Tapi kenapa sih mesti Lastri? Kita kan punya cara lain buat menjatuhkan Juned.”Anton mendesah pelan, seolah menjelaskan sesuatu yang sangat sederhana. “Karena Lastri itu salah satu kelemahannya yang terkecil. Kalau kita bisa mengganggu dia lewat Lastri, Juned bakal kehilangan fokus. Dia sibuk mengurus cewek itu, sementara kita bisa bebas melakukan apa aja. Ini cuma soal waktu sebelum kita mengetahui cara untuk melemahkan kekuatannya.”Sugeng melirik ke arah Juned sekali lagi, yang masih tak bergerak dari tempatnya. “Tapi, gimana kalau dia tahu kita yang di balik semua ini?”Anton mendekatkan wajahnya ke arah Sugeng, nada suaranya semakin rendah tapi penuh ancaman. “Kalau sampai dia tahu, itu artinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Tukang Pijat Super   Bab 99

    Tak lama, aroma harum sayur daun kelor memenuhi rumah. Lilis membawa sepanci kecil sayur daun kelor ke meja makan. “Ayo, kita makan dulu,” ujarnya dengan nada ringan.Juned berjalan perlahan ke meja makan, duduk di kursi sambil memandangi sayur itu. Dia tampak ragu, mengingat apa yang terjadi sebelumnya saat menyentuh daun kelor. Vivi, yang duduk di sebelahnya, mencoba memberi semangat.“Juned, ini cuma sayur biasa. Mungkin tadi kamu Cuma kebetulan aja tergores. Lagipula, siapa tahu daun kelor malah bagus buat tubuh kamu,” ujar Vivi sambil tersenyum.Juned menghela napas. “Iya, mungkin kamu benar. Aku harus berpikir positif.”Dengan sedikit ragu, Juned mengambil sendok dan mulai menyendok sayur ke piringnya. Lilis, yang duduk di depannya, tersenyum puas melihat hasil masakannya.“Tuh, coba dulu, Juned. Ini resep spesialku,” kata Lilis sambil menatapnya penuh harap.Juned mengambil sesendok sayur daun kelor dan membawanya ke mulut. Namun, tepat saat dia hendak memasukkan makanan itu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Tukang Pijat Super   Bab 100

    Vivi mengangguk mantap. “Aku janji.”Juned menghela napas sekali lagi sebelum akhirnya menyerah. “Baiklah. Kalau begitu, ayo kita pergi sekarang.”Tanpa banyak bicara lagi, Juned dan Vivi keluar dari rumah, meninggalkan Lilis dan Bu Mirah yang masih tampak khawatir. Dalam perjalanan menuju rumah Anton, Juned terus mengawasi sekitar, pikirannya penuh dengan kemungkinan buruk yang mungkin mereka hadapi.Sementara itu, Vivi berjalan di sampingnya dengan langkah penuh tekad, siap membantu menemukan petunjuk untuk menyelamatkan Lastri. Tak butuh waktu lama, sampailah mereka di sekitar rumah Anton. Juned dan Vivi berdiri di balik pohon besar yang cukup jauh dari rumah Anton. “Banyak sekali anak buahnya,” bisik Vivi pelan, matanya menatap satu per satu pria yang tampak bersenjata dan berjaga dengan penuh kewaspadaan.Juned mengangguk, wajahnya serius. “Kita nggak bisa masuk lewat depan. Mereka pasti langsung menangkap kita.”Mata mereka fokus mengamati gerak-gerik para penjaga yang be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Tukang Pijat Super   Bab 101

    Cahaya senter penjaga itu menyapu ruangan dengan perlahan, semakin mendekati tempat mereka bersembunyi. Vivi merasakan tangannya mulai berkeringat dingin. Dia menunduk sedikit, memastikan dirinya benar-benar tersembunyi. Juned, di sisi lain, tetap tenang meski waspada, pandangannya fokus pada setiap gerakan penjaga itu.Tiba-tiba, sebuah tikus besar melintas di depan penjaga, tepat di bawah cahaya senternya. Tikus itu berlari menuju tumpukan barang di sudut ruangan, membuat suara berisik kecil saat melompat ke atas kardus. Penjaga itu menghela napas keras.“Hanya tikus,” gumamnya sambil mematikan senternya dan berbalik meninggalkan gudang. Suara pintu yang tertutup perlahan terdengar, menandakan penjaga itu telah pergi.Namun, tepat saat tikus itu melintas dekat dengan tempat mereka bersembunyi, Vivi tanpa sadar menggeliat dan nyaris berteriak karena jijik. Mulutnya terbuka, siap mengeluarkan suara, namun dengan cepat Juned bereaksi.Dia meraih wajah Vivi dan menutup mulutnya dengan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Tukang Pijat Super   Bab 102

    “Kita tetap pada rencana awal. Cari tahu keberadaan Lastri dan Novi. Tapi kita harus lebih hati-hati,” jawab Juned, suaranya masih penuh dengan tekad.Juned mengalihkan pandangannya dari dua pria itu dan memberi isyarat kepada Vivi untuk melanjutkan perjalanan mereka. Mereka menyelinap lebih jauh, melewati sisi rumah dengan lebih waspada dari sebelumnya. Juned dan Vivi melangkah dengan sangat hati-hati, menghindari suara apa pun yang dapat menarik perhatian. Namun, nasib tampaknya tidak berpihak pada mereka kali ini. Ketika mereka mencoba melangkah lebih jauh ke sudut rumah, salah satu dari dua pria yang dikenali Juned tiba-tiba menoleh dan melihat bayangan mereka.“Hei, siapa di sana?!” salah satu dari pria itu berteriak sambil menarik perhatian temannya.Juned segera menyadari bahaya yang mengancam. “Sial, kita ketahuan!” bisiknya sambil menarik tangan Vivi, mencoba menjauh dengan cepat dari pandangan mereka.“Berhenti di sana!” teriak pria itu, membuat para penjaga lainnya mulai b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28

Bab terbaru

  • Tukang Pijat Super   Bab 230

    Tania keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melilit tubuhnya. Rambutnya yang basah meneteskan air ke lantai saat dia berjalan ke ruang tamu. Namun langkahnya terhenti ketika melihat pemandangan yang mengejutkan—Alisa sedang duduk sangat dekat dengan Juned, wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter.“Hei! Apa yang kamu lakukan?!” suara Tania meninggi, membuat Alisa langsung menoleh dengan ekspresi terkejut.Alisa mengerjapkan mata, seolah baru saja kembali dari dunia lain. Dia masih bisa merasakan ingatan Juned yang mengalir dalam kepalanya, tetapi kini perhatian Tania sepenuhnya tertuju padanya.“Jangan bilang kamu mau ciuman sama Juned?!” lanjut Tania dengan nada curiga.Alisa terdiam sejenak sebelum akhirnya tertawa kecil. “Kakak ini mikirnya aneh-aneh saja.” Dia berdiri dan mengibaskan tangannya di udara. “Aku Cuma... ya, mencoba sesuatu.”Tania menatap adiknya dengan tajam. “Mencoba sesuatu apa?”Alisa menatap kakaknya dengan penuh kesabaran. "Kak, serius deh. Ak

  • Tukang Pijat Super   Bab 229

    Tania yang sudah memegang gagang pintu tiba-tiba terhenti saat mendengar ucapan Alisa. Matanya membelalak seketika, dan dia menoleh dengan ekspresi setengah terkejut, setengah kesal.“Al, kamu ngomong apa sih?” tanyanya dengan nada tajam.Alisa hanya tersenyum jahil dan berjalan mendekat dengan santai. “Ya, aku Cuma ngomong kenyataan aja, Kak. Aku lihat Kakak masih ragu tidur sama Mas Juned, kan? Kenapa gak menikah aja sekalian? Biar kakak bebas melakukannya dan tidak ada ketakutan jika Mas Juned direbut orang lain.”Tania mendengus, jelas-jelas merasa terganggu dengan godaan adiknya. “Al, denger ya. Aku bukan takut Juned direbut siapa-siapa. Aku cuma gak mau melakukannya jika dia dalam kondisi kayak gini.”“Hmmm… kalau gitu, Kakak pasti juga gak keberatan kalau ada wanita lain yang mau melakukannya sama Mas Juned, ya?” Alisa melipat tangan di dadanya, matanya menatap Tania penuh tantangan.Tania membuka mulut, ingin membantah, tapi tiba-tiba terdiam. Ada sesuatu di dalam dadanya yan

  • Tukang Pijat Super   Bab 228

    Namun, tepat sebelum bibirnya menyentuh wajah Juned, suara keras terdengar dari belakang.“EHEM!! Kakak ngapain?!”Tania tersentak kaget dan langsung menjauh dari Juned, wajahnya memerah seketika. Ia menoleh dan melihat Alisa berdiri di ambang pintu dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu, tangannya menyilang di dada.“J-Jangan ngagetin gitu dong!” Tania berusaha menutupi rasa malunya.Alisa menaikkan alis, lalu tersenyum penuh arti. “Aku sih gak masalah kalau kakak mau nyium Mas Juned, tapi kok gak bilang-bilang? Kan bisa aku rekam buat kenang-kenangan!” godanya sambil terkikik.Tania menghela napas panjang, lalu berdiri dan berjalan menjauh dari Juned. “Aku gak ngapa-ngapain, Alisa! Sudahlah, kita harus siap-siap buat sarapan.”Tania berjalan menuju dapur dengan langkah cepat, berusaha mengalihkan pikirannya dari kejadian barusan. Ia membuka lemari dapur dan mengambil beberapa bungkus mi instan.“Mau rasa apa, Al?” tanyanya tanpa menoleh.“Yang pedas dong, Kak!” sahut Alisa sambil du

  • Tukang Pijat Super   Bab 227

    “Aku tidak yakin…” ujar Tania ragu.Alisa tersenyum jahil, lalu dengan nada menggoda, ia berkata, "Saat tadi aku melihat ingatan Mas Juned, tidak ada wanita yang menolak kejantanannya. Sepertinya Aku juga tidak menolak, kok."Tania langsung menatap tajam adiknya. "Jangan macam-macam, Alisa!"Alisa terkikik. "Ya sudah, kalau Kakak masih ragu, nggak usah dipaksa. Tapi ingat, kalau Mas Juned tetap seperti ini, itu artinya Kakak sendiri yang menyerah tanpa mencoba semuanya."Tania menggigit bibirnya. Dia tidak suka kalah, terutama dalam sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai polisi dan antiquary.Tania menghela napas panjang sebelum akhirnya menatap adiknya dengan tegas.“Sudah malam, Alisa. Lebih baik kamu tidur,” ujarnya.Alisa masih duduk di sofa ruang tengah dengan wajah penuh rasa ingin tahu, seolah ingin melihat bagaimana kelanjutan rencana kakaknya. “Aku masih penasaran, Kak,” kata Alisa sambil tersenyum jahil. “Tapi baiklah, aku tidur dulu.”Tania melipat tangan di

  • Tukang Pijat Super   Bab 226

    Alisa mengangguk mantap. “Iya, Kak. Dari yang aku baca di pikirannya, Mas Juned punya kebiasaan ini saat masih normal. Jadi mungkin dengan melakukan sesuatu yang familiar, memorinya bisa kembali.”Tania menghela napas panjang. “Tapi ini tetap terasa aneh…”“Kakak sendiri yang bilang ini terapi, kan?” Alisa tersenyum penuh arti. “Lagipula, Kakak percaya sama aku, kan?”Tania menatap adiknya sejenak, lalu akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah. Aku akan coba.”Ia kemudian berjalan ke kamar dan mulai mengganti pakaiannya dengan selembar handuk yang melilit tubuhnya. Setelah memastikan semuanya rapi, ia keluar dari kamar dan melihat Juned masih duduk di lantai dengan tatapan kosong.Alisa menyenggol lengan kakaknya. “Ayo, Kak. Mulai aja.”Setelah berhasil mengatur nafasnya, Tania mengibaskan tangannya memberi isyarat agar Alisa meninggalkan ruang tamu.Alisa menatap kakaknya dengan penuh rasa ingin tahu. “Kakak yakin mau aku keluar?” tanyanya, meski sudah bisa menebak jawaban Tania.Tania

  • Tukang Pijat Super   Bab 225

    Alisa menatap kakaknya dengan khawatir, tapi dia juga tahu Tania adalah orang yang tak mudah menyerah. "Baiklah... kita coba."Tania lalu menoleh ke Juned dan tersenyum lembut. "Juned... kamu masih ingat caranya memijat, kan?"Alisa kembali mendekati Juned, lalu dengan lembut menyentuh kepalanya. Matanya sedikit terpejam, mencoba meresapi ingatan yang masih tersisa dalam benak pria itu. Tania menatap mereka dengan penuh harap.Beberapa detik kemudian, Alisa membuka matanya dan menatap Tania. “Aku melihatnya.”“Apa yang kamu lihat?” tanya Tania cepat.Alisa menarik napas dalam. “Saat Mas Juned memijat seseorang, dia selalu memulainya dengan perlahan. Dia akan meraba bagian tubuh yang sakit atau pegal dengan tangannya terlebih dahulu, lalu dia menekan dengan lembut untuk mencari titik yang paling membutuhkan pijatan.”Tania mengangguk, mencatat dalam pikirannya. “Lalu?”“Setelah menemukan titik yang tepat, dia akan menggunakan ibu jari dan telapak tangannya untuk memberikan tekanan. Di

  • Tukang Pijat Super   Bab 224

    Alisa menggigit bibirnya sebelum akhirnya bercerita. “Sebelum kecelakaan itu, aku pernah menemukan jamur yang tumbuh di dekat sekolahku. Aku membawanya pulang, namun setelah aku sadar dari kecelakaan. Di hadapan Mas Juned dan Pembantunya, mereka tak sengaja melihat jamur itu di kantongku. Lalu mereka bercerita tentang jamur ajaib. Aku penasaran, terus aku nekat coba makan.”Tania semakin terkejut. “Kamu makan jamur itu?! Terus, apa yang terjadi?”Alisa terlihat ragu sebelum akhirnya berkata, “Setelah makan jamur itu... aku mulai merasa kepalaku pusing lalu kembali pingsan. Mas Juned panik lalu membawa ke rumah temannya yang kaya. Setelah sadar kepalaku menjadi ringan, kayak semua hal jadi lebih gampang dipahami. Aku jadi ngerti pelajaran tanpa perlu belajar keras, aku bisa ingat sesuatu yang cuma kulihat sekilas... Bahkan aku bisa menyelesaikan puzzle yang belum pernah aku lihat, kak.”Tania terdiam, menyusun potongan-potongan informasi di kepalanya.“Berarti jamur yang kamu makan

  • Tukang Pijat Super   Bab 223

    “Alisa?” gumam Tania pelan.Tania menatap Alisa dengan heran saat adiknya itu masih berdiri di depan pagar.Alisa mengangguk kecil, masih terlihat ragu-ragu. “Kak...”Tania menghela napas, melirik sekilas ke arah Juned. “Kamu kenapa tiba-tiba ke sini?”Alisa menunduk sebentar sebelum menatap kakaknya lagi. “Aku Cuma ingin ketemu Kakak.”Tania terdiam. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu, sejak masalah besar yang terjadi antara dirinya dan ayah mereka.“Setelah semua yang terjadi... kamu masih mau datang ke sini?” suara Tania terdengar lebih hati-hati.“Aku tetap adikmu, Kak,” jawab Alisa. “Aku Cuma ingin tahu kabarmu, aku juga rindu... meskipun aku tahu kita sudah lama nggak seperti dulu lagi.”Tania menggigit bibirnya, lalu melirik sekilas ke dalam rumahnya yang sederhana.“Masuklah. Kita bicara di dalam.”Alisa mengangguk, melangkah masuk melewati Juned yang masih sibuk dengan dunianya sendiri. Namun, saat dia berjalan, tiba-tiba Juned meraih pergelangan tangannya.“Kamu Jamur

  • Tukang Pijat Super   Bab 222

    Tania berlari ke kamarnya, dia membongkar rak berisi buku. Tangannya dengan cepat menyibak beberapa buku yang tersusun rapi.Setelah menemukan sebuah buku yang dicari, ia membuka kembali catatan kuno yang selama ini dia teliti. Di dalamnya, tertulis hubungan unik antara empat jamur ajaib yang konon memiliki kekuatan luar biasa:“Kekuatan mengalahkan Kekayaan, Kekayaan mengalahkan Kekuasaan, Kekuasaan mengalahkan Kecerdasan, Kecerdasan mengalahkan Kekuatan.” Tania duduk di sebuah meja sambil telunjuknya dengan perlahan menyusuri setiap tulisan dalam buku.Tania mendongak menatap langit kamarnya sambil masih bergumam sendiri. “Jadi hal itu seperti Siklus yang membentuk rantai keseimbangan, seolah-olah masing-masing jamur saling mengimbangi satu sama lain.”Tania menyadari sesuatu—Juned memiliki kekuatan, sementara Marina memiliki kekayaan. Jika benar teori ini berlaku, maka seharusnya Marina akan lemah dengan Juned.Namun, ada satu masalah besar. Juned kehilangan efek jamurnya. “

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status