Tania menoleh dari kursi belakang. “Serius? Kapan?”Marina memandang gerbang besar yang mereka lewati, lalu matanya membesar saat ingatan itu kembali. “Aku ingat sekarang! Ini properti milik PT Cakra Buana!”Juned dan Tania saling berpandangan.“Jadi, Rudi tinggal di rumah yang dibangun oleh PT Cakra Buana?” tanya Juned.Marina mengangguk, masih sedikit terkejut. “Bukan hanya itu. PT Cakra Buana memiliki banyak properti di daerah ini. Aku ingat pernah berurusan dengan mereka saat menyewa tempat untuk usaha beberapa tahun lalu. Tapi aku tidak menyangka salah satu penghuninya adalah Rudi Hartawan.”Tania mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu. “Kalau begitu, ada kemungkinan dia punya koneksi dengan orang-orang di PT Cakra Buana.”Marina menghela napas dalam. “Apa itu berarti ada hubungannya dengan Marko?”“Marko?” Tania menyilangkan tangan di dada. “Siapa itu Marko?”Marina melirik Tania dari spion tengah. “Dia adalah salah satu orang dari PT Cakra Buana, dia juga merupakan teman la
Marina kemudian berdiri dengan cepat. “Baiklah kalau begitu, mari kita menuju ke kantormu sekarang.”Rudi menyandarkan punggungnya ke sofa dengan santai, lalu menatap mereka satu per satu.“Daripada kalian repot-repot ikut ke kantor, lebih baik tunggu saja di sini. Saya akan menyuruh karyawan saya mengirimkan data penyewa yang kalian butuhkan.”Tania, yang masih merasa ada sesuatu yang aneh dengan pria ini, menyipitkan matanya. “Berapa lama waktu yang dibutuhkan?” tanyanya dengan nada tajam.Rudi tersenyum ramah. “Tidak lama. Paling hanya setengah jam. Saya akan menelepon mereka sekarang.”Juned dan Marina saling bertukar pandang. Marina, yang sejak tadi sudah merasa curiga, mencoba mencari tanda-tanda kejanggalan di wajah Rudi. Namun, pria itu terlihat begitu percaya diri dan santai, seolah tidak menyembunyikan apa pun.Sambil mengeluarkan ponselnya, Rudi menekan beberapa angka dan berbicara dengan nada ringan. “Halo, tolong kirimkan daftar penyewa mobil dengan plat nomor yang dikir
Air mata Marina mengalir deras di pipinya. Bertahun-tahun dia mencari adiknya, mencoba menemukan jejaknya di mana pun, namun hasilnya selalu nihil. Dan sekarang, dia berdiri di hadapan Ryuji—pria yang dulu adalah anak kecil yang selalu berlari di belakangnya, memanggil namanya dengan penuh harapan.“Aku mencarimu, Ryuji… Aku mencarimu selama bertahun-tahun,” suara Marina bergetar, tangannya terkepal erat. “Ayah… dia meninggalkan pesan terakhir untukmu. Dia ingin kau kembali, ingin aku membantumu. Dia ingin kau mengambil alih bisnis yang ditinggalkannya di kota sebelah.”Ryuji tersenyum sinis. “Ayah?” katanya, suaranya penuh sarkasme. “Setelah bertahun-tahun menyiksa dan mengabaikanku, dia akhirnya mengingatku sebelum mati? Betapa mulianya.”Marina menggeleng, “Aku tahu dia bersalah. Aku tahu dia telah menyakitimu, tapi aku bersumpah, sebelum dia pergi… dia benar-benar menyesal. Aku ingin kau mendengar ini dariku, bukan dari orang lain.”Ryuji menatap mata Marina dalam-dalam, mencari k
Ryuji bersedekap, mengingat kembali masa lalu. “Aku pernah bekerja sama dengan perusahaan Anton,” katanya pelan.Tania menajamkan pandangannya. “Apa? Kapan?”Ryuji menghela napas panjang. “Itu terjadi sekitar tiga tahun lalu. Bukan langsung dengan Anton, tapi dengan seseorang dari perusahaannya. Seorang wanita yang sangat meyakinkan. Dia menawarkan sesuatu yang sulit kutolak jika aku mau menerima tawaran dari perusahaannya.”Marina menatap adiknya dengan curiga. “Wanita? Siapa dia?”Ryuji mengangguk. “Namanya… aku lupa. Dia mengaku sebagai salah satu eksekutif di PT Anton Perkasa. Dia datang kepadaku membawa penawaran proyek besar di luar negeri. Syaratnya, aku harus bermitra dengan mereka dalam beberapa proyek di dalam negeri.”Juned menatap Ryuji tajam. “Apa yang sebenarnya dia tawarkan?”Ryuji terdiam sejenak, lalu menghela napas. “Bukan hanya proyek… Dia juga menawarkan sesuatu yang lebih pribadi.”Marina dan Tania saling bertukar pandang. “Maksudmu?” tanya Marina.Ryuji m
Juned terdiam. Dia tahu Tania tidak akan melewatkan kesempatan untuk menggoda, tapi kali ini ada keseriusan dalam ucapannya.“Tania, ucapanmu barusan mengingatkanku dengan suatu hal. Apa kamu serius dengan ucapanmu?” Juned melingkarkan tangannya ke pinggang gadis itu.Tania masih menatapnya, lalu dengan suara lebih lembut berkata, “Aku nggak main-main, Juned. Tapi kalau kamu nggak mau, aku nggak akan memaksa. Aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya... walau hanya sekali saja denganmu.”Hening sejenak. Juned bisa merasakan debar jantungnya. Tania tidak mendekat lebih jauh, dia hanya menunggu.Akhirnya, dengan ragu, Juned mendekat sedikit, membiarkan jarak di antara mereka semakin dekat... namun tepat sebelum bibir mereka bertemu, Juned menarik diri dengan senyum canggung.“Sudah, Tania. Anggap saja tadi kita hampir melakukannya,” katanya dengan nada ringan, mencoba mencairkan suasana.Tania tertawa kecil, meskipun ada s
“Aku bingung harus memulai dari mana?” Tania ikut bangkit.Juned berdiri dan melangkah menuju jendela. “Apa kalian pernah saling berkomunikasi sebelumnya?”“Kalau lewat telepon pernah sekali.. Dia mengucapkan seperti itu, tapi kami sama-sama tak berani mencoba untuk menentang keluarga kami.” Tania menatap punggung Juned yang masih menghadap Jendela.Juned berdiri menatap keluar jendela dimana hanya hening berbaur suara angin malam yang menyejukkan. Tania duduk di tepian ranjang, namun tampak kehilangan fokus.Juned menoleh ke arah Tania. Ia melangkah mendekat, menyelimuti tubuh Tania dengan selimut tebal. “Baru beberapa detik tak ku lihat, kamu sudah tidur.” Juned berbisik lembut.Tania tidak menjawab, sudah terlelap dalam tidur yang tenang. Juned menatapnya sejenak, lalu perlahan berjalan keluar dari kamar. Juned menutup pintu dengan hati-hati, menciptakan keheningan yang kembali menyelimuti rumah Ryuji.Begitu sampai di ruang tamu, ia meli
Juned terkejut mendengar ucapan Marina, namun ia tidak bisa menahan senyum kecil yang muncul di bibirnya. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengangkat bahu dengan santai. “Hmm, aku belum tahu, mungkin satu wanita saja,” jawabnya sambil mengerlingkan mata, mencoba merespons dengan nada bercanda.Marina tertawa pelan, meskipun ada rasa kecewa yang samar di matanya. “Satu saja? Jangan-jangan kamu menikah dengan satu wanita tapi tidurnya dengan banyak wanita?” katanya sambil memutar bola mata, memberi isyarat bahwa ia tahu Juned hanya menggoda.Juned tertawa ringan, menyadari bahwa Marina mencoba menutupi ketegangan dengan bercanda. “Mungkin saja, aku tidak bisa menikah dengan dua wanita sekaligus, kalau tidur dengan dua wanita sekaligus...” jawabnya sempat terhenti, ia tahu bahwa jawabannya mungkin sepenuhnya benar.Marina memandang Juned dengan tatapan yang penuh arti, tidak lagi serius, namun juga tidak sepenuhnya santai. “Kau tahu, Juned, aku sebena
Ryuji yang sedang berdiri di dekat meja makan, memandang ke arah Juned dan Marina dengan wajah serius. Ia menarik napas dalam-dalam, seolah ingin memastikan bahwa mereka siap menerima kabar penting yang akan ia sampaikan.“Aku baru saja mendapatkan kabar terbaru,” kata Ryuji, suaranya lebih berat dari biasanya. “Tadi malam, aku berhasil mengatur janji untuk bertemu dengan wanita yang bekerja di PT Anton Perkasa. Dia bisa jadi jalan kita untuk menemukan Darman Kusnadi.”Juned yang mendengarnya langsung terdiam. Ia menatap Ryuji dengan mata yang tajam, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. “Apa? Kau serius?” tanya Juned, suaranya sedikit bergetar, tercampur antara harapan dan keraguan.Ryuji mengangguk. “Ya, aku serius. Aku sudah berhasil membuat janji untuk bertemu dengannya hari ini. Aku rasa wanita ini tahu lebih banyak tentang petinggi di perusahaan itu.”Marina yang semula hanya mendengarkan, kini ikut terlibat dalam pembicar
Tania keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melilit tubuhnya. Rambutnya yang basah meneteskan air ke lantai saat dia berjalan ke ruang tamu. Namun langkahnya terhenti ketika melihat pemandangan yang mengejutkan—Alisa sedang duduk sangat dekat dengan Juned, wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter.“Hei! Apa yang kamu lakukan?!” suara Tania meninggi, membuat Alisa langsung menoleh dengan ekspresi terkejut.Alisa mengerjapkan mata, seolah baru saja kembali dari dunia lain. Dia masih bisa merasakan ingatan Juned yang mengalir dalam kepalanya, tetapi kini perhatian Tania sepenuhnya tertuju padanya.“Jangan bilang kamu mau ciuman sama Juned?!” lanjut Tania dengan nada curiga.Alisa terdiam sejenak sebelum akhirnya tertawa kecil. “Kakak ini mikirnya aneh-aneh saja.” Dia berdiri dan mengibaskan tangannya di udara. “Aku Cuma... ya, mencoba sesuatu.”Tania menatap adiknya dengan tajam. “Mencoba sesuatu apa?”Alisa menatap kakaknya dengan penuh kesabaran. "Kak, serius deh. Ak
Tania yang sudah memegang gagang pintu tiba-tiba terhenti saat mendengar ucapan Alisa. Matanya membelalak seketika, dan dia menoleh dengan ekspresi setengah terkejut, setengah kesal.“Al, kamu ngomong apa sih?” tanyanya dengan nada tajam.Alisa hanya tersenyum jahil dan berjalan mendekat dengan santai. “Ya, aku Cuma ngomong kenyataan aja, Kak. Aku lihat Kakak masih ragu tidur sama Mas Juned, kan? Kenapa gak menikah aja sekalian? Biar kakak bebas melakukannya dan tidak ada ketakutan jika Mas Juned direbut orang lain.”Tania mendengus, jelas-jelas merasa terganggu dengan godaan adiknya. “Al, denger ya. Aku bukan takut Juned direbut siapa-siapa. Aku cuma gak mau melakukannya jika dia dalam kondisi kayak gini.”“Hmmm… kalau gitu, Kakak pasti juga gak keberatan kalau ada wanita lain yang mau melakukannya sama Mas Juned, ya?” Alisa melipat tangan di dadanya, matanya menatap Tania penuh tantangan.Tania membuka mulut, ingin membantah, tapi tiba-tiba terdiam. Ada sesuatu di dalam dadanya yan
Namun, tepat sebelum bibirnya menyentuh wajah Juned, suara keras terdengar dari belakang.“EHEM!! Kakak ngapain?!”Tania tersentak kaget dan langsung menjauh dari Juned, wajahnya memerah seketika. Ia menoleh dan melihat Alisa berdiri di ambang pintu dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu, tangannya menyilang di dada.“J-Jangan ngagetin gitu dong!” Tania berusaha menutupi rasa malunya.Alisa menaikkan alis, lalu tersenyum penuh arti. “Aku sih gak masalah kalau kakak mau nyium Mas Juned, tapi kok gak bilang-bilang? Kan bisa aku rekam buat kenang-kenangan!” godanya sambil terkikik.Tania menghela napas panjang, lalu berdiri dan berjalan menjauh dari Juned. “Aku gak ngapa-ngapain, Alisa! Sudahlah, kita harus siap-siap buat sarapan.”Tania berjalan menuju dapur dengan langkah cepat, berusaha mengalihkan pikirannya dari kejadian barusan. Ia membuka lemari dapur dan mengambil beberapa bungkus mi instan.“Mau rasa apa, Al?” tanyanya tanpa menoleh.“Yang pedas dong, Kak!” sahut Alisa sambil du
“Aku tidak yakin…” ujar Tania ragu.Alisa tersenyum jahil, lalu dengan nada menggoda, ia berkata, "Saat tadi aku melihat ingatan Mas Juned, tidak ada wanita yang menolak kejantanannya. Sepertinya Aku juga tidak menolak, kok."Tania langsung menatap tajam adiknya. "Jangan macam-macam, Alisa!"Alisa terkikik. "Ya sudah, kalau Kakak masih ragu, nggak usah dipaksa. Tapi ingat, kalau Mas Juned tetap seperti ini, itu artinya Kakak sendiri yang menyerah tanpa mencoba semuanya."Tania menggigit bibirnya. Dia tidak suka kalah, terutama dalam sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai polisi dan antiquary.Tania menghela napas panjang sebelum akhirnya menatap adiknya dengan tegas.“Sudah malam, Alisa. Lebih baik kamu tidur,” ujarnya.Alisa masih duduk di sofa ruang tengah dengan wajah penuh rasa ingin tahu, seolah ingin melihat bagaimana kelanjutan rencana kakaknya. “Aku masih penasaran, Kak,” kata Alisa sambil tersenyum jahil. “Tapi baiklah, aku tidur dulu.”Tania melipat tangan di
Alisa mengangguk mantap. “Iya, Kak. Dari yang aku baca di pikirannya, Mas Juned punya kebiasaan ini saat masih normal. Jadi mungkin dengan melakukan sesuatu yang familiar, memorinya bisa kembali.”Tania menghela napas panjang. “Tapi ini tetap terasa aneh…”“Kakak sendiri yang bilang ini terapi, kan?” Alisa tersenyum penuh arti. “Lagipula, Kakak percaya sama aku, kan?”Tania menatap adiknya sejenak, lalu akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah. Aku akan coba.”Ia kemudian berjalan ke kamar dan mulai mengganti pakaiannya dengan selembar handuk yang melilit tubuhnya. Setelah memastikan semuanya rapi, ia keluar dari kamar dan melihat Juned masih duduk di lantai dengan tatapan kosong.Alisa menyenggol lengan kakaknya. “Ayo, Kak. Mulai aja.”Setelah berhasil mengatur nafasnya, Tania mengibaskan tangannya memberi isyarat agar Alisa meninggalkan ruang tamu.Alisa menatap kakaknya dengan penuh rasa ingin tahu. “Kakak yakin mau aku keluar?” tanyanya, meski sudah bisa menebak jawaban Tania.Tania
Alisa menatap kakaknya dengan khawatir, tapi dia juga tahu Tania adalah orang yang tak mudah menyerah. "Baiklah... kita coba."Tania lalu menoleh ke Juned dan tersenyum lembut. "Juned... kamu masih ingat caranya memijat, kan?"Alisa kembali mendekati Juned, lalu dengan lembut menyentuh kepalanya. Matanya sedikit terpejam, mencoba meresapi ingatan yang masih tersisa dalam benak pria itu. Tania menatap mereka dengan penuh harap.Beberapa detik kemudian, Alisa membuka matanya dan menatap Tania. “Aku melihatnya.”“Apa yang kamu lihat?” tanya Tania cepat.Alisa menarik napas dalam. “Saat Mas Juned memijat seseorang, dia selalu memulainya dengan perlahan. Dia akan meraba bagian tubuh yang sakit atau pegal dengan tangannya terlebih dahulu, lalu dia menekan dengan lembut untuk mencari titik yang paling membutuhkan pijatan.”Tania mengangguk, mencatat dalam pikirannya. “Lalu?”“Setelah menemukan titik yang tepat, dia akan menggunakan ibu jari dan telapak tangannya untuk memberikan tekanan. Di
Alisa menggigit bibirnya sebelum akhirnya bercerita. “Sebelum kecelakaan itu, aku pernah menemukan jamur yang tumbuh di dekat sekolahku. Aku membawanya pulang, namun setelah aku sadar dari kecelakaan. Di hadapan Mas Juned dan Pembantunya, mereka tak sengaja melihat jamur itu di kantongku. Lalu mereka bercerita tentang jamur ajaib. Aku penasaran, terus aku nekat coba makan.”Tania semakin terkejut. “Kamu makan jamur itu?! Terus, apa yang terjadi?”Alisa terlihat ragu sebelum akhirnya berkata, “Setelah makan jamur itu... aku mulai merasa kepalaku pusing lalu kembali pingsan. Mas Juned panik lalu membawa ke rumah temannya yang kaya. Setelah sadar kepalaku menjadi ringan, kayak semua hal jadi lebih gampang dipahami. Aku jadi ngerti pelajaran tanpa perlu belajar keras, aku bisa ingat sesuatu yang cuma kulihat sekilas... Bahkan aku bisa menyelesaikan puzzle yang belum pernah aku lihat, kak.”Tania terdiam, menyusun potongan-potongan informasi di kepalanya.“Berarti jamur yang kamu makan
“Alisa?” gumam Tania pelan.Tania menatap Alisa dengan heran saat adiknya itu masih berdiri di depan pagar.Alisa mengangguk kecil, masih terlihat ragu-ragu. “Kak...”Tania menghela napas, melirik sekilas ke arah Juned. “Kamu kenapa tiba-tiba ke sini?”Alisa menunduk sebentar sebelum menatap kakaknya lagi. “Aku Cuma ingin ketemu Kakak.”Tania terdiam. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu, sejak masalah besar yang terjadi antara dirinya dan ayah mereka.“Setelah semua yang terjadi... kamu masih mau datang ke sini?” suara Tania terdengar lebih hati-hati.“Aku tetap adikmu, Kak,” jawab Alisa. “Aku Cuma ingin tahu kabarmu, aku juga rindu... meskipun aku tahu kita sudah lama nggak seperti dulu lagi.”Tania menggigit bibirnya, lalu melirik sekilas ke dalam rumahnya yang sederhana.“Masuklah. Kita bicara di dalam.”Alisa mengangguk, melangkah masuk melewati Juned yang masih sibuk dengan dunianya sendiri. Namun, saat dia berjalan, tiba-tiba Juned meraih pergelangan tangannya.“Kamu Jamur
Tania berlari ke kamarnya, dia membongkar rak berisi buku. Tangannya dengan cepat menyibak beberapa buku yang tersusun rapi.Setelah menemukan sebuah buku yang dicari, ia membuka kembali catatan kuno yang selama ini dia teliti. Di dalamnya, tertulis hubungan unik antara empat jamur ajaib yang konon memiliki kekuatan luar biasa:“Kekuatan mengalahkan Kekayaan, Kekayaan mengalahkan Kekuasaan, Kekuasaan mengalahkan Kecerdasan, Kecerdasan mengalahkan Kekuatan.” Tania duduk di sebuah meja sambil telunjuknya dengan perlahan menyusuri setiap tulisan dalam buku.Tania mendongak menatap langit kamarnya sambil masih bergumam sendiri. “Jadi hal itu seperti Siklus yang membentuk rantai keseimbangan, seolah-olah masing-masing jamur saling mengimbangi satu sama lain.”Tania menyadari sesuatu—Juned memiliki kekuatan, sementara Marina memiliki kekayaan. Jika benar teori ini berlaku, maka seharusnya Marina akan lemah dengan Juned.Namun, ada satu masalah besar. Juned kehilangan efek jamurnya. “