Makhluk kotor menyembur dengan liar, sementara tubuh naga kepala tiga itu juga terjatuh dengan lemas ke lantai.“Roh leluhur sudah muncul! Aku sudah bisa pergi dengan tenang sekarang!” Ciptadi yang terjatuh ke lantai secara bersamaan masih sadar. Melihat pemandangan yang luar biasa ini, suaranya bergetar penuh semangat, mengira bahwa nenek moyangnya telah menampakkan diri.“Kakek, ada apa denganmu?” Feno yang segera berlari mendekat juga terkejut, karena pada saat ini, wajah kakeknya sudah sangat mengenaskan. Bagian wajahnya terlihat tergerus parah. Bibirnya hampir terjatuh dan memperlihatkan beberapa gigi putihnya juga sangat menakutkan.“Kakek, Kakek, ada apa denganmu? Kakek!” Feno yang melihat pemandangan ini langsung panik. Saat bertanya dengan terburu-buru, dia bahkan hampir menangis.Saat itu, semangatnya untuk melawan roh jahat sudah lenyap.“Feno, jangan menangis, jangan menangis. Mati dalam menjaga dunia ini adalah kehormatan kita sebagai penjaga makam!” Ciptadi yang terba
“Hancurkan tokonya dan pukul dia sampai cacat!”Si Botak Radja ini sangat tidak berperikemanusiaan. Dia mengeluarkan perintah dengan dingin, kemudian menonton dari samping dengan kedua lengan terlipat di depan dada.Tuan Botak dari Kota Cianjar, terkenal dengan reputasi buruk. Dia adalah raja penggusuran, musuh bebuyutan bagi “penunggu rumah”. Feno yang kecil tentu tidak dipandang serius olehnya.Di matanya, Feno hanyalah seekor anjing bobrok dan sama sekali tidak pantas untuk diperhatikan.Begitu penghancuran dilakukan, barang-barang di dalam toko hancur berantakan dengan suara “prang prang prang”. Di saat itu, Feno hanya bisa duduk di lantai dan menatap dengan penuh kemarahan.Saat itu, dirinya merasa sangat tertekan.Dalam kemarahan, dia bahkan ingin membunuh.“Bocah tengik, peringatan terakhir untukmu, jika besok aku melihatmu masih tidak pergi dari sini, maka kamu mati saja!”Setelah merusak segalanya, si Botak meninggalkan satu kalimat dingin dan pergi.Bagi manajer penggusuran i
“Ahaha, hanya ada kita berdua saja, panggil seperti itu saja!”Feno melihat ekspresinya yang malu-malu dan tertawa dengan sangat gembira. Namun, begitu dia tertawa, luka di kepalanya tertarik dan dia kesakitan hingga berjongkok sambil menggertakkan giginya.“Kamu dipukuli lagi? Sejak awal sudah kukatakan bahwa kamu bisa lapor polisi! Penggusuran paksa seperti ini tidak diperbolehkan oleh negara. Kami juga harus pindah, katanya jalan ini sudah dibeli oleh Authority Group.” “Tidak, urusanku harus aku selesaikan sendiri! Kemampuankulah yang masih terlalu kecil!” Feno ingat bahwa Raja Batara tidak pernah meminta bantuan orang lain ketika menghadapi masalah, jadi dia bersikeras untuk bertindak sendirian dan menyelesaikan semuanya sendiri...Namun, Sinta mengernyitkan kening saat mendengar hal itu.“Apa maksudmu? Apakah kamu bisa mengalahkan mereka semua? Mereka semua sangat kejam dan kasar, jangan keras kepala seperti itu!”Sinta adalah salah satu gadis terkenal di jalan ini. Dia sangat c
Sinta pergi memasak, sementara Feno melihat sosok Sinta yang sibuk di dapur dengan senyuman bodoh di wajahnya.Namun saat dia menunduk, tiba-tiba dia merasa murung, karena benda yang barusan dia gunakan untuk memukul itu ternyata adalah patung yang sudah selesai dibuat oleh dirinya. Dia melihat di dahi patung itu muncul sebuah retakan.Perlu diketahui bahwa anak orang kaya itu akan datang untuk mengambil patung tersebut sore ini. Jika harus membuatnya lagi, sudah tidak ada waktu. Selain itu juga sudah tidak ada bahan sejenis ini.Memikirkan semua itu, dia merasa sedikit tertekan.Setelah menemani Sinta makan dan mengantarnya pergi, Feno menyadari bahwa waktu pengambilan barang semakin dekat. Apa yang harus dilakukan?Feno merasa sangat cemas.David yang diam-diam mengamati semua itu tidak bisa berkata-kata. Anak ini, kenapa bisa begitu keras kepala?Bukankah dia baru saja mendapatkan Catatan Keterampilan Ilahi?Setahu David, setelah menyelesaikan tingkat pertama Catatan Keterampilan I
Setelah selesai berbicara dengan tidak meninggi maupun merendah, Feno membawa patung dewa perang itu ke atas meja.“Apakah ini berguna?” Anak orang kaya itu melirik sekilas dan berbicara dengan nada yang sangat meremehkan.“Tentu saja berguna!” Feno juga berbicara dengan penekanan. Aura kewibawaan memancar dan membuat orang-orang itu tertegun. Meskipun Feno terlihat sangat percaya diri di luar, di dalam hatinya justru tetap merasa ragu.“Kalau begitu, pacar saya sudah pergi. Jika ini berguna, apakah saya bisa menemukannya?” Anak orang kaya itu masih tampak bersikap angkuh. “Bisa!” Feno menjawab dengan sangat yakin, seolah-olah dia adalah tuhan dan penuh wibawa. “Wow, kamu ini, meskipun masih muda, berani sekali berbicara!” Anak orang kaya itu tertawa karena marah. Bahkan para pengawal di belakangnya yang juga ikut tertawa.Hal yang begitu aneh, pemuda di depannya ini tampak tidak merasa malu sama sekali dan menjawab dengan percaya diri.“Krriing!” Namun, saat itu juga telepon anak
“Berdoa? Maksudmu aku harus berlutut?”Ferry mengernyitkan dahi.“Betul!” “Apakah kamu sengaja melakukan ini?” Mendengar perkataan itu, Ferry marah lagi.Pengawal itu juga menatap dengan tajam, seolah-olah bersiap untuk menyerang Feno.“Jika kamu percaya, coba saja. Jika tidak, ya sudah!” Feno sudah membulatkan tekad dan malas untuk mempedulikan keduanya lagi. Dia hanya berkata dengan dingin.Namun, Ferry tidak bisa merendahkan dirinya. Dia terlihat berpikir sejenak dan membentak pengawal di sampingnya, “Sana, kamu pergi berlutut dan bersujud!”Pengawal itu merasa kesal, tetapi tidak bisa melawan perintah. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya melangkah maju. Namun, sebelum berlutut, dia menoleh dan berteriak kepada Feno.“Bocah ingatlah. Jika kamu berani mempermainkan kami, aku akan memutuskan lehermu!”Feno tentu tidak mempedulikan dia dan hanya meletakkan patung itu di atas meja, kemudian memeriksa simbol tulisan yang telah terukir.“Dewa Perang, saya sangat mengagumi Anda, tet
“Tolong! Aku menyerah!”“Plak!” Saat itu, Feno dengan bangga melayangkan tendangan yang membuat Ferry terlempar dan secara tepat menghindari “serangan” yang tidak terduga itu! Kemudian, dia tertawa dan berkata, “Patungku benaran sangat ampuh, apakah kamu masih meragukannya?”“Bocah, aku hanya bercanda denganmu. Di mana pacarku? Bagaimana dengan perhatian ayahku? Kenapa hanya langsung mewujudkan harapan ketigaku? Sepertinya ini tidak seampuh itu. Aku malas untuk ngomong kosong denganmu lagi. Biarkan aku membawa pulang patung itu. Jika benar-benar berguna, aku akan memberimu uang setelahnya. Paham?” Ferry bangkit dengan malu. Saat mengucapkan kata-kata itu, dia sudah sedikit berbohong.“Baiklah, bawa pergi saja!” Feno sama sekali tidak peduli dengan ucapannya dan menyerahkan patung itu kepadanya.“Hmph, aku akan kembali besok!” Dengan mendengus dingin, Ferry pergi sambil membawa patung itu bersamanya.Melihat dia pergi dengan begitu saja, Feno tidak menghentikannya.Keesokan harinya,
Kota Jayanegara.Kantor Direktur Guntur Group. Ria Nastoro membelalak menatap pemuda di hadapannya dengan tak percaya, “Apa katamu? Kamu tunanganku?”“Benar. Kakekmu menjodohkanmu denganku 3 tahun lalu. Ini surat perjanjian pernikahannya. Lihat sendiri kalau tidak percaya.”Pemuda itu bernama David Cokro. Dia menyodorkan selembar surat perjanjian pernikahan.Ria bahkan merasa ingin mati setelah membaca surat perjanjian pernikahan itu.Dia bisa memastikan bahwa surat perjanjian pernikahan itu asli. Tulisan di surat itu adalah tulisan kakeknya, Chandra Nastoro dan terdapat stempel pribadi kakeknya. Ria menarik nafas dalam-dalam dan dengan dingin berkata, “Namamu David Cokro, ‘kan?”“Benar.”David mengangguk, namun tatapannya yang menilai Ria justru tidak tertahankan.Wajahnya begitu memesona dan kulit putihnya begitu halus. Meskipun dalam keadaan tegang juga dapat membuat pria manapun tergoda.Dengan satu stel pakaian profesi yang ketat, terbentuk lekuk tubuh yang menggoda, terutama pi