“Aku katakan, aku katakan. Aku akan mengatakan semuanya.” Sepasang lutut Uzair melemas dan dia langsung terlutut di atas lantai. “Waktu itu……”Omongannya belum diselesaikan, kepala Uzair tiba-tiba membengkok dan dia sudah putus nafas. “Lagi-lagi seperti ini!”Mata David mendingin. Kelihatannya cara kerja orang di balik semua ini lebih menakutkan daripada yang dibayangkan. Setiap orang yang hampir mengatakan kebenarannya, semuanya akan mati seketika mengungkitnya. Kebakaran besar Panti Asuhan Bisma waktu itu, ternyata memiliki begitu banyak cerita di dalamnya. Berpikir sampai di sini, David samar-samar sudah merasakan kebakaran besar waktu itu disebabkan oleh dirinya sendiri. Mengenai orang lain di panti asuhan, mungkin hanya terlibat karena dirinya. “Kakek Kepala Panti dan teman-teman lainnya, kalian tenang saja. David bersumpah, tidak peduli betapa rumitnya di belakang, aku akan membalaskan dendam untuk kalian!”David berkata dengan bersungguh-sungguh, kemudian memutuskan kepa
“Kakak Ke-tujuh.” David melihat Ria yang temperamennya berubah drastis dan ekspresinya luar biasa rumit. “Kerikil Kecil, kamu b*rengsek. Kenapa tidak beri tahu aku bahwa kamu adalah Kerikil Kecil!” kata Ria Ria dengan marah. “Waktu itu kamu tidak percaya pada semua omonganku. Kamu sudah bercerai denganku. Lagipula, saat itu aku juga tidak tahu bahwa kamu adalah Kakak Ke-tujuhku.” David mengelus kepala sambil berbicara dengan canggung. Mendengar omongan ini, wajah Ria juga memerah karena malu. Dia bahkan benaran menikah dengan David seperti yang dibicarakan waktu kecil. Sayangnya, mereka sudah bercerai. “Kalian berdua sudah berapa lama berada di sini?” tanya David mengubah topik pembicaraan. “Sekitar belasan menit.” jawab Melinda setelah berpikir sejenak.“Kalau begitu, apakah kalian melihat ada orang yang aneh di sini?” David meneruskan bertanya. “Orang yang aneh? Tidak ada. Kami tidak bertemu dengan satu orangpun. Ada apa, David?”“Tidak apa-apa.” David menggeleng dan tidak me
Bandara Kota Jilegon.Seiring dengan mendaratnya pesawat. Seorang pemuda yang mengenakan baju lengan pendek, celana pendek dan sandal jepit muncul di ruang tunggu pesawat. Pemuda itu adalah David.Datang ke Kota Jilegon, di seluruh tubuh David selain sebuah kartu atm yang mendadak dijejalkan oleh Julio, sudah tidak ada barang bawaan lainnya lagi. Oleh karena itu, dia tentu tidak perlu pergi menunggu pengambilan bagasi. Dia langsung muncul di ruang tunggu pesawat dan bersiap untuk pergi dengan naik bus bandara. “Cowok ganteng, cowok ganteng.” Sebuah suara terdengar dari samping. David melihat kesana. Seorang gadis yang memakai masker, kacamata hitam dan topi pet di kepala, membungkus dirinya dengan rapat di tengah cuaca yang panas dan sedang melihat dirinya. David melihat ke kiri dan ke kanan, kemudian menunjuk dirinya sendiri. Selain dia, di sekeliling sepertinya tidak ada orang lain. Semuanya berkumpul di tempat pengambilan bagasi. “Benar, kamu. Cowok ganteng, tolong bantu aku
David menunduk dan memperhatikan dirinya sendiri. Dia tidak menemukan keanehan. Kenapa tidak berpakaian rapi?“Dia adalah temanku.” Untungnya Ilona mengeluarkan selembar kartu dengan tepat waktu untuk mengatasinya sehingga tidak terjadi kecanggungan yang lebih besar. “Maaf, silakan ke sebelah sini!” Melihat kartu hitam ini, pelayan buru-buru meminta maaf dan memandu mereka.Ini adalah kartu hitam gabungan nama seluruh bank di Indojaya yang memiliki otoritas cerukan yang hampir tidak terbatas. Jangankan restoran, bahkan Hotel Four Season juga bisa dibeli. Setelah mendapatkan sebuah tempat yang bisa menikmati pemandangan indah di luar jendela sekaligus relatif dekat dengan pojokan. Ilona melemparkan daftar menu kepada David. “Mau makan apa, pesan saja.” “Nasi goreng telur.” David tidak mengambil daftar menu dan hanya mengeluarkan tiga kata dengan acuh. “Em……baiklah, kalau begitu dua porsi nasi goreng telur!” kata Ilona kepada pelayan yang berada di samping. Belum pernah ada orang
“Kamu, apa yang kamu katakan? Katakan sekali lagi.” Untuk sesaat, Jessen tidak berani percaya. “Aku suruh kamu enyah. Sudah dengar dengan jelas?” David menatap tajam pada orang yang disebut Jessen dan membuka mulut lagi. “Bocah, kamu cari mati! Belum ada orang di Jilegon yang berani berbicara seperti ini kepadaku. Kamu adalah yang pertama dan yang terakhir. Aku akan membuatmu mati!” Selesai bicara, Jessen meniupkan angin ke atas wajah David.David membalas dengan sebuah tamparan dan meniupkan angin ke atas wajah Jessen juga. “Plak!”Sebuah suara yang nyaring terdengar di seluruh restoran.“Kamu, kamu, kamu bahkan berani memukulku?” Jessen menutupi setengah wajahnya yang dipukul. “Wandri, bunuh dia.” Wandri, tampaknya merupakan nama pria yang berada di belakang Jessen.Mendengar suara tajam Jessen, Wandri tidak banyak bicara. Dia menjulurkan tangannya ke arah pinggang dan ingin mengluarkan sebuah pistol. “David, hati-hati!” Ilona mengeluarkan suara berseru untuk mengingatkan. “Dor
“Ish, sudahlah. Jangan bicarakan hal ini lagi. David, bagaimana kalau aku langsung mengantarmu ke bandara saja? Kamu segera tinggalkan Kota Jilegon saja. Kali ini, kamu bisa terpuruk hingga tahap seperti ini, sedikit atau banyak juga gara-gara aku. Yang jelas, bagaimanapun juga aku adalah seorang tokoh masyarakat. Di depan umum, Keluarga Yarisman seharusnya tidak akan menyentuhku. Hanya saja, aku tidak bisa sebebas sekarang lagi.” Ilona berpikir sekian lama dan hanya bisa membantu David mendapatkan jalan keluar dengan cara melarikan diri. “Tidak perlu, turunkan aku di tepi jalan saja sudah cukup.” David membuka mulut dengan acuh dan tampak sangat tidak peduli. “Apakah kamu benaran tidak takut mati?” Ilona tetap merasa khawatir. “Yang seharusnya khawatir adalah mereka!” David hanya turun dari mobil dan tidak memberi penjelasan. “Ish, terserah kamu saja.” Ilona diam-diam berpikir. Meskipun masalah ini timbul karena dirinya, tapi tidak berhasil membujuknya juga apa boleh buat. Dirinya
Setengah jam kemudian, David tiba di sebuah kawasan perumahaan kelas atas. Dia merasakan sedikit tenaga spiritual yang ditinggalkannya berada di kawasan perumahan di depan matanya ini. David tidak mengejutkan siapapun dan diam-diam menyelinap masuk ke kawasan perumahan. Di dalam sebuah kolam renang vila mewah, 4-5 pasangan pria dan wanita berkumpul. Jessen sedang berkumpul bersama sekelompok orang. Berbeda dengan kesombongan sebelumnya, Jessen yang saat ini justru seperti sangat patuh. “Kak Hansin, bagaimana dengan pesta yang kuadakan kali ini?” Jessen sedang memberi perhatian kepada seorang pria. Dia berbicara sambil menuangkan anggur. Satu tangan pria itu sedang memainkan wanita yang bersandar di tubuhnya dan satu tangan lainnya mengangkat gelas anggur. “Bagus, Jessen. Perlu dikatakan bahwa kamu yang lebih jago dalam hal bermain. Tidak seperti kami, setiap hari dipaksa oleh makhluk tua di rumah untuk berlatih silat.”“Kak Yunif kamu terlalu rendah hati. Setiap orang memiliki a
“Bahkan jika Guru Besar David dari kota Jayanegara itu menghadapi kami kerjasama kami berempat, dia juga hanya bisa melarikan diri!”……“Akulah orangnya.” kata David dengan acuh. Begitu omongan ini keluar, keempat orang saling bertatapan. “Hahaha, lucu sekali. Kamu sedang diKota Jilegon dan mengatakan dirimu adalah Guru Besar David. Hahaha. Tahukah kamu, jika ada orang lain yang mendengarnya, maka dalam waktu beberapa menit, akan ada segeombolan ahli seni bela diri yang datang mengejarmu.”“Hahaha, sudahlah. Kamu juga tidak akan mengerti jika dibicarakan denganmu. Kukatakan padamu seperti ini saja. Bahkan jika Kota Jilegon dan Kota Jayanegara berjarak ribuan kilometer, tetap akan ada banyak orang yang bergegas ke Kota Jayanegara dari sini, hanya demi satu hal, yaitu mendapatkan kepala Guru Besar David itu.”“Jika bukan karena tidak tahu siapa ahli yang berdiri di belakang Guru Besar David, seluruh pasukan Kota Jilegon sudah melakukan serangan.” Berbicara tentang orang ahli itu, Yuni