Melihat hal ini, orang-orang di beberapa meja sebelah segera menyediakan tempat dan berkeliling untuk menonton. Tepat pada saat ini, David datang kembali ke restoran di hotel. Melihat segerombolan orang mengelilingi tempat duduknya yang sebelumnya, dia ingin menerobos kerumunan. “Saudara, Tuan Muda Sihab sedang melakukan sesuatu. Jangan bersikeras menerobos dan cukup melihat saja. Jika sampai membuat Tuan Muda Sihab marah dan kamu akan terkena akibatnya.” Ada orang di kerumunan penonton yang menghalangi David karena ingin mencari muka di hadapan Sihab. “Minggir, aku orang yang bersama dengan mereka.”Begitu mendengar omongan ini, orang yang menghalanginya segera minggir. “Bi Laras, Kakak, kalian tidak apa-apa, ‘kan?” David berjalan dengan langkah cepat ke samping keduanya dan duduk. Dengan satu tangan menggandeng satu orang, dia menenangkan mereka. Terutama Laras. Setelah sembuh dari penyakitnya, dia memang jarang keluar karena David khawatir Laras akan terkena rangsangan lainny
Begitu tangannya diangkat dan diayunkan, David langsung mematahkan satu lengan tangan Sihab dan dengan suara dingin berkata, “Aku patahkan satu lengan tanganmu sebagai hukuman!”Bibi Laras ada di tempat itu dan dia tidak leluasa untuk membunuh. “Pergilah dan jangan biarkan aku melihatmu lagi!” Sihab memegang tangannya yang patah dan melarikan diri dengan ketakutan. Sebodoh apapun semua orang, mereka juga tahu bahwa Sihab sudah bertemu dengan orang yang kuat. Orang yang bahkan tidak bisa disinggung oleh Sihab. Tentu tidak ada orang yang berani tetap tinggal di sini untuk tertiban sial. Semua orang buru-buru pergi sambil menundukkan kepala. Setelah makan, David menyuruh Melinda membawa Laras pulang duluan. Meskipun Melinda khawatir, tapi melihat Laras ada di tempat itu, dia juga hanya bisa melakukannya. Ternyata benar, tak lama kemudian Sihab yang dibalut dengan bidai datang lagi. Segerombolan besar orang dipimpin oleh seorang pria berpakaian batik. “Paman, dia orangnya!” Dari jau
“Astaga, ternyata Paman Seperguruan membawa Pedang Lumut, barang berharga miliknya. Kali ini David sudah bisa dipastikan akan mati!”Sebagai orang berbakat di Pencak Silat Telapak Suci, tampaknya Sihab juga tahu senjata ajaib yang terdapat di dalam Pencak Silat Telapak Suci ini. “Benar. Kemampuan tahap maha guru paman seperguruan yang dipadukan dengan senjata ajaib, bahkan jika diperhadapkan dengan lawan di tahap maha guru silat level tiga, juga memiliki kemampuan untuk bertarung!”Murid lainnya juga ikut membenarkan. “Di hadapanku, kamu juga pantas untuk menggunakan pedang?”Melihat hal ini, David tersenyum dingin dan sama-sama mengeluarkan sebuah pedang dengan cita rasa kuno. “Nama pedang ini adalah Tujuh Bintang Naga.”“Bunuh kamu dengan satu pedang!”Sesaat kemudian, dia mengangkat tangan yang memegang pedang dan mengayunkan pedangnya.“Boom!”Sebuah tenaga pedang yang luar biasa tajam meninggalkan tubuh. “Ting” terdengar sebuah suara tajam. Yang disebut dengan “Pedang Lumut”
Di tengah ruangan, sebuah jenazah ditutupi dengan kain putih. Tentu itu adalah Tetua Yohanes yang sudah mati. “Kakak Seperguruan, sebaiknya segera hubungi kakakmu saja. Sekarang Tetua Yohanes bahkan sudah mati. Kemana kita semua bisa menegakkan keadilan?”Saat ini, orang Pencak Silat Telapak Suci yang menyusul ke Kota Jayanegara berada di sini semua. Banyak orang yang merasa sedih dan marah melihat jenazah Tetua Yohanes.“Tutup mulutmu!”Mendengar ada orang yang mengungkit kakaknya, Sigit Sudrajat, Sihab memutar kepala dan memelototinya.Dia berhenti setelah orang yang berbicara itu menundukkan kepala. Sepasang orang hebat. Orang luar yang mendengarnya sangat iri. Tapi hanya diri sendiri yang tahu dengan jelas. Berapa pengorbanan yang dilakukan demi mengejar jejak kakak kandungnya.Ada kalanya Sihab berpikir. Betapa bagusnya jika di Keluarga Sudrajat hanya ada dirinya sendiri dan tidak ada kakaknya!Semakin seperti itu, dia semakin harus membuktikan nilai diri sendiri. Dalam pe
Wanita yang sudah didekatinya selama beberapa hari ini, tidak pernah menunjukkan ekspresi seperti ini kepadanya. David berkata seolah sedang tertawa. “Aku adalah mantan tunangannya!”Begitu omongan ini keluar, pemuda itu langsung terkejut. Pemuda itu tertegun sejenak dan meneruskan pembicaraan setelah mengingat sesuatu. “Hm, apa yang perlu dibanggakan? Bukankah hanya bisa menonton pertempuran dari tepi sungai?”“Perahu penyeberangan di Sungai Jangir ini sudah dibagi oleh semua kekuatan besar.”“Dan aku punya seorang teman yang berhasil mendapatkan sebuah perahu penyeberangan. Wulan, nanti aku akan membawamu menonton pertarungan di tengah sungai.” Selesai bebicara, dia juga menjauhi David beberapa langkah. Dia seperti takut David ingin menumpang di perahunya.Pada saat ini, dari samping terdengar sebuah suara. Sebuah perahu penyebrangan perlahan-lahan mendekat ke tepian. “Apakah kalian juga ingin pergi menonton pertarungan? Ayo pergi bersama-sama.”David kakak beradik belum selesai b
Wulan dan gadis yang menyebut dirinya orang Teratai Putih juga mencari ke sekeliling. Di saat yang krusial, David melewati semua orang dan berjalan ke depan perahu penyeberangan. “Kamu sudah gila, David. Yang dipanggil olehnya adalah Guru Besar David, bukan kamu. Di saat seperti ini, untuk apa kamu ikut meramaikan dan cari mati? Jika kamu cari mati, maka jangan menyeret kami bersamamu!”Wulan segera menarik David. Dia takut David mendatangkan kerepotan kepada semua orang di perahu penyeberangan. “Akulah Guru Besar David!” David tersenyum acuh sambil berbicara.“K*ntut! Jika kamu adalah Guru Besar David, maka aku adalah ibu suri surgawi.” “David, aku tahu jika kemampuan medismu sangat bagus dan pernah dipanggil sebagai Guru Besar David oleh orang yang disembuhkan olehmu. Tapi di sini adalah tempat berkumpulnya ahli silat. Kamu seorang tabib pengembara, jangan membuat malu lagi.” Wulan berbicara dengan marah. “Hahaha. Aku rasa dia hanya ingin unjuk diri di hadapanmu saja. Wulan, seb
“Nenek, kumohon. Biarkan aku pergi menolong adikku.” Di atas sebuah perahu penyeberangan di tengah sungai. Seorang wanita bersama seorang gadis muda, tepat merupakan Nenek Sari dan Ria.“Gadis kecil, meskipun dirimu sangat berbakat, sayangnya masa latihanmu terlalu singkat. Kamu tetap bukan seorang maha guru dan bukan lawan Uzair. Sebaiknya kamu mencari kekasih lain saja.” Melihat Ria yang memohon di hadapannya, Nenek Sari menggelengkan kepala. “David, kali ini kamu masih tidak mati juga?!”Di atas sebuah perahu penyeberangan dimana Pencak Silat Telapak Suci berada, Sihab yang melihat permandangan ini, diam-diam mengepalkan tinju dengan erat. Selama David mati, maka seluruh Kota Jayanegara akan jatuh ke tangannya sendiri. Sampai pada waktunya, bagaimana dia dipermalukan, maka semuanya akan dikembalikannya dengan berlipat ganda. Dan juga Melinda itu, dia bahkan berani mengabaikanku. Sampai pada waktunya, aku akan menangkapnya dan mempermainkannya sesuka hati. Sejak awal hingga ak
“Siapa kamu? Kamu juga layak untuk memenangkan hari Guru Besar David? Aku ingin bergabung menjadi murid Guru Besar David.” “Siapa juga kamu? Kamu juga layak untuk bergabung menjadi murid Guru Besar David? Lebih baik menjadi anjingnya saja.” “Aku juga bersedia menjadi anjingnya!”Saat ini, sekian banyak ahli silat akhirnya menyadari bahwa meskipun Guru Besar David masih muda, tetapi kemampuannya lebih menonjol.……“Kenapa bisa begitu? Aku pasti sedang bermimpi!”Saat ini, senyum di wajah Sihab mengeras dan akhirnya sadar bahwa dirinya sepertinya telah menyinggung orang yang tidak seharusnya disinggung.“Di mana guru? Bukankah guru juga sudah berjanji akan datang juga? Kenapa sosok guru tidak kelihatan?” Sihab yang luar biasa panik, teringat akan gurunya sendiri. ……“Ternyata David begitu hebat?”Ria menutupi mulutnya dan tidak berani percaya juga. Awalya dia mengira selama dirinya cukup giat, maka dia akan berasil mengejar bayangan adik lai-lakinya dan melindunginya dari samping. S