Awalnya Patricia sungguh merasa tidak tenang. Dia selalu memikirkan masalah pekerjaan. Namun, setelah Felix membawa Patricia pergi melihat pemandangan, beban di hatinya seketika sudah mulai berkurang. Pada akhirnya, Patricia malah ketagihan. Dia mencari tempat wisata lain, dan Felix pun terpaksa menjadi sopir gratis.Saat mobil berhenti, Patricia melihat Felix dengan kebingungan. “Kenapa kamu bawa aku ke sini?”“Aku rasa kamu masih belum puas-puas. Jadi, aku bawa kamu ke tempat yang lebih seru lagi!” ucap Felix sambil tersenyum licik.Patricia melihat komunitas dewa di hadapannya. Dia spontan berkata, “Komunitas Dewa Havana, ya? Sewaktu aku kuliah dulu, dosenku pernah ceritain komunitas ini. Waktu itu aku sempat berpikir, kalau aku bisa berkunjung ke sana, aku pasti akan meledakkan tempat itu!”“Tidak disangka kamu sudah kasar dari muda, ya. Hmm … tidak perlu diledakkan juga, soalnya ada banyak barang peninggalan internasional di dalam sana. Tapi, kamu bisa melakukan yang lain!” Sambil
Seperti tebakan Felix, orang-orang di sini memang tidak mengerti bahasa Xia. Hanya saja, tidak mengerti tidak berarti mereka tidak punya cara untuk mencari artinya. Beberapa orang mengeluarkan ponsel mereka, lalu membuka aplikasi penerjemah, dan mulai mencari apa maksud ucapan kedua “orang asing” ini.Ada yang lebih langsung lagi. Mereka langsung merekamnya, lalu bertanya pada temannya yang mengerti bahasa Xia.Saat ini, Felix menggerakkan sedikit tangannya, lalu ponsel-ponsel orang yang sedang merekam mereka malah berasap, dan memori penyimpanan rekaman dan foto-foto di ponsel mereka seketika menjadi rusak.Patricia melirik sekeliling dengan kebingungan. Dia berkata dengan penasaran, “Apa yang terjadi?”“Kamu tidak usah hiraukan. Sebelum reporter datang meliput, mari kita maki sampai puas!”“Emm!” Patricia mengangguk dengan kegirangan. Dia melampiaskan kekesalan selama beberapa hari ini ke Komunitas Dewa Havana.Seketika, Patricia bahkan ingin sekali mempersembahkan dirinya untuk Feli
Ketika mendengar ucapan panjang lebar dari Felix, semua orang langsung terdiam tidak tahu harus berkata apa lagi.“Bendera ini ….”Felix spontan tersenyum, lalu mengejek, “Bendera ini untuk mengingatkan kalian. Sebelum menyembah leluhur, bagusan kalian belajar untuk jadi manusia dulu!”“Warga Negara Xia sangat menaati hukum. Negara Xia bisa menjadi panutan kalian.”Begitu ucapan ini dilontarkan, tidak ada yang berani menggeser bendera itu. Sekarang kondisinya malah jadi warga Negara Havana yang disalahkan!Felix juga tidak menghiraukan mereka lagi. Dia langsung menggandeng Patricia untuk pergi memasuki mobil.Di depan pintu gerbang Komunitas Dewa Havana, sekelompok orang melihat bendera Negara Xia, lalu melihat ke sisi Felix. Ini adalah sebuah penghinaan bagi mereka! Hanya saja, mereka malah tidak bisa melakukan apa-apa.Semua pengunjung Komunitas Dewa Havana dan para penonton yang menyaksikan berita itu mulai membenci orang-orang yang melakukan keonaran itu.Di dalam mobil ….Sepanjan
Sebentar ….Jangan-jangan?Felix sengaja melakukannya?Felix sengaja mengatakan ucapan itu di Komunitas Dewa Havana untuk memancing amarah warga Negara Havana.Mereka memang tidak bisa menerimanya, tapi mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Felix. Sebab, Felix adalah pemilik konsorsium yang menafkahi begitu banyak penduduk Havana. Selain itu, dari ucapan Felix, mereka juga tidak bisa melampiaskan amarah mereka ke sisi Felix.Jika mereka membalas Felix, itu berarti mereka sama seperti orang yang dikatakan Felix. Mereka sudah mempermalukan nama bangsa! Berhubung mereka tidak bisa melampiaskan amarah mereka ke diri Felix, mereka pun terpaksa melampiaskannya ke Negara Havana. Pada akhirnya, masalah itu jatuh ke diri Sarkisian. Itu berarti Felix sengaja mengunjungi Komunitas Dewa Havana demi mendesak Sarkisian menyelesaikan kerepotannya?Tidak mungkin ….Sarkisian spontan menggeleng. Pasti masih ada alasan lain lagi!Bagaimanapun juga, Felix adalah seorang siluman yang sangat l
Dalam sekejap mata, waktu dua hari sudah berlalu. Setelah Sarkisian menangkap beberapa dari pegawai yang di-PHK, dia pun baru memberanikan diri untuk menghubungi Felix.Sarkisian duluan berbasa-basi, baru bertanya dengan penuh hati-hati, “Tuan Felix, aku sudah hampir menangkap semua demonstran, apa bendera itu sudah boleh dicabut? Bagaimanapun, tempat itu adalah Komunitas Dewa Havana, tidaklah cocok untuk mengibarkan bendera Xia di sana ….”“Aku mengerti. Aku sudah memutuskannya. Nanti kita berdua sama-sama pergi cabut benderanya. Dengan begitu, kamu bisa mengambil hati rakyatmu. Bagaimana menurutmu?”Sarkisian terbengong. Sejak kapan Felix begitu baik hati?Aneh sekali?Berdasarkan pemahamannya terhadap Felix, sepertinya dia ingin menagih sesuatu. Padahal Sarkisian sudah mempersiapkan diri, tapi Felix malah bersikap seperti ini.Kali ini Sarkisian sungguh kehabisan akal!“Aku sungguh terharu karena Tuan Felix bisa begitu memikirkanku. Entah bagaimana caranya aku berterima kasih terhad
“Jadi, ada apa dengan kamu?”“Tanda terima kasih buat kamu. Ini pertama kalinya aku memasak. Emm … bagaimana rasanya?”“Lumayan … emm?” Felix menatap Patricia dengan kebingungan. Pertama kali memasak? “Kenapa bisa jadi pertama kali? Bukannya sewaktu di apartemen dulu, kamu pernah masak untuk aku?”Patricia menggaruk kepalanya dengan canggung. Dia lalu menjelaskan, “Sebenarnya … sebenarnya waktu itu aku beli dari restoran. Aku hanya panasi sayurnya ketika kamu lagi duduk di ruang tamu ….”Felix mengedipkan matanya tanda dirinya kebingungan. Pantas saja dia merasa masakan Patricia bagai masakan koki restoran bintang lima saja. Ternyata makanan itu dibelinya dari restoran!“Jangan peduliin masalah waktu itu lagi! Masakan kali ini benar-benar dimasak sama aku. Aku sudah korbankan waktu satu hariku, dan belajar dari 20 pelayan di sini. Mereka bisa jadi saksi!”“Sejak kapan aku meragukanmu?” tanya Felix.Patricia tersenyum. Dia merasa sangat gembira saat ini. “Hehe, enak tidak?”“Aku sudah b
Sarkisian juga tidak mau kalah. Dia berkata dengan sopan, “Bagus sekali kalau Tuan Felix tidak peduli. Mari kita cabut benderanya demi tidak mempengaruhi hubungan diplomatik kedua negara!”Ucapan itu terdengar sangat sopan, tapi kenyataannya Sarkisian sedang memaki Negara Xia!Ujung bibir Felix melengkung ke atas. Kamu ingin main lagi? Namaku bukan Felix kalau aku tidak memakimu!“Hehe, aku percaya setelah terjadi masalah ini, semua rakyat Havana akan semakin makmur lagi!” ucap Felix dengan tersenyum.Ujung bibir Sarkisian berkedut. Apa Felix ingin mengingatkan Sarkisian bahwa Negara Havana adalah negara yang kalah dalam peperangan. Dia ingin menginjak-injak Negara Havana?“Uhuk, uhuk, begini saja, kita cabut dulu benderanya,” ucap Sarkisian dengan canggung.“Baik!”Felix mengangguk, lalu melangkah mundur selangkah untuk menghadap bendera Negara Xia.Sarkisian spontan menghela napas. Dia berdiri di samping bendera Negara Xia menunggu arahan dari Felix.Tak lama kemudian, terdengar suar
Setelah mencium cairan di tangan, kening Sarkisian langsung berkerut. Si*lan! Air kencing!Seorang Raja Havana malah disiram air kencing?Bagus juga! Setidaknya bendera Negara Xia ….Saat Sarkisian membalikkan badannya, dia malah menyadari Felix sudah membawa pergi benderanya, lalu memasang bendera Havana di tempat itu.“Untung saja! Untung saja responsku cepat. Kalau tidak, bendera bangsaku pasti akan basah!”Sarkisian kehabisan kata-kata. Si*lan! “Felix di sana! Serbu!”Seketika sekelompok orang langsung menyerbu. Sementara itu, Felix juga tidak tinggal diam. Hal pertama yang dia lakukan adalah langsung melarikan diri.Seketika Komunitas Dewa Havana menjadi kacau balau. Orang-orang itu mengabaikan cegatan para staf pelindung, langsung menyerbu ke dalam.Saat ini Felix langsung berlari ke tempat penyimpanan barang berharga pamannya Qadir. Kemudian, dia dengan santainya memasukkan barang berharga itu ke dalam cincin penyimpanan.Ketika Felix hendak keluar dari tempat penyimpanan baran