Casper hanyalah seorang anak kecil. Kemampuan berpikirnya masih belum sempurna. Tentu saja dia bukanlah tandingan para reporter itu. Saat ini, dia bahkan mengira dirinya adalah seorang anak jahat.“Kamu tidak usah peduli dengan ucapan orang-orang kurang kerjaan itu. Kalau kamu suka main gim, kenapa kamu malah tidak ingin bermain lagi?” tanya Felix dengan nada memanjakan. Sue yang berdiri di samping bahkan merasa Felix pasti akan menjadi seorang ayah yang baik.Aneh! Kenapa Sue bisa berpikir seperti ini? Kepikiran hal ini, wajah Sue spontan merona.“Tapi … tapi kalau aku lanjut main gim lagi, Kak Felix akan jadi orang jahat. Aku tidak ingin orang-orang mengira Kak Felix itu orang jahat. Aku tidak ingin mempersulit Kak Felix. Kata Bu Jessica, mempersulit orang lain adalah perilaku dari anak jahat. Apa aku termasuk anak jahat?”Saat ini Casper terus menyalahkan dirinya sendiri. Jika dirinya menuruti ucapan kepala panti asuhan untuk bersekolah dengan rajin, sepertinya tidak akan terjadi ma
“Aku sudah tutup. Sekarang kita lagi ambil gambar secara diam-diam. Kamu kira aku bodoh?” Reporter B sungguh kehabisan kata-kata. Apa mungkin dirinya begitu idiot?“Jadi, kenapa mereka bisa menyadari kita?” tanya kembali rekan kerjanya yang tadi. Dia terus mengintip ke luar jendela mobil, tampak Felix sedang berjalan ke arah mereka.“Tenang, seharusnya kita tidak akan kepergok. Kalau sampai kepergok sama dia, sepertinya dia he ….”Krak!Belum sempat ucapan selesai dilontarkan, pintu mobil langsung terbuka.Saat ini, kedua reporter terbengong. Sepertinya mereka sudah mengunci pintu mobil. Kenapa pintu mobil malah bisa terbuka?Belum sempat mereka tersadar dari bengong mereka, Felix langsung menarik Reporter B keluar dari mobil. Kemudian, dia mengeluarkan kartu memori dari dalam kamera dan meremasnya hingga hancur.“Kamu … apa yang sedang kamu lakukan?” tanya si Reporter B dengan gugup.“Beri tahu bosmu, tidak masalah kalau dia ingin cari gara-gara sama aku, tapi jangan melibatkan orang
Di dalam mimpi, Felix pergi ke sebuah pusat perbelanjaan. Dia melirik sekeliling dan kedua kaki Felix spontan gemetar.“Apa pakaian ini cantik?” tanya Cindy sambil melihat ke sisi Felix.Saat Felix ingin menjawab, dia malah menyadari tubuh Cornelia menembus ke tubuhnya. Cornelia memuji sambil mengangguk, “Cantik sekali, jadi kamu pilih yang ini?”Cindy mengangguk dengan tersenyum. “Felix sudah kerja keras demi keluarga kami. Alangkah bagusnya jika aku bisa berpenampilan cantik untuk menyenangkan dirinya.”Felix merasa bersemangat. Istrinya memang baik sekali, selalu memikirkannya!Namun satu detik kemudian, ekspresi gembira di wajah Felix langsung digantikan oleh ekspresi takut dan kaget!“Sudah selesai kan pilih bajunya? Sekarang matilah sana! Sebagai temanmu, aku bisa membuatmu mati dengan berpakaian cantik!”Selesai bicara, Cornelia langsung mengulurkan tangannya untuk mengorek hati Cindy. Seketika darah segar mengalir dari ujung bibir Cindy. Kemudian, dia jatuh tergeletak di atas l
“Oke, tidak masalah!”Sepuluh menit kemudian ….Felix sedang mempersiapkan bahan makanan di dalam dapur sambil mengintip ketiga wanita yang sedang mengobrol dengan Cornelia di ruang tamu.Mimpi tadi masih jelas di benak Felix. Dia juga tidak bisa menemukan ada yang aneh dengan mimpinya tadi. Apa semua itu karena aura dan kekuatan di tubuh Cornelia?Saat Felix sedang berpikir, tatapan Cornelia spontan melintas ke dirinya dan mengejutkan Felix. Ternyata Cornelia juga memperhatikan dirinya? Semuanya hanya kebetulan atau ….Felix merasa dirinya harus menyelidiki latar belakang Cornelia!Malam harinya, Felix dan yang lainnya mulai menyantap hidangan lezat. Cornelia sungguh terkejut ketika melihat daging kukus yang dipesannya tadi.“Aku minta maaf atas kejadian tadi siang. Jadi, anggap saja daging kukus pesananmu tadi sebagai kompensasinya. Coba dicicipi, cocok tidak sama selera kamu?” ucap Felix dengan sungkan.Cornelia tidak berbicara, melainkan hanya mengangguk saja. Dia lalu mengambil se
Nala memelototi Felix sekilas. ‘Kalau aku tidak merindukanmu, buat apa aku berdiri di depan kamarmu?’“Hmph, kenapa kamu tidak menemaniku?” ucap Nala dengan kesal.“Jangan marah, ya! Malam ini suamimu bakal menemanimu sampai puas!” Felix langsung memeluk Nala.“Begitu, dong! Punyaku atau punya Cornelia lebih bagus?”Felix terbengong sejenak. Dia berpikir sejenak dan baru merespons apa maksud ucapan Nala. Dia pun berkata, “Waktu itu aku hanya khawatir dengan diri kalian. Aku tidak memperhatikannya.”“Jadi, kamu masih ingin merasakannya lagi?” tanya Nala dengan mata terbelalak.“Aku juga bukan tidak ada kerjaan. Sekarang aku ingin melayani istri kesayanganku!”Selesai berbicara, Felix menggendong Nala ke sisi ranjang.Setelah peperangan sengit, Felix sedang memeluk Nala di dalam pelukannya, tetapi dia terlihat tidak begitu fokus. Mimpi buruk itu terus menempel di benaknya.“Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Nala sambil menoel hidung Felix.“Nala, dari mana kamu mengenal si Cornelia?”
Raut wajah Felix berubah muram. S*alan! Sepertinya masalah waktu itu tidak diselesaikan dengan tuntas!Isi setiap surat kabar hampir mirip. Semuanya sedang melihat Felix mengandalkan kekayaannya memperlakukan reporter dengan semena-mena. Sementara, Sue adalah simpanan yang dihidupi oleh Felix.Bahkan, ada yang menyebar gosip bahwa posisi petugas keamanan Sue dibeli Felix dengan uang tinggi. Bukan hanya sampai di sana saja, masalah Sue membawa anggotanya untuk menyelesaikan masalah panti asuhan juga terekspos. Warganet merasa Sue telah salah berpihak. Kejahatan yang dilakukan Felix pantas untuk dipidana!Setelah meletakkan koran, Felix mengambil ponsel dari tangan Cindy. Lagi-lagi dia membaca judul berita yang memojokkannya.[ Memukul Reporter Tak Bersalah, Petugas Keamanan Juga Mengabaikan Masalah Ini. Sebenarnya Hukum Melindungi Rakyat atau Orang Kaya? ]Dengan adanya judul berita itu, kolom komentar juga sudah dibanjiri dengan banyak komentar.[ Menakutkan sekali! Pada zaman sekarang
Felix spontan menghela napas berat. Kekuatan dari masyarakat memang sangat mengerikan!“Kita terpaksa menggunakan bantuan konsorsium Negara Havana. Suruh mereka alihkan dana ke bank kita. Aku juga akan segera menghubungi Negara Shawana untuk mempersiapkan dana. Beri tahu semua orang, mereka bisa menarik seberapa banyak uang yang ada di tabungan mereka. Kemudian, berikan bunga spesial bagi nasabah, promosinya berlaku dalam tiga hari ini!”“Emm … berapa bunganya?” tanya Helen.Felix berpikir sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Bunga deposito tahunan sebesar 10%! Bahkan bunga deposito selama lima tahun baru sebesar 10%. Hanya saja, promosi ini hanya berlaku dalam tiga hari ini saja!”“Selain itu, beri tahu seluruh orang, penarikan deposito sebelum batas waktunya adalah keputusan yang tidak bijak. Bank pusat akan menurunkan nilai bunga. Dengan begitu, bunga deposito semua bank juga akan ikut menurun!”“Apa? Sepuluh persen? Bunga itu terlalu tinggi. Pak Felix, aku harap kamu bisa berpi
Pada saat seperti ini, masih bisa-bisanya mengatakan bahwa ini adalah sebuah kesempatan? Kesempatan apaan!“Apa kamu lagi bercanda? Ini namanya kesempatan?”“Iya, sekarang pihak pemerintah telah turun tangan, tetapi apa mungkin pihak pemerintah bisa menahan opini publik? Aku akui keberadaan Jones Group memang sangat berarti bagi negara, tetapi tidak mungkin negara membela Jones Group dan menelantarkan rakyatnya?”Dalam sesaat, semua orang mengerti arti dari “kesempatan” yang dimaksud. Seandainya mereka memperparah opini publik, pihak pemerintah hanya bisa mengorbankan sebagian orang untuk dijadikan kambing hitam. Itu berarti Felix hanya bisa ditelantarkan.Ini memang adalah sebuah kesempatan bagi mereka! Kepikiran hal ini, semua orang memutuskan untuk bersatu. Baiklah! Mari lakukan penyerangan!Keesokan paginya, semua perusahaan media pun bersuara. Mereka semua melakukan permintaan maaf terhadap Felix dan juga Jones Group.Meskipun mereka telah melakukan permintaan maaf, sikap mereka m