Beranda / Semua / Tujuh Dosa Besar / 65. TRIK SEDERHANA

Share

65. TRIK SEDERHANA

Penulis: mayuunice
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

‘Berpikir, Arya! Kalau kayak gini terus bisa-bisa kita kalah karena kelelahan,’ batin Arya. Anak laki-laki itu terus berlari dan menyerang sang iblis.  Namun, tetap saja pergerakannya itu terbaca.

“Hand from hell!” seru Candra. Mulai kesal dengan si lalat menjijikan itu, dia mengeluarkan skill tersebut. Memunculkan tangan dari tanah dan kemudian mencoba menepuk si lalat. Akan tetapi, sama saja, usahanya pun gagal.

Sang iblis seolah tahu kira-kira di mana tangan-tangan itu akan muncul. Karena, saat Candra menggunakan skill tersebut, memang ada sedikit jeda sampai kedua tangan itu saling menepuk satu sama lain. Sehingga, Beelzebub bisa langsung menghindari serangan Candra.

“Hey, perempuan sialan! Keluar kamu! Jangan terus bersembunyi di balik teman-temanmu!” seru Beelzebub. Walau iblis itu bisa menghindari setiap serangan, tapi dia tidak bisa menemukan Dida.

Saat Beelzebub terus mencari keberadaan Dida, ada ide nekad

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tujuh Dosa Besar   66. MATA

    Ternyata Beelzebub bisa bertahan dengan bara api yang mengepungnya. Walau dia merasa sedikit sesak akibat api yang dihasilkan dari si jago merah. Tak ingin menyerah dengan mudah, Beelzebub terus mengeluarkan cairan hijaunya, agar api itu padam. “Argh! Bangsat!” umpat Beelzebub, ketika matanya itu mendapati Arya berdiri tak jauh dari tempatnya. Sang iblis itu tahu, ini semua adalah rencana dari Arya. Dia bisa melihat, bahwa anak laki-laki itu yang pertama mengeluarkan skill api. Kemudian aksinya itu diikkuti oleh pemain-pemain lain. “Kemari kau, bocah sialan!” hardik Beelzebub. Api yang tadi berkobar itu sudah padam. Kemudian dia terbang dengan cepat ke arah Arya dengan emosi yang membuncah di dadanya. Prang! Kaki bagian depan Beelzebub—yang seperti bilah pedang itu beradu dengan pedang Wallace milik Arya. Sang iblis melakukan serangan jarak dekat pada Arya. Sedangkan Arya hanya bisa menahan dan berada di posisi bertahan. “Kenapa kamu s

  • Tujuh Dosa Besar   67. AIR DAN TANAH

    Arya berlari dan langsung menyeret Dida, menjauh dari arena pertempuran. “Lo cover dulu sementara, Bang!” teriak Arya pada Firman. Laki-laki itu pun mengangguk dan terus berusaha menyerang Beelzebub.“Kenapa, Arya?” tanya Dida, napasnya kini terengah-engah. Wajah Dida terlihat sedikit lebih pucat. Biar Arya terbak, pasti HP Dida sudah mulai berkurang.Terang saja, karena sedari tadi, perempuan itu menjadi bulan-bulanan Beelzebub. Beruntung, saat Arya menarik paksa Dida, Beelzebub sedang sibuk dengan pemain lain.“Tunggu sebentar,” kata Arya. Dia masih menunggu satu orang lagi. Tak lama kemudian orang yang dinanti Arya pun tiba bersama Reza. Tadi, Arya meminta bantuan Reza untuk mencari salah satu anggota timnya.“Ada apa, Arya?” tanya Idun.“Gue butuh bantuan kalian berdua. Tapi sebelum itu, Kak Dida masih punya potion penambah HP?” tanya Arya, khawatir jika tiba-tiba Dida drop di tengah p

  • Tujuh Dosa Besar   68. KELEMAHAN DALAM KELEBIHAN

    “Beelzebub! Kemarilah! Lawanmu di sini!” seru Arya dengan tatapan yang terlihat berapi-api. Mendengar namanya dipanggil, Beelzebub sontak diam, menghentikan serangan ke sekelilingnya. Iblis itu menoleh sedikit, lalu beberapa lensa pada matanya menangkap potret sosok Arya yang sedang berdiri di belakangnya. Beelzebub mendengus kesal, saat melihat sosok bocah ingusan yang sedang mengacungkan pedangnya. Namun, Beelzebub tak ingin menghiraukan Arya. Karena saat ini, dia sedang fokus mencari keberadaan perempuan berambut pendek yang sudah menginjak harga dirinya. “Cih!” Merasa dirinya diabaikan, membuat Arya geram. Sepertinya Beelzebub tidak tahu siapa Arya Kusuma. Pemain yang mampu membunuh dan mengalahkan bos di level sebelumnya—Belphegor. Arya mempererat cengkraman pada pedang Wallace miliknya. Matanya kini menatap tajam ke arah Beelzebub, yang sedari tadi terbang tak tentu arah—sembari menyerang para pemain lain. Sedetik kemudian, kedua iris matanya it

  • Tujuh Dosa Besar   69. MENYAMBUT AJAL

    Beelzebub tersentak saat melihat Arya dan Reza menyerangnya secara bersamaan. Bingung, dia semakin tidak bisa fokus dengan pergerakan Arya dan Reza, yang entah menyerang dari sisi mana. Semuanya terasa bias di mata Beelzebub.Namun, bos level diatur untuk tidak mudah menyerah. Beelzebub bergerak, mencoba menghindar dari dua pemain itu, lebih tepatnya menghindar dari Arya . Pergerakannya benar-benar acak, karena dia tidak bisa membaca dengan jelas pergerakan kedua pemain tersebut.Slash! Slash! Slash!Sial! Beelzebub tak bisa menghindar dari serangan Reza. Laki-laki itu berhasil memotong tiga sayap milik sang iblis. Seketika Beelzebub terjerembab, jatuh ke atas tanah.Penderitaan Beelzebub ternyata belum berakhir. Tidak hanya kehilangan tiga sayang, yang mengakibatkan dirinya tak bisa terbang. Kini dirinya dikepung oleh lingkaran api yang dihasilkan oleh Arya.“Argh! Sialan! Beraninya kalian melakukan hal ini pada raja!” geram Beelzebub.

  • Tujuh Dosa Besar   70. KECURIGAAN

    Peluh kini bercucuran di wajah Arya. Embusan napasnya pun terdengar jelas, bahkan kedua bahu Arya naik turun. Matanya masih menatap pada lalat raksasa yang tepat berada di depannya. Tangannya masih memegang Wallace Sword yang baru saja dia tarik dari tubuh sang iblis.‘Apa kali ini berhasil?’ Arya hanya bisa membatin.Prang.Arya melihat lalat besar yang sudah terkoyak itu, seketika hancur menjadi pecahan kaca. Sejurus kemudian, sosok Beelzebub pun menghilang tak bersisa. Anak laki-laki itu pun mengembuskan napas lega. Dan, seketika dia dikejutkan dengan sebuah rangkulan dari Reza yang sangat tiba-tiba.“Kita berhasil, Arya!” seru laki-laki itu.Arya pun tersenyum. Ya, setelah melakukan perang yang melelahkan, akhirnya dia berhasil mengalahkan sang iblis. Mata bulatnya itu melirik ke arah Idun dan Dida, yang jaraknya lumayan jauh darinya. Kemudian dia menarik kedua sudut bibirnya. Tangannya pun terangkat lurus—sejajar

  • Tujuh Dosa Besar   71. CORONA VIRUS

    Arya menghampiri Idun yang sedang bersama dengan Dida di tepi danau. Entahlah, sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan, Arya tak tahu dan tak tertarik. Namun, demi membuktikan rasa curiga dan penasarannya. Arya harus mencari tahu tentang hubungan kedekatan mereka berdua.“Idun, gue boleh bicara sebentar?” tanya Arya yang mengganggu waktu istirahat mereka.Idun terkesiap. Pasalnya dia tak menyadari kapan ketua timnya itu datang menghampiri mereka berdua. Ia pun langsung beranjak, “Iya, ada apa?” timpal Idun.“Gue mau bicara empat mata sama lo.” Kemudian Arya melirik pada Dida, “nggak masalahkan, kalau saya pinjam Idun sebentar, Kak?” Arya bertanya pada Dida dan langsung dijawab dengan sebuah anggukan oleh perempuan itu.Arya tersenyum pada Dida, lalu mengangguk, “Thanks,” ucapnya. Ia pun segera membawa Idun ke tempat yang sepi.“Ada apa?” tanya Idun ketika mereka sampai di tem

  • Tujuh Dosa Besar   72. WELCOME TO FABULOUS ELFI CITY

    Cerita latar belakang Dida, sepertinya sangat relevan dengan apa yang dia lakukan di sini. Memang, jika Arya ingat beberapa tahun yang lalu, saat dunia sedang sakit akibat wabah sebuah virus. Banyak sekali manusia-manusia serakah, yang tak mementingkan keadaan sekitar. Mereka yang berada selalu mencuri start terlebih dahulu dan memanfaatkan kekayaan mereka. Padahal jika dipikir ulang, mereka sendiri tak terjangkit virus tersebut. Berbeda dengan masyarakat kelas menengah bawah, yang harus bertahan hidup. Di tengah pandemi dan kesulitan ekonomi, mereka harus siap dengan kemungkinan terburuk, yaitu terpapar virus dan mati dengan kondisi yang tak bisa diterima oleh masyarakat. Ah, benar-benar, jika Arya mengingat momen kala itu membuat bulu kuduknya merinding. Jika memang benar Dida seperti itu, wajar saja dia dihukum. Karena memang, manusia-manusia rakus seperti dia wajib untuk menerima penghukuman seperti ini. Apalagi gara-gara kerakusannya itu membuat hidup orang lain

  • Tujuh Dosa Besar   73. NO MISSION

    Kota Elfi. Begitulah yang tertera pada papan selamat datang. Di hadapan semua pemain kini terpampang gedung-gedung tinggi nan megah. Pemandangan ini tentu berbeda dengan pemandangan sebulumnya. Tidak ada lagi padang rumput, hutan, mau pun lautan. Benar-benar mereka sedang berada di sebuah kota yang sangat mewah. “Misi apa lagi sekarang? Apakah keserakahan?” gumam Arya. Dia mencoba menebak dari apa yang dilihatnya. Bangunan-bangunan megah, mewah, penuh dengan kilauan cahaya yang membuat mata silau seketika. “Hah? Tadi kamu ngomong apa, Ya?” tanya Idun yang mendengar sedikit Arya berbicara, “kese … kese apa?”“Keselek,” timpal Arya. Jujur, Arya tidak ingin dulu memberi tahu tentang dugaannya pada game ini. Ia mendongak ke atas. Dia tidak tahu, apakah ada orang yang memantau setiap kegiatan dan tindakan mereka di sini? Ah, tentu ada. Maka dari itu, dia memilih untuk bungkam. Arya tidak tahu dengan detail tentang sistem game ini. Khawatir jika seseorang yang mema

Bab terbaru

  • Tujuh Dosa Besar   112. REALITA

    Tut. Tut. Tut. Bunyi yang terdengar menggema di sebuah ruangan, bersumber dari mesin elektrokardiogram. Mesin untuk mendeteksi detak jantung itu, sedang bekerja memantau seorang pasien remaja laki-laki yang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien. Saat ini, di ruang pasien tidak ada siapa-siapa. Hanya dia seorang yang sedang tidak sadarkan diri. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya memasuki ruang pasien tersebut. Dia datang dengan membawa bunga lily putih yang terlihat sangat segar. Sembari meletakkan bunga tersebut di nakas pinggir pasien, wanita itu memandang wajah pemuda tersebut. “Huhh….” Wanita itu menghela napas kencang. Wajahnya terlihat sangat putus asa. Kemudian dia pun duduk di samping ranjang pemuda tersebut. “Sudah tiga bulan, Ya. Dan kamu masih belum sadar juga, Nak,” ucapnya lirih. Dengan sangat hati-hati wanita itu meraih tangan anaknya yang masih belum sadarkan diri di atas ranjang. Selama tiga bulan, hidup anaknya ini bergantung pada oksi

  • Tujuh Dosa Besar   111. GEMPA DAHSYAT

    Seratus persen. Ya, Arya berani bertaruh kalau target dalam misi ini adalah Candra. Jelas saja, sekarang jika dilihat dari leaderboard, si tua itu sudah memimpin permainan. Selain itu, selama game ini berlangsung hanya ada satu orang di tim Arya yang selalu protes masalah uang.Arya yakin dikehidupan nyata Candra adalah sosok orang yang money oriented. Atau lebih parahnya dia bisa melakukan berbagai macam cara dan menghalalkannya untuk bisa mendapatkan uang. Seperti ngepet misalnya. Ah, tapi rasanya tidak seperti itu. Terlihat dari gaya Candra yang sedikit high class. Apakah mungkin dia seorang … ah, sudahlah Arya tak ingin terlalu memikirkan bagaimana kehidupan si tua itu.“Kamu yakin kalau Candra targetnya, Ya?” tanya Dida, yang tadi tidak sengaja bertemu di persimpangan jalan.Arya memang menugaskan semua anggota timnya untuk mencari keberadaan lelaki tua itu.“Yakin. Memangnya Kakak tidak sadar dengan sikap dan kepribadian dia yang gila uang?” tanya Arya sambil berlari.Dida di sa

  • Tujuh Dosa Besar   110. SI TUA GILA HARTA

    “Sudah tiga hari ini kami tidak mendapatkan makanan. Warga desa ini, dan desa lainnya pun hidup bergantung dari pada bison-bison ini,” ucap Arsen pada Arya dan Angel yang saat itu ikut bersamanya.Laki-laki itu sedang memotong daging bison yang tadi ia dapatkan. Kemudian dia bagikan kesetiap orang yang mengantre untuk mendapatkan bagiannya.“Bison-bison ini diburu oleh kalian. Entah apa tujuannya, tapi kami juga mmebutuhkan bison ini untuk keberlangsungan hidup.” Ada nada sedih dari kalimat yang baru saja Arsen katakan. Dan itu, terdengar jelas di telinga Arya.Selama hampir dua jam Arya berada di perkampungan ini. Dia mendapatkan sebuah informasi penting. Yaitu status Arsen dan para penduduk di sini adalah NPC. Mereka bukan pemain seperti Arya maupun Angel. Dan, pasti inilah misi yang sesungguhnya.“Tapi … bukannya bison-bison itu banyak. Bahkan aku saja sampai kewalahan,” timpal Arya.“Memang, tapi tetap saja. Jika bison itu diburu secara liar seperti ini, bagaimana nasib kami ke de

  • Tujuh Dosa Besar   109. JANGAN BUNUH BISON ITU

    “Falcon Arventus!” seru Angel, yang kemudian melepaskan anak panahnya. Seketika anak panah itu melesat dengan cepat, lalu berubah menjadi seekor elang. Tak ingin kalah, dari sisi lain terlihat percikan api. “Fire Hawk!” seru Arya yang langsung dari ujung pedangnya keluar tiga ekor burung dan segera menuju ke arah Bison. Prang! Kemudian bison yang ukurannya sangat besar itu pun seketika terkalahkan. Berubah menjadi kepingan kaca, dan langsung menghilang. Ting. Terdengar suara notifikasi. Baik Angel maupun Arya sama-sama melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri mereka. “Cih!” Arya berdecih kesal. Ternyata suara notifikasi itu bukan dari jam miliknya. “Gue yang dapat,” kata Angel sembari menyeringai. Rasa bangga kini sedang ia rasakan. Akhirnya dia bisa mengalahkan Arya, walaupun hanya dengan kontes kecil-kecilan seperti ini. “Harusnya itu jadi bagian gue!” protes Arya tak terima, dia langsung menghampiri Angel. Gadis itu hanya mendengus dan menatap Ar

  • Tujuh Dosa Besar   108. BERBURU BISON

    “Slash fire!”Sebuah tebasan api berhasil membelah monster laba-laba yang memiliki ukuran lumayan besar. Kemudian tubuh monster laba-laba yang sudah terbelah itu langsung berubah menjadi pecahan kaca. Seketika menghilang tepat di hadapan Arya.Ting.Sebuah notifikasi muncul pada jam digital yang melingkar di pergelangan tangan kiri Arya. Kemudian dia bisa melihat bahwa gold miliknya bertambah.Saat ini Arya bersama teman satu tim—dan lebih tepatnya bersama pemain lain—sedang melewati hutan belantara. Sesuai dengan apa yang diucapkan Poppy beberapa jam yang lalu. Misi yang akan mereka hadapi kali ini ada di balik hutan ini.Selain itu misi kali ini adalah sebuah misi individu. Di mana, keterlilbatan tim tidak terlalu berpengaruh penting. Akan tetapi, Arya masih mendapatkan tanggung jawab untuk mengontrol semua anggota timnya.Arya melihat ke sekelilingnya, dia masih bisa melihat kelima anggota timnya yang baru saja mengalahkan monster-monster level rendah di hutan ini. Dan perlahan uan

  • Tujuh Dosa Besar   107. THE FALCON CITY

    Dengan atmosfer yang masih terasa panas, keenam anggota Ravens Destroyers mendarat di sebuah tempat yang sangat berbeda dari sebelumnya. Terlihat para pemain lain pun sudah mulai tiba dan memadati tempat tersebut.“Di mana ini?” Idun adalah orang pertama yang bertanya demikian. Sembari memandang ke sekelilingnya, laki-laki berrambut cepak itu hanya melihat padang rumput yang luas.“Entahlah,” timpal Arya, dia pun masih mengamati sekelilingnya. Sejauh mata memandang, nampak hutan ada di ujung tempat itu. Namun, Arya ragu kalau mereka bisa memasuki tempat itu.Di dalam otaknya Arya mencoba untuk memikirkan kemungkinan misi selanjutnya. Iya, benar, saat ini yang harus dia pikirkan adalah tantangan yang akan mereka hadapi ke depannya. Walau beberapa saat lalu dia masih memikirkan perasaan kesal dan amarahnya kepada Angel. Akan tetapi, jika dipikir ulang, itu akan membuang-biang waktu.Benar kata Dida, kalau Arya dan timnya harus me-reset semua yang sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur,

  • Tujuh Dosa Besar   106. PENALTI

    “Angel!” teriak seorang laki-laki dengan suara beratnya.Kemudian sebuah pukulan mendarat di pipi gadis itu. Saking kerasnya, sampai-sampai Angel harus tersungkur di atas tanah.“Reza!” Dida yang terkejut langsung berteriak dan menghampiri Angel. “Gila, ya? Kamu cowok bukan? Kok berani main tangan sama cewek?” sentaknya yang tak terima.Dida pun menoleh ke arah Angel dengan perasaan yang sangat khawatir. “Angel, kamu nggak papa, kan?”Namun, perhatian dari Dida pun ditolak mentah-mentah oleh gadis itu. Angel langsung mendorong Dida dan dia pun berusaha bangkit sendiri.“Kenapa? Kalian mau nyalahin gue? Silakan, salahkan saja!” berang Angel.Gadis itu tahu betul alasan di balik murkanya seorang Reza. Sampai laki-laki itu berani memukulnya. Angel tak akan marah, dia siap jika harus disalahkan. Lagi pula dia juga sudah tidak peduli dengan tim ini.Candra yang sama emosinya, langsung menghampiri Angel. Dia pun mencengkram kerah Angel dengan kuat.“Kamu tidak ada perasaan bersalah sama sek

  • Tujuh Dosa Besar   105. KEKALAHAN ASMODEUS

    Di luar dinding es, terlihat Arya sedang menunggu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Kedua bola matanya itu terus menatap ke arah dinding es yang sangat tebal. Ada perasaan khawatir jika misi ini gagal. Karena jujur, Arya sendiri tidak memiliki rencana lain. Tubuhnya benar-benar sangat lelah, otaknya pun sudah tak bisa digunakan untuk berpikir secara jernih. Arya ingin misi ini segera berakhir. Krak. Prang! Terdengar suara pecahan yang sangat besar. Ternyata suara itu berasal dari dinding es yang sedang Arya lihat. Dinding es yang tadi terlihat sangat kuat dan kokoh itu langsung pecah begitu saja. Mata Arya langsung membulat saat melihat kesepuluh pemain yang sedang berdiri di atas air. Setelah itu, Arya mengalihkan pandangannya pada sosok makhluk besar. Betapa sangat terkejutnya Arya ketika melihat sebuah pedang es menusuk bagian jantung makhluk besar itu. “Arrrgh! S-sialan, a-aku ka-lah,” ucap makhluk itu dengan terbata-bata. Brugh. Kemudian mahkluk besar, yang tidak lain d

  • Tujuh Dosa Besar   104. ICE QUEEN SWORD

    “Chain of Death!” seru Giovanni. Hatinya merasa panas, karena Asmodeus menganggapnya remeh.Rantai besi yang sangat besar pun muncul dari dasar danau. Kemudian, rantai itu langsung melilit tubuh besar milik Asmodeus. Terlihat detail seperti tengkorang menghiasi rantai itu. Kekuatannya sangatlah besar, sampai-sampai Asmodeus benar-benar tidak bisa berkutik.Selama berada di sini, Giovanni selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dan tak terkalahkan. Namun, di awal permainan dirinya merasa kalah dari sosok anak laki-laki seumurannya yang mampu mengendalikan dan mengontrol permainan.Melihat kesuksesan anak tersebut, membuat Giovanni merasa termotivasi untuk tidak kalah dari anak tersebut. Selain itu, di satu sisi, memang Giovanni tipikal orang yang tidak ingin terlihat kalah dan merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat.Sadar akan kekurangannya, Giovanni terus belajar mengendalikan elemennya. Sehingga sekarang, dia bisa menguasai teknik elemen yang dimilikinya. Bahkan sekarang Giovan

DMCA.com Protection Status