Share

Fitnah Keji Adik Ipar

Penulis: Merry Heafy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Satu jam sebelumnya ….

"Bang, lihat deh kelakuan istrimu," ucap Tasya mulai menjerat kakaknya dengan fitnah saat Angga datang ke rumah ibunya untuk makan malam sepulang bekerja.

Bu Intan sudah tahu jika Laras pergi dari rumah sejak pertengkaran mereka seminggu lalu. Ia malah melarang putranya untuk membujuk Laras agar kembali ke rumah. Wanita itu justru menebar fitnah jika Laras sudah berselingkuh dari putranya. Ia juga mengatakan jika Laras pergi dari rumah karena ketahuan berselingkuh.

"Emang ada apa, sih?" tanya Angga tampak tidak tertarik dengan apa yang hendak ditunjukkan oleh adiknya.

"Sini deh, Bang. Lihat ini!" Tasya menyodorkan ponselnya ke arah Angga. Bu Intan yang jiwa penasarannya sudah meronta-ronta pun ikut melihatnya.

"Kurang ajar!" pekik Angga emosi. Ia mengepalkan tangannya dan rahangnya tampak mengeras.

"Astaga! Benar 'kan dugaan Ibu selama ini, Ga! Istrimu itu pura-puranya aja alim. Tapi, di luaran sana kayak gitu kelakuannya!" Bu Intan berujar seakan menyiramkan bensin pada gejolak hati Angga yang mulai terpantik oleh api amarah.

"Kita datangi saja rumahnya dan beri dia pelajaran, Bang! Talak saja biduan murahan itu, Bang! Aku nggak terima abangku dikhianati Laras!" ucap Tasya semakin mengompori Angga. Lelaki yang tampak kalut itu tak dapat lagi berpikir jernih dan emosinya sudah menutupi logikanya.

"Ayo kita datangi rumahnya, Ga! Ibu juga mau kasih pelajaran buat perempuan itu!" geram Bu Intan. Semua fitnahannya selama ini pada Laras seakan menjadi kenyataan.

"Ya, Bu! Harga diri Angga serasa diinjak-injak oleh Laras sekarang," ungkapnya dengan perasaan bercampur aduk. Padahal dirinya lah yang jelas-jelas telah berselingkuh sejak awal dengan Aluna.

Akan tetapi, melihat kedekatan Galih dan Laras yang terlihat kembali itu membuat rasa cemburunya kembali membuncah.

Angga tak dapat menahan emosinya, hingga saat Laras membukakan pintu rumah, ia langsung menghadiahinya dengan tamparan keras.

"Apa-apaan kamu, Mas!" ucap Laras dengan suara bergetar. Wanita itu tampak mengusap pipinya seraya menahan isak tangis dan bulir bening yang mendesak untuk berhamburan.

"Dasar wanita lacur! Murahan! Saat ini juga ku talak engkau Kirana Larasati binti Surya Kusuma," teriak Angga berapi-api. Tangannya menunjuk-nunjuk wajah pias Laras.

Bu Intan dan Tasya, adik iparnya tersenyum penuh kemenangan. Melirik angkuh pada Laras yang masih tampak mengelus pipinya yang sakit terkena tamparan suaminya.

"Da*sar perempuan murahan!" maki Bu Intan geram. Wanita itu menahan diri untuk tidak menjambak rambut Laras.

"Baik, Mas. Kuterima talakmu." Laras menjawan dengan tegar. "Dan asal kau tahu, aku malah bersorak gembira. Akhirnya aku bebas dari ikatan pernikahan ini." Laras membalas tatapan tajam dari ketiga pasang mata di depannya. Talak dari suaminya seakan berhasil menghilangkan rasa sakit berkat tamparan Angga tadi.

"Cih! La*cur! Harusnya aku tahu dari awal kalau kamu dan Galih brengsek itu punya hubungan spesial," decih Angga jijik. Ia masih menatap penuh kilatan amarah pada Laras, yang kini telah menjadi mantan istrinya.

Laras terhenyak. Kenapa Angga harus menyeret nama sahabatnya itu. Dia bahkan tidak tahu apa pun mengenai masalah pelik yang menimpa rumah tangganya. Karena Laras tak menceritakan apa pun tadi.

"Pergi kalian dari rumahku! Pergi!" Laras begitu lantang mengusir mereka. Seakan mendapat keberanian yang tersembunyi. Ia harus tegas untuk memberi ketiga orang itu peringatan jika dirinya bukanlah Laras yang dulu, yang akan selalu mengalah dan diam.

"Makanya Mbak, kalau masih sah jadi istri orang jangan asik haha hihi sama cowok. Emang dasar biduan gatel!" celetuk Tasya, menyindir sinis kakak iparnya. Rasa puas terpancar dari wajahnya karena telah berhasil membuat Laras tampak jelek di mata ibu dan kakaknya. Dan yang terpenting, foto yang dirinya ambil tadi siang telah membuat Angga menjatuhkan talaknya pada Laras.

'Rencanaku berhasil!' soraknya dalam hati. Penuh kebencian, ia menatap kakak iparnya itu.

Sejak awal kakaknya menikah dengan Laras. Ia memang menaruh kebencian mendalam pada wanita itu. Teman-temannya selalu memuji kecantikan Laras, pun juga dengan suaranya yang merdu.

Banyak dari teman laki-laki Tasya yang mengidolakan Laras. Hanya saja Laras lebih memilih kakaknya sebagai pendamping hidup. Kebenciannya semakin mendarah daging. Dan tidak ada obat untuk mengobati penyakit iri hati itu.

Saat melihat wajah sumringah Laras bersama Galih di Cafe siang itu, membuat kobar api kebencian di hatinya semakin menyala. Ia seakan memiliki celah untuk menghancurkan Laras.

Galih yang juga merupakan lelaki yang jadi gebetannya itu malah asyik tertawa renyah dengan Laras. Sedangkan Galih selalu acuh pada dirinya. Lelaki itu hanya menganggap Tasya tak lebih sebagai pelanggan tetap di kafe.

"Kamu tunggu saja surat perceraian kita, Laras! Aku akan secepatnya mengurus perceraian ke pengadilan agama!" hardik Angga berkacak pinggang menatap Laras yang tengah bersusah payah menahan bulir bening di pelupuk matanya.

"Baik, Mas. Uruslah secepatnya perceraian kita!" sahut Laras tak kalah sengit. Ia tak merasa gentar.

Laras menatap dalam manik mata lelaki yang selama lima tahun ini mengarungi bahtera rumah tangga bersamanya. Masih terlihat jelas rasa cinta di matanya. Namun Laras lebih memilih untuk mundur sekarang. Tidak ada lagi yang bisa dipertahankan dari rumah tangganya yang sekarang.

Tegar adalah yang harus dilakukannya saat ini. Air matanya tak perlu menetes sedikit pun untuk keluarga tak bernurani itu. Ia tidak mau terlihat lemah. Bisa-bisa mereka akan semakin semena-mena bertindak padanya. Cukup sudah baginya bertahan di antara orang-orang yang tidak menyukai kehadirannya.

Ia berjanji akan membuktikan jika ia pergi untuk menjemput bahagianya yang sempat tertunda. Kini, Ia mengerti kenapa fitnah dapat lebih kejam dari pembunuhan.

Mereka bertiga beranjak pergi meninggalkan rumah Laras. Menghentakkan kaki dengan kasar tanda amarah masih merajai. Ia jengah, lalu segera menutup pintu rumahnya.

'Mampus kau, lacu*r! Kamu nggak pantas buat bahagia. Selamat menikmati status jandamu itu.' Tasya melempar senyum menyeringai sebelum benar-benar meninggalkan rumah Laras.

Batinnya merasa puas telah membuat rumah tangga kakaknya itu berakhir perceraian. Dia juga lah yang telah menghasut kakaknya dengan foto dari ponselnya. Foto Galih  dan Laras yang sedang tertawa bersama.

Dia sangat tahu apa yang paling dibenci kakaknya. Itu adalah perselingkuhan. Hal itu akhirnya dimanfaatkan oleh Tasya untuk menebar racun dan memfitnah Laras di waktu yang sangat tepat.

Sementara itu, Laras menyandarkan tubuhnya di balik pintu setelah menutupnya keras. Ia tak peduli lagi bagaimana rupa wajahnya kini. Fisik dan mentalnya sudah sangat lelah menghadapi kekejaman keluarga suaminya.

"Aku nggak boleh terpuruk! Aku harus kuat, dan buktikan kalau semua tuduhan mereka tentang aku yang mandul itu salah," gumamnya lirih.

"Aku akan buktikan pada mereka bahkan seluruh dunia sekali pun kalau aku tidak mandul," jeritnya tertahan. Hasratnya untuk membuktikan dirinya tidak mandul sangat menggebu.

Ia bangkit lalu melangkah tersuruk-suruk masuk ke kamarnya. Ia tumpahkan semua luka dan air matanya malam ini. Semuanya. Hingga tak tersisa lagi untuknya bersedih di kemudian hari. Laras akan meraih bahagianya dan membungkam mulut pedas keluarga suaminya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
goblook hajar gantian laki ama ibu,dan ipar gamparin semua ,tendang tonjok krmaluan laki 3x
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Gosip

    #6 GosipKetiganya sudah kembali ke rumah setelah melabrak Laras di rumahnya. Raut wajah Bu Intan dan Tasya tampak begitu puas. Mereka bersorak gembira karena akhirnya, Angga sudah menalak Laras. Tinggal satu langkah lagi sampai hubungan pernikahan keduanya benar-benar berakhir.Sementara itu, berbeda dengan Bu Intan dan Tasya, wajah Angga tampak muram sejak tadi. Ia pun tak banyak bicara, dan lebih banyak diam selama perjalanan kembali ke rumah.Tidak seperti ibu dan adiknya yang sumringah. Sisi hati terdalamnya masih tak menyangka jika dirinya sudah mengucap kata talaknya untuk Laras. Angga merasa menyesal telah mengucapkan itu tadi. Sungguh menyesal, karena bukan itu yang Angga inginkan."Kamu kenapa sedih gitu, Ga?" tanya Bu Intan setelah menyadari jika wajah putranya begitu suram sejak kembali ke rumah."Iya, abang kenapa, sih? Bukannya seneng udah nalak perempuan murahan itu!" timpal Tasya mencibir."Jaga ucapanmu, Tasya!" sentak Angga. Tasya membulatkan matanya demi mendengar b

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Pencuri Tetap Pencuri

    #7Angga tercengang saat melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya. Sepersekian detik kemudian tubuh mereka saling merapat. Tamu tak diundang itu segera meraih tubuh kaku Angga dalam pelukannya."Hm, kangen deh, Sayang. Kenapa sih nggak ada kabar hari ini?" tanya gadis itu dengan nada sensual tepat menggelitik telinga Angga.Lelaki itu sama sekali tidak berniat membalas pelukan tiba-tiba itu. Tubuhnya membeku dan lidahnya seakan tercekat."Sayang, kenapa bengong sih. Nggak suka ya lihat aku?" tanya Aluna dengan nada suara manja pada Angga.Ya, tamu itu adalah Aluna. Entah apa yang membuat gadis itu nekat datang ke rumah Angga. Padahal, lelaki itu tak pernah memintanya untuk datang apalagi dalam kondisi seperti sekarang. Dia dan Laras sedang dalam proses perceraian.Apa jadinya jika ada tetangga yang julid melihatnya membawa perempuan lain sebelum putusan cerai terjadi. Orang-orang pasti tidak akan percaya ucapannya lagi. Dan mereka akan lebih percaya pada fakta jika Laras tidak pe

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Pelakor Mati Kutu

    #8"Jangan sembarangan bicara, ya! Aku bukan pencuri!" teriak Aluna lagi histeris.Ia merasa tak terima saat Laras menuduhnya sebagai pencuri. Padahal memang benar, ucapan Laras sama sekali tak salah. Dia memang sudah mencuri suami Laras. Dan kini …."Benar apa kata Aluna, Ras. Kamu jangan sembarangan menuduhnya sebagai pencuri!" Angga bersuara dan membela Aluna di hadapan Laras.Aluna segera menyunggingkan senyum kemenangannya pada Laras. Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya, dan merasa jika mereka berdua adalah pasangan yang amat sangat serasi."Oh, ya? Kamu bukan pencuri, ya?" Laras meletakkan totebag yang dibawanya di atas lantai. Lalu ia mulai berjalan mendekati Aluna.Gadis itu salah tingkah dan langkahnya tersurut mundur sementara itu Laras belum mau menghentikan langkahnya. Hingga Aluna tak berkutik kala tubuhnya jatuh terduduk di sofa."Kamu bukan pencuri, ya? Lalu ini apa?" Laras merampas sesuatu dari leher Aluna lalu memperlihatkannya pada Angga."Ini apa? Kamu tahu 'ka

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Nasihat Ibu

    #9Laras sampai di rumahnya, lalu dengan lesu menjatuhkan bobotnya di sofa rumah. Ia tak menyangka akan melihat pemandangan tak senonoh seperti tadi. Ya, walaupun hatinya sudah mati rasa sejak memutuskan untuk meninggalkan rumah Angga, tetap saja ia cukup terkejut melihat secara langsung kemesraan mereka.Lidahnya sampai terasa kelu dan tak bisa berkata-kata. Entah apa yang sedang dipikirkan Angga hingga membawa perempuan itu ke rumah, pikir Laras."Semoga Mas Angga segera mengurus perceraian kami." Laras menatap langit-langit rumahnya dengan tatapan menerawang.Rasanya ingin segera terbebas dari ikatan pernikahan yang sudah menorehkan begitu banyak luka di hatinya. Ia ingin segera memulai hidup baru dan melupakan segala luka itu. Laras yakin jika ia pun pasti akan bahagia meski tanpa sesosok suami di sampingnya.Seminggu kemudian, sebuah surat datang ke alamat rumah Laras dari pengadilan agama. Raut wajah Laras sulit untuk diartikan saat menerimanya. Antara harus bahagia atau bersedi

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Sidang Perdana

    #10Hari untuk sidang pertama bagi Laras dan Angga pun tiba. Sejak pagi, Laras sudah sibuk berjibaku dengan alat make up. Tak lain untuk memoles wajahnya dengan riasan natural. Laras lebih suka tampil dengan riasan natural daripada yang tebal dan berlebihan.Hal itu pula yang menjadi nilai plus bagi kecantikan Laras yang terlihat alami. Ia membawa baju ganti untuk manggungnya di tas yang ditentengnya. Demi menghindari nyinyiran tetangga, Laras selalu memakai pakaian yang tak mencolok saat akan keluar rumah.Saat Laras keluar dari rumah, ia sempat berpapasan dengan rombongan keluarga Angga yang juga hendak pergi ke pengadilan agama.Bu Intan dan Tasya yang melihat penampilan seketika memainkan bibirnya. Jurus nyinyir pun kembali dilontarkan."Tuh, Ga! Lihat calon mantan istrimu, belum resmi cerai aja udah dandan menor gitu! Emang dasar keganjenan si Laras itu!" sungut Bu Intan sambil memanyunkan bibirnya saat melihat motor Laras mulai melaju.Mungkin mereka mengira jika Laras akan data

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Gibahan Mantan Mertua

    #11Laras merebahkan tubuh lelahnya di kasur kesayangannya. Tangannya segera meraih sebuah guling dan memeluknya erat. Penat yang dirasakan setelah seharian berdiri di panggung perlahan sirna. Semua itu menghilang perlahan setelah tubuhnya menyentuh kasur empuk yang menjadi alasnya tidur.Waktu seperti inilah yang sangat Laras sukai. Setelah bernyanyi, bertemu dengan teman-teman sesama biduan, juga mengenal beberapa orang baru dengan karakter yang berbeda. Laras mencurahkan segala perasaannya pada seonggok guling yang dipeluknya.Bukan karena Laras kehilangan kewarasannya. Ia hanya sedang berupaya untuk menjaga kewarasannya dengan senantiasa mengeluarkan semua unek-unek dan keluh kesahnya pada benda mati itu.Dulu, Laras akan menceritakan apa saja yang ada di pikiran dan hatinya pada Angga. Dulu sekali, saat hubungan mereka masih hangat dan membara. Cara itulah yang Laras lakukan untuk membuat hubungan rumah

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Dilabrak Mantan Adik Ipar

    #12 Setelah resmi menjanda, Laras kembali disibukkan dengan aktivitasnya. Dia lebih sering menghabiskan waktunya di luar rumah untuk bekerja demi menghindari berinteraksi dengan para tetangga yang membencinya karena status barunya itu.Hal itu juga bertepatan dengan musim hajatan seperti saat ini, jobnya selalu mengalir deras seperti air. Setidaknya lima hari dalam seminggu dia akan manggung dari satu tempat ke tempat yang lain. Begitulah hari-hari yang dijalani oleh Laras setelah dirinya bercerai.Hari itu dia sengaja datang ke cafe milik Galih karena kebetulan hari itu dia memiliki waktu senggang. Laras juga tak segan untuk membantu menjadi pramusaji dadakan di Cafe. Semua itu ia lakukan untuk mengisi waktu. Mengusir kejenuhan dan juga untuk menafkahi dirinya sendiri.Laras sudah terbiasa mandiri sejak dulu sehingga saat perceraian itu menimpa dia tidak perlu kaget harus bekerja keras sendirian. Sama seperti saat dirinya masih lajang.Sebenarnya, Ayah tiri Laras juga baik. Ia menga

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Angga Berulah

    #13 "Nasi goreng seafood di sini rasanya masih sama kayak dulu, ya, Gal," ujar Laras berkomentar setelah menghabiskan seporsi nasi goreng seafood kesukaannya."Hem, bener, Ras. Cita rasanya masih sama walaupun desain tempat ini sudah banyak yang berubah, ya," sahut Galih menimpali ucapan Laras.Keduanya sudah menghabiskan menu yang mereka pesan. Mereka merasa seakan terlempar pada kenangan masa lalu. Masa-masa mereka masih muda dengan segala problematika kecil yang kadang datang menerpa."Aku sudah mendengar semuanya, Ras." Galih berucap tiba-tiba. Ia segera memanfaatkan waktu yang ada untuk mengutarakan sesuatu pada Laras.Bicara empat mata seperti ini, dan dari hati kehati. Galih rasa ini adalah waktu yang tepat."Dengar apa, Gal? Kenapa wajahmu jadi keliatan serius banget?" tanya Laras tak mengerti dengan arah pembicaraan Galih."Aku sudah dengar kalau kamu udah cerai dari Angga.""Terus?" Laras bertanya acuh. Dia sempat terkejut saat Galih membahas tentang perceraiannya dengan An

Bab terbaru

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Tulus Memaafkan(TAMAT)

    #148Setelah Tasya pergi dan memulai kehidupannya di tempat yang baru. Angga dan Syahna saling bergantian menjaga Bu Intan di rumah sakit.Kadang ada rasa bosan yang menghampiri, karena Angga hanya berkutat di kantor, rumah dan rumah sakit. Namun, kehadiran Syahna selalu menenangkan suasana dan selalu menghiburnya di saat rasa bosan kadang menghampirinya.Angga hampir saja kehilangan harapannya pada Bu Intan, sebab Ia tak kunjung siuman sejak dinyatakan koma beberapa hari yang lalu. Dan hingga saat ini pun tidak terlihat ada tanda-tanda vital jika Bu Intan akan segera siuman.Saat dia ingin menyerah dan terus merasa frustrasi dengan keadaan, Angga akan mengingat jika dia masih memiliki Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai tempatnya melangitkan doa."Jangan lupa selalu berdoa untuk kesembuhan ibumu, Ga." Itulah pesan dari Pak Rahmat yang selalu terngiang dan tertanam di benak Angga.

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Perpisahan

    #147Tasya sudah bersiap dengan koper kecil yang berisi barang-barang bawaannya. Di pagi buta itu seusai sarapan, Tasya sudah berpenampilan rapi dan telah bersiap pergi bersama Angga ke rumah sakit. Syahna pun turut serta untuk menemani Bu Intan di rumah sakit, atas permintaan Angga semalam.Setelah itu barulah dia akan pergi ke terminal bersama Pak Rahmat. Sedangkan, Angga hanya akan mengantarnya hingga ke terminal bus. Ia pun harus membawa serta Syahna dan Jelita  ke rumah sakit untuk menunggu Bu Intan di ruangannya.Saat Angga mengatakan tentang rencana kepergian Tasya esok hari dan saat datang menemui Laras di rumah pada Syahna. Tentu hal itu mengundang respon terkejut atas pernyataan Angga. Syahna merasa kesal karena Angga terkesan melupakan janjinya sendiri."Kok aku nggak diajak ketemu Laras kemarin, Mas," protes Syahna kala lelaki itu memberitahukan padanya tentang apa saja yang dia lakukan kemarin b

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Luapan Emosi

    #146"Apa Syahna lagi sakit? Atau Jelita yang sakit?" Angga terus bertanya-tanya. Dan akhirnya memberanikan diri untuk melihat isinya."Ini …."Syahna baru saja menyelesaikan acara memasaknya. Memang dia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memasak mie goreng spesial yang menjadi favorit Angga.Satu gelas kopi, dan satu piring mie goreng spesial untuk Angga, serta satu mangkok makanan pendamping Asi untuk makan siang Jelita, sudah Syahna tata rapi di atas nampan. Siap untuk dihidangkan ke Angga dan Jelita.'Mereka pasti udah nggak sabar lagi nunggu makanan ini,' batin Syahna riang dalam hatinya.Mood nya sempat turun akibat kabar dari tes DNA itu, akan tetapi setelah Angga pulang. Kehadirannya cukup untuk membuat Syahna mendapatkan kembali semangatnya. Angga serta perasaan cintanya sangat berpengaruh bagi mood Syahna.Tanpa firasat buruk apa pun, Sy

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Permintaan Maaf

    #144Terkadang bertemu dengan masa lalu yang menyakitkan itu, akan membuat kita mau tak mau mengingat lagi masa-masa sulit yang disebabkan oleh orang yang menyakiti kita tersebut.Hal yang harus dihindari adalah, memutus kontak dan menghilangkan semua akses untuk bertemu. Namun, hari ini semua itu seolah tak berlaku bagi Laras.Ia tak pernah menyangka jika mantan suami dan adik iparnya yang kini sudah mengubah penampilannya, ada di sini dan menginjakkan kaki ke rumahnya untuk pertama kalinya."Kenapa kalian ada di sini?" tanya Laras memberanikan diri. Ia berharap-harap cemas menantikan jawaban mereka. Laras sangat tidak menghendaki kehadiran mereka, namun apa boleh buat. Tidak ada pilihan lain selain menanyakan maksud kedatangan mereka.Sebenci apa pun Laras di masa lalu pada keduanya. Akan tetapi, Laras juga tak mungkin mengusir kedua kakak beradik itu setelah mereka sudah duduk di ruang

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Menemui Laras

    #142"Kamu yakin … mau ikut menemui Laras?" Lelaki itu menatap lekat wajah Syahna yang tampak serius saat ini. Wajahnya tampak tenang seolah tak menunjukkan ekspresi apa pun, akan tetapi Angga dapat menilai kalau Syahna cukup serius dengan apa yang baru saja diucapkannya itu.Angga bertanya untuk memastikan lagi agar dia tak salah dalam menafsirkan keinginan Syahna. Angga berharap-harap cemas menantikan jawaban Syahna. Lelaki itu menatap Syahna dengan tatapan yang sulit dimengerti.  Dengan sabar, Angga menunggu Syahna membuka mulutnya dan menjawab pertanyaannya.Syahna menganggukkan kepalanya mantap.  Gadis itu merasa yakin dengan pilihannya untuk menemui Laras. Keinginan itu datang dengan sendirinya dari dalam hati. Entah mengapa, ia tiba-tiba berkeinginan menggebu untuk mengenal wanita hebat seperti Laras.Ia ingin sekali bertemu dan mengenal Laras. Sebab, Entah mengapa Syahna yakin jika sampai saat ini pu

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Keinginan Syahna

    #140Hari itu, Angga dan Tasya pulang ke rumah. Angga sengaja berniat untuk pulang, sekadar untuk melihat keadaan Syahna dan Jelita. Sementara, Tasya pulang untuk sekadar beristirahat dengan tenang sebelum harus kembali ke rumah sakit lagi.Pak Rahmat bersedia ditinggal di rumah sakit untuk menunggu Bu Intan dan membiarkan kedua kakak beradik itu pulang untuk beristirahat sejenak. Hari-hari yang mereka lalui pasti sangatlah berat. Tetapi mereka tetap bersyukur telah dikirimkan Pak Rahmat untuk sedikit meringankan beban mereka."Sore nanti kita balik lagi ke rumah sakit, Sya," ucap Angga mengingatkan sang adik setelah mobilnya terparkir sempurna. Kadang rasanya lelah, harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjaga sang ibu yang sedang koma. Namun, mereka tak boleh dan pantang mengeluh. Sebab, itu sudah menjadi kewajiban mereka sebagai seorang anak untuk berbakti pada sang ibu."Iya, Bang. Tasya mau tidur dan

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Nasihat Pak Lek

    #139Tekanan darah yang sangat tinggi saat Bu Intan tak sadarkan diri tempo hari, membuat Dokter dengan berat hati mengatakan kalau beliau koma. Dan, belum bisa dipastikan kapan akan tersadar dari komanya. Pihak dokter pun belum dapat memastikannya. Mereka hanya dapat berdoa untuk kesembuhan Bu Intan, dan meminta keluarga pasien untuk tabah dan menerima keadaannya. Dan tak lupa untuk berdoa memohon kesembuhan bagi ibu mereka berdua.Kabar mengejutkan itu sontak membuat Tasya sangat terpukul. Ia sungguh tak menyangka jika ibunya akan mengalami masa yang sangat sulit seperti sekarang. Kini, baik Angga maupun Tasya hanya dapat berdoa agar Bu Intan segera tersadar dari komanya. Dan, mereka berdua hanya dapat saling menguatkan satu sama lain. Ya, hanya itu yang dapat mereka lakukan selain berdoa. Tasya berharap agar ibunya segera sadar dan ingin memperlihatkan pada beliau jika ia mampu berubah untuk menjadi lebih baik. Juga, ingin agar Bu Intan bahag

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Saling Menguatkan

    #138Karma selalu dibayar tunai! Begitulah kata-kata yang selalu terngiang dalam benak Tasya. Ia merasa jika apa yang sedang mereka alami adalah buah dari segala perbuatan buruknya selama ini."Bang, apa ini karma ya buat kita?" Dengan mata berkaca-kaca, Tasya bertanya tentang karma."Husst! Jangan ngawur kita cukup berdoa saja yang baik-baik buat Ibu, Sya." Angga mencoba menanamkan nasihat positif pada adiknya. Ia mencoba segala cara agar Tasya tak selalu memikirkan hal negatif yang hanya akan membuat hati dan pikiran terasa lelah. Tak ada obat untuk semua rasa lelah itu.Tasya pun tak lagi membuka suara, cenderung terdiam dan merenungi segala kesalahannya di masa lalu. Memang benar kata pepatah jika penyesalan itu selalu datang di akhir cerita. Dan, kini Tasya baru saja merasakan penyesalan atas segala perbuatannya terhadap Laras dulu.*Bu Intan tak kunjung siuman mes

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Karma Dibayar Tunai

    #136"Menurutmu, aku harus bagaimana?" Angga mengulangi lagi pertanyaannya dan lagi-lagi membuat Syahna terkejut setengah mati.Pertanyaan Angga kali ini sanggup membuat Syahna terkesiap sesaat. Lelaki itu bahkan menanyakan padanya tentang apa yang harus dilakukan. Syahna merasa dihargai dan dianggap sebagai orang spesial yang penting bagi Angga.Ia pun tampak terdiam sejenak untuk memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Angga tersebut, tanpa terdengar seperti meremehkan lelaki itu."Menurutku … lebih baik Mas jujur saja sama Ibu. Di dunia ini pasti tak ada satu orang pun yang suka dibohongi, pun sama dengan ibumu, Mas. Walaupun kamu memilih untuk  nggak cerita dan mengatakan yang sebenarnya sama Ibumu sekarang. Beliau pasti akan terus mencari tahu. Dan akan sangat miris kalau ibu tau semua itu dari mulut orang lain," ujar Syahna memberi jawaban sekaligus nasihat untuk Angga.

DMCA.com Protection Status