#73Tasya kembali ke kamarnya dengan langkah gontai. Ia harus bersiap untuk menemui Roy dan teman-temannya lagi. Tak lain untuk memuaskan has**rat mereka dengan tubuh moleknya. Ia layaknya boneka yang seenaknya bisa dipermainkan oleh mereka. Dirinya seolah tak berharga lagi sebagai seorang wanita. Ia merasa jika dirinya tak ubahnya seonggok sampah yang tak berguna.Wajah gadis itu tiba-tiba berubah sendu saat membayangkan tubuhnya harus dijamah lagi oleh ketiga teman bejatnya itu. Ingin lepas dari semua belenggu menyesatkan itu, tapi Tasya seolah tak bisa memikirkan cara apa pun selain mati dan meninggalkan semua urusan di dunia ini. Dan, dirinya belum siap untuk itu. Tasya tak tahu bagaimana caranya agar dirinya lepas dari belenggu itu.Tasya sudah merelakan perasaannya yang tak berbalas pada Galih. Ia sudah memasrahkan semuanya, dan memutuskan untuk berhenti mengejar Galih dan cintanya. Karena itu adalah hal yang sangat sulit ia capai. Cinta Galih hanya akan menjadi milik Laras sela
#74Usia kehamilan Laras yang semakin membesar membuatnya kian rajin melakukan jalan pagi. Saran dari mertua juga ibunya biar nanti lahirannya insya allah dilancarkan. Laras merasa sedikit gugup saat hari perkiraan lahir semakin dekat. Ia khawatir dengan proses persalinan yang akan ia lalui itu.Ada rasa takut, khawatir, gelisah juga rasa bahagia yang dirasakan Laras dalam waktu yang bersamaan. Berbaur menjadi satu menimbulkan rasa yang sulit untuk dijelaskan. Namun, Galih selalu menguatkan dan meyakinkan Laras jika istrinya pasti bisa melalui semua proses itu dengan mudah."Kamu harus yakin, tenang, dan selalu berpikir positif maka hasilnya pun akan baik, Sayang," tutur Galih lembut malam itu saat mereka hendak memejamkan mata dan masuk ke alam mimpi."Iya, Mas. Aku akan coba, tapi tetap aja makin dipikirkan makin gugup jadinya," sahut Laras sambil merapatkan tubuhnya lebih dekat lagi dengan suaminya."Aku akan tetap di sampingmu, Sayang. Aku akan mendampingi setiap proses yang akan
#75Penuh kepasrahan Tasya masuk ke dalam hotel dan merelakan dirinya menjadi objek kepuasan sek**sual bagi ketiga temannya. Mona dan Rere pun berada di kamar yang sama. Mereka berpesta tanpa henti. Layaknya laki-laki dan perempuan dewasa yang saling melepaskan has**rat di tempat yang sama. Sungguh, rasanya Tasya ingin menghilang saja dari muka bumi saat lagi-lagi teman-temannya menginginkan tubuhnya.Tasya menangis tanpa suara dan tanpa air mata di dalam hatinya. Ia bahkan tak kuasa untuk menumpahkan air matanya. Entah, dirinya semakin tak tahu bagaimana caranya bisa terlepas dari jerat kelam pertemanan toxic itu. Mungkin, jika dia mati semuanya akan berakhir. Mereka pasti takkan bisa lagi memanfaatkannya andai dia sudah mati.Sementara itu, malam sudah beranjak larut. Bu Intan yang mengusir rasa sepinya dengan melihat sinetron lama-lama merasa terusik dengan kekhawatiran. Pasalnya, Tasya tak kunjung memberi kabar padanya. Padahal anak itu sudah berjanji untuk mengabarinya. San hal
#76"Kamu?" Tasya menunjuk tepat ke wajah lelaki yang sempat tak dikenalinya itu.Semakin lama menatap, Tasya menyadari jika wajah lelaki itu sangatlah tidak asing di matanya. Tapi, sialnya dia tidak dapat mengenali lelaki itu."Sudah ingat siapa saya?" tanya laki-laki itu seraya melebarkan senyumannya."Kalau nggak salah nama kamu … Arvin Firmansyah, 'kan?" tebak Tasya. Ingatannya seolah terlempar kembali ke masa lalu. Saat ia masih mengenakan seragam putih biru. Ya, laki-laki itu begitu mirip dengan salah satu temannya di masa lalu."Benar sekali," sahutnya membenarkan dugaan Tasya. "Gimana kabarmu, Tasya?" tanya Arvin kemudian. Ia menanyakan kabar pada teman lamanya yang sudah lama tak ditemuinya itu."Aku, baik. Kamu gimana?" tanya balik Tasya mengenai kabar Arvin. Jujur saja ia pangling dengan penampilan Arvin kini yang sangat jauh berbeda dengan penampilannya dulu. Terutama penampilan fisiknya yang sangat berbeda.Dulu, tubuhnya gempal dan sedikit berisi. Namun, sekarang yang
#77Syahna Devitasari, gadis berusia dua puluh tahunan itu adalah seorang anak dari keluarga broken home. Orang tuanya harus bercerai karena kehadiran orang ketiga.Ia memilih ikut dengan sang mama yang sering sakit-sakitan semenjak perceraiannya dengan papanya hingga akhirnya sang mama mengembuskan napas terakhirnya sekitar tiga bulan yang lalu.Syahna marah, dan begitu murka pada papanya juga wanita yang menjadi biang permasalahan kedua orang tuanya.Dulu, hidup keluarga mereka bisa dibilang berkecukupan bahkan bergelimang harta. Akan tetapi, karena kehadiran pelakor itu semua tatanan rumah tangga yang harmonis itu berakhir porak poranda.Syahna dengan gigih mencari tahu identitas pelakor itu. Wanita yang telah merusak kebahagiaan rumah tangga kedua orang tuanya. Dan, itulah yang membawa Syahna berada di sini. Di rumah Aluna.Aluna adalah wanita yang telah merusak kebahagiaannya. Dan ia pun bertekad kuat untuk menghancurkan kebahagiaan Aluna. Sama seperti wanita itu menghancurkan pe
#78Malam harinya, Angga mengendarai mobilnya untuk pulang ke rumah. Rasa lelah mendera raganya. Karena akhir-akhir ini sering lembur demi mendapatkan gaji yang lebih banyak. Sejak menikah dengan Aluna, gaji Angga seolah tak cukup untuk menutupi segala keinginan Aluna yang bersikap hedon.Angga menghentikan mobilnya di garasi. Lelaki itu segera turun dan melangkah gontai masuk ke rumahnya. Sesampainya di depan pintu, ia merogoh sakunya untuk mencari kunci rumahnya. Tapi, ia kebingungan kala tak bisa menemukan kuncinya di sana."Kemana ya kuncinya? Masa aku lupa nggak bawa kunci? Atau hilang dan jatuh entah kemana?" gumam Angga bertanya-tanya pada dirinya sendiri.Raut wajahnya tampak bingung. Ia mengusap tengkuknya yang tak terasa gatal. Akhirnya, karena sudah lelah, ia menekan bel pintu rumah agar Aluna membuka pintunya.Waktu sudah cukup malam kala itu, jam setengah sebelas malam. Aluna pasti sudah lelap dalam tidurnya.Syahna yang baru saja selesai dengan pekerjaannya dan membersih
#79 Positif?"Udah ya, Lun. Aku lagi malas buat berdebat. Aku nggak akan mengembalikan Syahna ke yayasan lagi. Atau silakan kamu cari pengasuh lain, dan kamu yang bayar pengasuh itu!" seru Angga memberikan pilihan pada Aluna.Aluna segera membulatkan matanya sempurna. Bisa-bisanya Angga memberikan pilihan semacam itu. Setiap ucapan Angga seolah dapat memantik emosinya hingga sampai ke level tertinggi."Kenapa kamu malah ngasih pilihan gitu? Dari mana aku dapat uang untuk membayar pengasuh," sungut Aluna seolah lupa dengan apa yang pernah ia ucapkan barusan kalau dia memiliki uang sendiri untuk dihambur-hamburkan."Loh, bukannya kamu yang bilang sendiri tadi kalau kamu punya banyak untuk memuaskan kehedonanmu! Apa aku salah?" Angga ikut terpantik oleh emosi. Ia tak dapat menahan dirinya lagi.Sekali-kali memang dia harus tegas pada Aluna. "Terserah deh! Susah ngomong sama kamu!" seru Aluna.Ia lalu berdiri dari posisi duduknya dan meninggalkan Angga sendirian di ruang makan. Aluna mela
#80Kabar kehamilannya yang begitu mendadak itu bagaikan sambaran petir di siang bolong. Sebuah duka yang tidak dapat Tasya bagikan pada ibu serta kakaknya, hingga ia memutuskan untuk memendam semua kenyataan menyakitkan itu sendirian.Bahkan, ia memutuskan untuk menggugurkan kandungannya tanpa seorang pun tahu rahasia kelamnya itu. Meminta pertanggung jawaban pada salah satu teman bejatnya pun, ia tak mau melakukannya. Ia bahkan tak tahu benih siapa yang telah tertanam di rahimnya.Ia memeluk lukanya sendirian dengan pedih. Ia membuang test pack yang sempat digunakan untuk mengetes kehamilannya tersebut. Tasya tak ingin jika ibunya akan tau tentang benda itu dan memberondongnya dengan pertanyaan. Lebih buruknya lagi, Tasya takut jika ibunya akan tau rahasia yang telah susah payah ditutupi itu.'Maafkan Tasya, Bu. Aku nggak mau buat ibu terluka dengan kenyataan ini.' Tasya menggumam lirih dalam hatinya.Ia memantik api, lalu membakar semua sampah yang ada di hadapannya. Tasya menatap
#148Setelah Tasya pergi dan memulai kehidupannya di tempat yang baru. Angga dan Syahna saling bergantian menjaga Bu Intan di rumah sakit.Kadang ada rasa bosan yang menghampiri, karena Angga hanya berkutat di kantor, rumah dan rumah sakit. Namun, kehadiran Syahna selalu menenangkan suasana dan selalu menghiburnya di saat rasa bosan kadang menghampirinya.Angga hampir saja kehilangan harapannya pada Bu Intan, sebab Ia tak kunjung siuman sejak dinyatakan koma beberapa hari yang lalu. Dan hingga saat ini pun tidak terlihat ada tanda-tanda vital jika Bu Intan akan segera siuman.Saat dia ingin menyerah dan terus merasa frustrasi dengan keadaan, Angga akan mengingat jika dia masih memiliki Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai tempatnya melangitkan doa."Jangan lupa selalu berdoa untuk kesembuhan ibumu, Ga." Itulah pesan dari Pak Rahmat yang selalu terngiang dan tertanam di benak Angga.
#147Tasya sudah bersiap dengan koper kecil yang berisi barang-barang bawaannya. Di pagi buta itu seusai sarapan, Tasya sudah berpenampilan rapi dan telah bersiap pergi bersama Angga ke rumah sakit. Syahna pun turut serta untuk menemani Bu Intan di rumah sakit, atas permintaan Angga semalam.Setelah itu barulah dia akan pergi ke terminal bersama Pak Rahmat. Sedangkan, Angga hanya akan mengantarnya hingga ke terminal bus. Ia pun harus membawa serta Syahna dan Jelita ke rumah sakit untuk menunggu Bu Intan di ruangannya.Saat Angga mengatakan tentang rencana kepergian Tasya esok hari dan saat datang menemui Laras di rumah pada Syahna. Tentu hal itu mengundang respon terkejut atas pernyataan Angga. Syahna merasa kesal karena Angga terkesan melupakan janjinya sendiri."Kok aku nggak diajak ketemu Laras kemarin, Mas," protes Syahna kala lelaki itu memberitahukan padanya tentang apa saja yang dia lakukan kemarin b
#146"Apa Syahna lagi sakit? Atau Jelita yang sakit?" Angga terus bertanya-tanya. Dan akhirnya memberanikan diri untuk melihat isinya."Ini …."Syahna baru saja menyelesaikan acara memasaknya. Memang dia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memasak mie goreng spesial yang menjadi favorit Angga.Satu gelas kopi, dan satu piring mie goreng spesial untuk Angga, serta satu mangkok makanan pendamping Asi untuk makan siang Jelita, sudah Syahna tata rapi di atas nampan. Siap untuk dihidangkan ke Angga dan Jelita.'Mereka pasti udah nggak sabar lagi nunggu makanan ini,' batin Syahna riang dalam hatinya.Mood nya sempat turun akibat kabar dari tes DNA itu, akan tetapi setelah Angga pulang. Kehadirannya cukup untuk membuat Syahna mendapatkan kembali semangatnya. Angga serta perasaan cintanya sangat berpengaruh bagi mood Syahna.Tanpa firasat buruk apa pun, Sy
#144Terkadang bertemu dengan masa lalu yang menyakitkan itu, akan membuat kita mau tak mau mengingat lagi masa-masa sulit yang disebabkan oleh orang yang menyakiti kita tersebut.Hal yang harus dihindari adalah, memutus kontak dan menghilangkan semua akses untuk bertemu. Namun, hari ini semua itu seolah tak berlaku bagi Laras.Ia tak pernah menyangka jika mantan suami dan adik iparnya yang kini sudah mengubah penampilannya, ada di sini dan menginjakkan kaki ke rumahnya untuk pertama kalinya."Kenapa kalian ada di sini?" tanya Laras memberanikan diri. Ia berharap-harap cemas menantikan jawaban mereka. Laras sangat tidak menghendaki kehadiran mereka, namun apa boleh buat. Tidak ada pilihan lain selain menanyakan maksud kedatangan mereka.Sebenci apa pun Laras di masa lalu pada keduanya. Akan tetapi, Laras juga tak mungkin mengusir kedua kakak beradik itu setelah mereka sudah duduk di ruang
#142"Kamu yakin … mau ikut menemui Laras?" Lelaki itu menatap lekat wajah Syahna yang tampak serius saat ini. Wajahnya tampak tenang seolah tak menunjukkan ekspresi apa pun, akan tetapi Angga dapat menilai kalau Syahna cukup serius dengan apa yang baru saja diucapkannya itu.Angga bertanya untuk memastikan lagi agar dia tak salah dalam menafsirkan keinginan Syahna. Angga berharap-harap cemas menantikan jawaban Syahna. Lelaki itu menatap Syahna dengan tatapan yang sulit dimengerti. Dengan sabar, Angga menunggu Syahna membuka mulutnya dan menjawab pertanyaannya.Syahna menganggukkan kepalanya mantap. Gadis itu merasa yakin dengan pilihannya untuk menemui Laras. Keinginan itu datang dengan sendirinya dari dalam hati. Entah mengapa, ia tiba-tiba berkeinginan menggebu untuk mengenal wanita hebat seperti Laras.Ia ingin sekali bertemu dan mengenal Laras. Sebab, Entah mengapa Syahna yakin jika sampai saat ini pu
#140Hari itu, Angga dan Tasya pulang ke rumah. Angga sengaja berniat untuk pulang, sekadar untuk melihat keadaan Syahna dan Jelita. Sementara, Tasya pulang untuk sekadar beristirahat dengan tenang sebelum harus kembali ke rumah sakit lagi.Pak Rahmat bersedia ditinggal di rumah sakit untuk menunggu Bu Intan dan membiarkan kedua kakak beradik itu pulang untuk beristirahat sejenak. Hari-hari yang mereka lalui pasti sangatlah berat. Tetapi mereka tetap bersyukur telah dikirimkan Pak Rahmat untuk sedikit meringankan beban mereka."Sore nanti kita balik lagi ke rumah sakit, Sya," ucap Angga mengingatkan sang adik setelah mobilnya terparkir sempurna. Kadang rasanya lelah, harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjaga sang ibu yang sedang koma. Namun, mereka tak boleh dan pantang mengeluh. Sebab, itu sudah menjadi kewajiban mereka sebagai seorang anak untuk berbakti pada sang ibu."Iya, Bang. Tasya mau tidur dan
#139Tekanan darah yang sangat tinggi saat Bu Intan tak sadarkan diri tempo hari, membuat Dokter dengan berat hati mengatakan kalau beliau koma. Dan, belum bisa dipastikan kapan akan tersadar dari komanya. Pihak dokter pun belum dapat memastikannya. Mereka hanya dapat berdoa untuk kesembuhan Bu Intan, dan meminta keluarga pasien untuk tabah dan menerima keadaannya. Dan tak lupa untuk berdoa memohon kesembuhan bagi ibu mereka berdua.Kabar mengejutkan itu sontak membuat Tasya sangat terpukul. Ia sungguh tak menyangka jika ibunya akan mengalami masa yang sangat sulit seperti sekarang. Kini, baik Angga maupun Tasya hanya dapat berdoa agar Bu Intan segera tersadar dari komanya. Dan, mereka berdua hanya dapat saling menguatkan satu sama lain. Ya, hanya itu yang dapat mereka lakukan selain berdoa. Tasya berharap agar ibunya segera sadar dan ingin memperlihatkan pada beliau jika ia mampu berubah untuk menjadi lebih baik. Juga, ingin agar Bu Intan bahag
#138Karma selalu dibayar tunai! Begitulah kata-kata yang selalu terngiang dalam benak Tasya. Ia merasa jika apa yang sedang mereka alami adalah buah dari segala perbuatan buruknya selama ini."Bang, apa ini karma ya buat kita?" Dengan mata berkaca-kaca, Tasya bertanya tentang karma."Husst! Jangan ngawur kita cukup berdoa saja yang baik-baik buat Ibu, Sya." Angga mencoba menanamkan nasihat positif pada adiknya. Ia mencoba segala cara agar Tasya tak selalu memikirkan hal negatif yang hanya akan membuat hati dan pikiran terasa lelah. Tak ada obat untuk semua rasa lelah itu.Tasya pun tak lagi membuka suara, cenderung terdiam dan merenungi segala kesalahannya di masa lalu. Memang benar kata pepatah jika penyesalan itu selalu datang di akhir cerita. Dan, kini Tasya baru saja merasakan penyesalan atas segala perbuatannya terhadap Laras dulu.*Bu Intan tak kunjung siuman mes
#136"Menurutmu, aku harus bagaimana?" Angga mengulangi lagi pertanyaannya dan lagi-lagi membuat Syahna terkejut setengah mati.Pertanyaan Angga kali ini sanggup membuat Syahna terkesiap sesaat. Lelaki itu bahkan menanyakan padanya tentang apa yang harus dilakukan. Syahna merasa dihargai dan dianggap sebagai orang spesial yang penting bagi Angga.Ia pun tampak terdiam sejenak untuk memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Angga tersebut, tanpa terdengar seperti meremehkan lelaki itu."Menurutku … lebih baik Mas jujur saja sama Ibu. Di dunia ini pasti tak ada satu orang pun yang suka dibohongi, pun sama dengan ibumu, Mas. Walaupun kamu memilih untuk nggak cerita dan mengatakan yang sebenarnya sama Ibumu sekarang. Beliau pasti akan terus mencari tahu. Dan akan sangat miris kalau ibu tau semua itu dari mulut orang lain," ujar Syahna memberi jawaban sekaligus nasihat untuk Angga.