#80Kabar kehamilannya yang begitu mendadak itu bagaikan sambaran petir di siang bolong. Sebuah duka yang tidak dapat Tasya bagikan pada ibu serta kakaknya, hingga ia memutuskan untuk memendam semua kenyataan menyakitkan itu sendirian.Bahkan, ia memutuskan untuk menggugurkan kandungannya tanpa seorang pun tahu rahasia kelamnya itu. Meminta pertanggung jawaban pada salah satu teman bejatnya pun, ia tak mau melakukannya. Ia bahkan tak tahu benih siapa yang telah tertanam di rahimnya.Ia memeluk lukanya sendirian dengan pedih. Ia membuang test pack yang sempat digunakan untuk mengetes kehamilannya tersebut. Tasya tak ingin jika ibunya akan tau tentang benda itu dan memberondongnya dengan pertanyaan. Lebih buruknya lagi, Tasya takut jika ibunya akan tau rahasia yang telah susah payah ditutupi itu.'Maafkan Tasya, Bu. Aku nggak mau buat ibu terluka dengan kenyataan ini.' Tasya menggumam lirih dalam hatinya.Ia memantik api, lalu membakar semua sampah yang ada di hadapannya. Tasya menatap
#81“Kamu?”Tasya menatap dengan raut wajah gugup dan terkejut melihat sosok lelaki yang ada dibelakangnya.“Sya?” panggilnya memastikan jika dirinya tidak salah orang. “Ternyata benar, kamu,” lanjutnya lagi.“Arvin? Kamu di sini juga?” tanyanya balik. Tasya tak tahu mengapa selalu saja bertemu dengan Arvin di hotel.“Iya, Sya. Aku lihat kamu dari tadi memperhatikan dua orang tadi yang di depan meja resepsionis.” Arvin bertanya penasaran.“M–maksudmu yang mana? Apakah terlihat jelas ya?” Tasya menggaruk kepalanya yang tak gatal seolah berpura-pura tanya apakah orang yang Arvin maksud adalah Aluna dan Om-om yang bersamanya atau bukan.“Iya, maksudku pasangan yang tadi. Yang umurnya jauh beda dan ceweknya pakai dress maroon bercorak bunga,” jawab Arvin seraya mengingat-ingat warna pakaian yang dikenakan oleh Aluna.“Apa kamu kenal mereka, Ar?” tanya Tasya karena jawaban Arvin yang menyebutkan baju yang dipakai oleh Aluna seakan menunjukkan kalau dirinya juga sedang memperhatikan pasanga
#82"Belum lah, Sya. Mana berani ibu bukanya sedangkan kamu bilang dan berpesan sama ibu kalau nggak boleh buka paket itu," jawab Bu Intan jujur.Dia memang tidak berani membukanya sesuai pesan Tasya. Tapi, Bu Intan juga penasaran dengan isi paketan itu. Sehingga, ia pun berniat menanyakannya langsung ke Tasya."Memangnya itu isinya apaan sih, Sya? Sampai kamu panik banget dan nggak ngebolehin ibu tau," ujar Bu Intan penasaran dan tak bisa lagi menahan rasa ingin tahunya."Nggak tau, Bu. 'Kan itu juga bukan paketan milik Tasya, mana mungkin Tasya tau," jawab Tasya beralasan pada ibunya. Ia menampakkan raut wajah polos sehingga ibunya pun pasti tidak akan curiga lagi."Jangan-jangan itu narkoba atau obat-obatan terlarang, Sya. Ih bahaya tau, hiy serem kalau sampe ketahuan dan dilaporin ke polisi, Sya." Bu Intan malah menakut-nakuti Tasya dengan hal seperti itu. Membuat Tasya tertawa hambar."Haha, mana mungkin lah, Bu. Jangan aneh-aneh deh. Ibu kebanyakan nonton berita nih," tolak Tasy
#83"Bu? Kok ngelamun?" tanya Syahna sukses membuyarkan lamunan Bu Intan."E–eh, iya nih. Ibu emang lagi banyak pikiran saja," ujar Bu Intan menyahut pertanyaan Syahna."Maaf ya, Bu. Pasti karena ucapan saya tadi ibu jadi banyak pikiran," ucap Syahna menampakkan raut wajah bersalahnya. Ia berpikir jika Bu Intan begini karena ucapannya dan informasi yang diberikan tadi mengenai rumah tangga Angga dan Aluna.."Nggak kok, Syah. Justru ibu makasih banget kamu mau jujur sama ibu tentang semua yang kamu ketahui," tutur Bu Intan tulus. Dia memang sangat menghargai kejujuran Syahna.Ia hanya khawatir dengan nasib rumah tangga putranya yang lagi-lagi terancam hancur untuk yang kedua kalinya. Tapi, sepertinya kali ini lebih parah dari yang sebelumnya. Karena sesungguhnya, Laras, mantan istri Angga yang dulu hanya difitnah oleh Tasya telah berselingkuh. Dan kenyataannya adalah, Laras tidak pernah berselingkuh sedikitpun dari Angga.Sedangkan, Aluna sudah jelas-jelas berselingkuh dengan lelaki ya
#84Tasya merasa mendapatkan kekuatan baru setelah kehadiran Arvin di hidupnya. Kata-kata tulus penuh arti itu telah membuat hati dan perasaan Tasya merasakan kenyamanan. Entah bagaimana mulanya rasa nyaman itu muncul dan menyentuh bagian hatinya yang terdalam, karena Ia tak dapat mengartikan semua yang terjadi padanya.Pikirannya kadang masih tak fokus karena sesekali ia masih merasa kesakitan akibat meluruhkan kandungannya tadi. Tasya memang sudah memperkirakan semuanya dan ia sudah tidak kaget lagi saat dirinya akan merasakan kesakitan untuk beberapa waktu lamanya.Ia sudah mempersiapkan dirinya juga mentalnya karena telah nekat mengambil solusi yang penuh dengan resiko itu.“Hei, Sya. Kamu masih mendengarkan aku, 'kan?” tanya Arvin. Suaranya yang lembut namun tegas itu telah berhasil membuyarkan lamunan Tasya. Seketika suara lembut itu mampu mengalihkan rasa sakit yang dirasanya.Sungguh ajaib, rasa sakit yang mendera sekujur tubuhnya mendadak sirna hanya karena mendengar suara le
#85Syahna melangkah pelan keluar dari dalam kamarnya setelah dirasa jika suasana sudah tampak tenang. Ia penasaran dan ingin melihat apa yang sedang pasangan suami istri itu lakukan setelah perdebatan sengit yang sempat terjadi tadi.Mata bulatnya menelisik ke seluruh ruangan mencari keberadaan Angga atau Aluna."Apa mereka sudah masuk ke kamar ya?" gumamnya pelan. Ia menduga jika kedua majikannya telah masuk ke kamar dan meninggalkan tempat mereka sempat berdebat tadi.Namun, saat Syahna hendak berjalan ke arah dapur, ekor matanya menangkap sebuah bayangan yang berdiri di taman belakang rumah. Ia pun baru sadar jika pintu untuk ke taman itu terbuka sedikit.Ia lalu mengayun langkahnya mendekati pintu itu, dan melihat siapa yang sedang berada di sana. Syahna pun tertegun saat melihat Angga sedang termangu menatap langit malam yang semakin kelam. Lalu, ia pun segera memanfaatkan situasi itu untuk mendekati Angga.Syahna membalikkan tubuhnya dan kembali ke dapur untuk membuat segelas m
#86Keesokan harinya sepulang dari kantornya, Angga berniat untuk menyambangi rumah ibunya. Ia malas untuk bertemu dengan Aluna dan mereka pun sedang perang dingin karena pertengkaran semalam.Ditambah lagi dengan Syahna yang mulai mencuri hati serta perhatiannya. Saat dirinya sedang kehilangan arah, Syahna hadir dan entah mengapa wajah ayunya telah begitu saja memesona Angga."Baru pulang ngantor, Ga?" tanya Bu Intan menyambut kedatangan Angga sore itu.Ia bahkan masih memakai pakaian kerjanya tapi tidak memilih untuk langsung pulang ke rumahnya. Merasa sumpek karena Angga tidak memiliki kawan untuk sekadar bercerita tentang keadaan rumah tangganya yang kacau balau dan entah kemana arah dan tujuan biduk rumah tangga mereka akan berlabuh."Iya, Bu," sahut Angga singkat. Lelaki itu lantas segera merebahkan tubuhnya di sofa."Kenapa nggak langsung pulang? Ini sudah malam dan kamu juga pasti capek karena lembur. Aluna juga pasti udah nungguin kamu," ujar Bu Intan yang masih heran kenapa
#87“Sya! Tasya! Kamu kenapa?!” teriak Bu Intan cukup keras agar Tasya mau menghentikan langkahnya yang cepat itu. Namun, Tasya seolah tuli, bersikap layaknya tak mendengar teriakan dari Bu Intan maupun Angga.“Sya! Tunggu! Jangan pergi begitu saja!" Angga ikut memanggil Tasya sambil mencoba berlari mengejarnya. Tapi, langkahnya kalah cepat dan Tasya sudah berhasil masuk ke dalam kamarnya. Tepat setelah dirinya mencapai pintu kamar adiknya itu. Ia tak bisa mengalahkan kelincahan Tasya.Tasya segera membanting pintu dengan sangat kasar hingga menimbulkan bunyi gaduh yang membuat jantung seakan dapat melompat dari rongganya. Angga bahkan sempat terjingkat kaget karena bunyi pintu itu sanggup menggetarkan dadanya.“Astaga anak itu!” gerutu Bu Intan merasa kesal dengan sikap yang ditunjukkan oleh Tasya barusan. Meskipun begitu, Bu Intan tetap saja merasa khawatir dengan keadaan Tasya yang tampak sedang tidak bai
#148Setelah Tasya pergi dan memulai kehidupannya di tempat yang baru. Angga dan Syahna saling bergantian menjaga Bu Intan di rumah sakit.Kadang ada rasa bosan yang menghampiri, karena Angga hanya berkutat di kantor, rumah dan rumah sakit. Namun, kehadiran Syahna selalu menenangkan suasana dan selalu menghiburnya di saat rasa bosan kadang menghampirinya.Angga hampir saja kehilangan harapannya pada Bu Intan, sebab Ia tak kunjung siuman sejak dinyatakan koma beberapa hari yang lalu. Dan hingga saat ini pun tidak terlihat ada tanda-tanda vital jika Bu Intan akan segera siuman.Saat dia ingin menyerah dan terus merasa frustrasi dengan keadaan, Angga akan mengingat jika dia masih memiliki Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai tempatnya melangitkan doa."Jangan lupa selalu berdoa untuk kesembuhan ibumu, Ga." Itulah pesan dari Pak Rahmat yang selalu terngiang dan tertanam di benak Angga.
#147Tasya sudah bersiap dengan koper kecil yang berisi barang-barang bawaannya. Di pagi buta itu seusai sarapan, Tasya sudah berpenampilan rapi dan telah bersiap pergi bersama Angga ke rumah sakit. Syahna pun turut serta untuk menemani Bu Intan di rumah sakit, atas permintaan Angga semalam.Setelah itu barulah dia akan pergi ke terminal bersama Pak Rahmat. Sedangkan, Angga hanya akan mengantarnya hingga ke terminal bus. Ia pun harus membawa serta Syahna dan Jelita ke rumah sakit untuk menunggu Bu Intan di ruangannya.Saat Angga mengatakan tentang rencana kepergian Tasya esok hari dan saat datang menemui Laras di rumah pada Syahna. Tentu hal itu mengundang respon terkejut atas pernyataan Angga. Syahna merasa kesal karena Angga terkesan melupakan janjinya sendiri."Kok aku nggak diajak ketemu Laras kemarin, Mas," protes Syahna kala lelaki itu memberitahukan padanya tentang apa saja yang dia lakukan kemarin b
#146"Apa Syahna lagi sakit? Atau Jelita yang sakit?" Angga terus bertanya-tanya. Dan akhirnya memberanikan diri untuk melihat isinya."Ini …."Syahna baru saja menyelesaikan acara memasaknya. Memang dia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memasak mie goreng spesial yang menjadi favorit Angga.Satu gelas kopi, dan satu piring mie goreng spesial untuk Angga, serta satu mangkok makanan pendamping Asi untuk makan siang Jelita, sudah Syahna tata rapi di atas nampan. Siap untuk dihidangkan ke Angga dan Jelita.'Mereka pasti udah nggak sabar lagi nunggu makanan ini,' batin Syahna riang dalam hatinya.Mood nya sempat turun akibat kabar dari tes DNA itu, akan tetapi setelah Angga pulang. Kehadirannya cukup untuk membuat Syahna mendapatkan kembali semangatnya. Angga serta perasaan cintanya sangat berpengaruh bagi mood Syahna.Tanpa firasat buruk apa pun, Sy
#144Terkadang bertemu dengan masa lalu yang menyakitkan itu, akan membuat kita mau tak mau mengingat lagi masa-masa sulit yang disebabkan oleh orang yang menyakiti kita tersebut.Hal yang harus dihindari adalah, memutus kontak dan menghilangkan semua akses untuk bertemu. Namun, hari ini semua itu seolah tak berlaku bagi Laras.Ia tak pernah menyangka jika mantan suami dan adik iparnya yang kini sudah mengubah penampilannya, ada di sini dan menginjakkan kaki ke rumahnya untuk pertama kalinya."Kenapa kalian ada di sini?" tanya Laras memberanikan diri. Ia berharap-harap cemas menantikan jawaban mereka. Laras sangat tidak menghendaki kehadiran mereka, namun apa boleh buat. Tidak ada pilihan lain selain menanyakan maksud kedatangan mereka.Sebenci apa pun Laras di masa lalu pada keduanya. Akan tetapi, Laras juga tak mungkin mengusir kedua kakak beradik itu setelah mereka sudah duduk di ruang
#142"Kamu yakin … mau ikut menemui Laras?" Lelaki itu menatap lekat wajah Syahna yang tampak serius saat ini. Wajahnya tampak tenang seolah tak menunjukkan ekspresi apa pun, akan tetapi Angga dapat menilai kalau Syahna cukup serius dengan apa yang baru saja diucapkannya itu.Angga bertanya untuk memastikan lagi agar dia tak salah dalam menafsirkan keinginan Syahna. Angga berharap-harap cemas menantikan jawaban Syahna. Lelaki itu menatap Syahna dengan tatapan yang sulit dimengerti. Dengan sabar, Angga menunggu Syahna membuka mulutnya dan menjawab pertanyaannya.Syahna menganggukkan kepalanya mantap. Gadis itu merasa yakin dengan pilihannya untuk menemui Laras. Keinginan itu datang dengan sendirinya dari dalam hati. Entah mengapa, ia tiba-tiba berkeinginan menggebu untuk mengenal wanita hebat seperti Laras.Ia ingin sekali bertemu dan mengenal Laras. Sebab, Entah mengapa Syahna yakin jika sampai saat ini pu
#140Hari itu, Angga dan Tasya pulang ke rumah. Angga sengaja berniat untuk pulang, sekadar untuk melihat keadaan Syahna dan Jelita. Sementara, Tasya pulang untuk sekadar beristirahat dengan tenang sebelum harus kembali ke rumah sakit lagi.Pak Rahmat bersedia ditinggal di rumah sakit untuk menunggu Bu Intan dan membiarkan kedua kakak beradik itu pulang untuk beristirahat sejenak. Hari-hari yang mereka lalui pasti sangatlah berat. Tetapi mereka tetap bersyukur telah dikirimkan Pak Rahmat untuk sedikit meringankan beban mereka."Sore nanti kita balik lagi ke rumah sakit, Sya," ucap Angga mengingatkan sang adik setelah mobilnya terparkir sempurna. Kadang rasanya lelah, harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjaga sang ibu yang sedang koma. Namun, mereka tak boleh dan pantang mengeluh. Sebab, itu sudah menjadi kewajiban mereka sebagai seorang anak untuk berbakti pada sang ibu."Iya, Bang. Tasya mau tidur dan
#139Tekanan darah yang sangat tinggi saat Bu Intan tak sadarkan diri tempo hari, membuat Dokter dengan berat hati mengatakan kalau beliau koma. Dan, belum bisa dipastikan kapan akan tersadar dari komanya. Pihak dokter pun belum dapat memastikannya. Mereka hanya dapat berdoa untuk kesembuhan Bu Intan, dan meminta keluarga pasien untuk tabah dan menerima keadaannya. Dan tak lupa untuk berdoa memohon kesembuhan bagi ibu mereka berdua.Kabar mengejutkan itu sontak membuat Tasya sangat terpukul. Ia sungguh tak menyangka jika ibunya akan mengalami masa yang sangat sulit seperti sekarang. Kini, baik Angga maupun Tasya hanya dapat berdoa agar Bu Intan segera tersadar dari komanya. Dan, mereka berdua hanya dapat saling menguatkan satu sama lain. Ya, hanya itu yang dapat mereka lakukan selain berdoa. Tasya berharap agar ibunya segera sadar dan ingin memperlihatkan pada beliau jika ia mampu berubah untuk menjadi lebih baik. Juga, ingin agar Bu Intan bahag
#138Karma selalu dibayar tunai! Begitulah kata-kata yang selalu terngiang dalam benak Tasya. Ia merasa jika apa yang sedang mereka alami adalah buah dari segala perbuatan buruknya selama ini."Bang, apa ini karma ya buat kita?" Dengan mata berkaca-kaca, Tasya bertanya tentang karma."Husst! Jangan ngawur kita cukup berdoa saja yang baik-baik buat Ibu, Sya." Angga mencoba menanamkan nasihat positif pada adiknya. Ia mencoba segala cara agar Tasya tak selalu memikirkan hal negatif yang hanya akan membuat hati dan pikiran terasa lelah. Tak ada obat untuk semua rasa lelah itu.Tasya pun tak lagi membuka suara, cenderung terdiam dan merenungi segala kesalahannya di masa lalu. Memang benar kata pepatah jika penyesalan itu selalu datang di akhir cerita. Dan, kini Tasya baru saja merasakan penyesalan atas segala perbuatannya terhadap Laras dulu.*Bu Intan tak kunjung siuman mes
#136"Menurutmu, aku harus bagaimana?" Angga mengulangi lagi pertanyaannya dan lagi-lagi membuat Syahna terkejut setengah mati.Pertanyaan Angga kali ini sanggup membuat Syahna terkesiap sesaat. Lelaki itu bahkan menanyakan padanya tentang apa yang harus dilakukan. Syahna merasa dihargai dan dianggap sebagai orang spesial yang penting bagi Angga.Ia pun tampak terdiam sejenak untuk memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Angga tersebut, tanpa terdengar seperti meremehkan lelaki itu."Menurutku … lebih baik Mas jujur saja sama Ibu. Di dunia ini pasti tak ada satu orang pun yang suka dibohongi, pun sama dengan ibumu, Mas. Walaupun kamu memilih untuk nggak cerita dan mengatakan yang sebenarnya sama Ibumu sekarang. Beliau pasti akan terus mencari tahu. Dan akan sangat miris kalau ibu tau semua itu dari mulut orang lain," ujar Syahna memberi jawaban sekaligus nasihat untuk Angga.