Perkataan itu jelas membuat Xena tertegun, tidak ia tidak bisa menahan untuk tidak gugup.Jantungnya berdetak kencang, serta aliran darahnya mengalir deras, tak hanya itu ia merasa seperti banyak kupu-kupu yang beterbangan di dalam perutnya.Satu tangan Xavier menyelipkan helaian rambut Xena di belakang telinga. Ia tersenyu manis menatap gadis itu.“Atau, kau lebih suka aku yang diatas sayang?” ucapnya dengan tatapan penuh menggoda.“Hah?” Ia terkejut.‘Oh Tuhan … Apakah dia ingin melakukannya sekarang? Jujur, aku belum siap.’ Batinnya.Xavier selalu suka melihat gadisnya ini seperti ini, ketakutan dan itu membuatnya semakin merasa senang. Ia langsung memeluk sang istri dan membalikann tubuhnya hingga ini ia yang berada di posisi atas.Xena terbelalak, dan itu membuatnya benar-benar merasa ketakutan. Ia mencoba untuk kabur, namun tidak bisa. Xavier menguci pergerakannya.“Maaf, aku emph ….”Belum sempat Xena menyelesaikan ucapannya, namun Xavier sudah lebih dulu mendaratkan kecupan le
Plak!!!Satu tamparan keras mendarat mulus di pipi Xavier, dan berhasil meninggalkan rona kemerahan disana.Xena syok, ia menutup mulutnya dengan mata berkaca-kaca, ia takut dan bingung harus berbuat apa.“Lancang kamu berbicara seperti itu! Saya ini Papah kandung kamu Xavier!!!”Xavier menyentuh pipinya yang ditampar tadi, ia melihat kearah sang Papah dengan kekehan kecil.“Anda bilang, anda Papah saya? Seorang Papah yang tega membiarkan anaknya kehilangan Ibu kandungnya, Iya!?”Plak!Lagi, James menampar anaknya untuk kedua kalinya. Ia sudah benar-benar geram akan tingkah anaknya yang selalu saja membantah dan pembangkang.Xena syok, ia terbalalak dengan tetesan airmata yang membasahi pipinya.Sungguh, ia sebenarnya tak tega melihat suaminya di tampar oleh ayah mertuanya berkali-kali, Xena ingin membantunya tapi penyebab mereka bertengkar pun gara-gara pernikahan Xavier dengan dirinya.Xavier semakin emosi. Ia menatap Papahnya dengan tajam. “Tampar Pah! Tampar aku terus! Ayo tampar!
“A-aku ….”Xena ingin sekali berucap sesuatu, tapi isakan tangis dan sesak didadanya membuatnyanya sangat sulit bahkan mengucapkan satu kata sekali pun. Rasa takutnya lebih besar dan menguasai dirinya.“Argh!!”Xavier kesal, ia melepaskan sentuhannya pada dagu Xena dan mengatur napasnya beberapa kali.“Saya tidak melakukan apapun pada kamu, Xena. Tapi kamu terus saja menangis dan jujur, itu malah semakin membuat saya emosi terhadap kamu, Xena.” Ucapnya kesal.“Ma-maaf.” Hanya itu yang bisa Xena ucapakan, ia berusaha untuk mereda isak tangisnya.Xavier menoleh, melihat kearah sang istri. Ia memerhatikan bentuk tubuh Xena secara keseluruhan, hingga secara perlahan rasa itu kembali muncul.Ia mendekatkan posisi lebih dekat dengan sang istri. Ia sentuh pipinya dengan lembut seraya mengusap sisa airmata tersebut.“Xena aku mencintaimu.” Ucapnya lembut dengan tatapan intens.Gadis itu tertegun, perlahan ia melihat kearah Xavier yang saat ini sangat dekat dengannya, bahkan hidung mancung mer
Xena berontak, ia mengetuk pintu itu berkali-kali namun Xavier yang sudah pergi tidak mnendengarnya, hingga gadis itu menangis dan terduduk di balik pintu tersebut.“Saya nggak mau dikurung!”“Pak Xavier, saya mohon. Buka pintunya!”“Pak!”Xena menangis, ia terus mengetuk-ngetuk pintu itu, tapi percuma lelaki tampan dengan postur tubuh tinggi itu tak akan membukakannya, bahkan mungkin jika dia masih ada di depan pintu pun Xavier tidak akan membukakan pintu tersebut.Dengan deraian air mata, Xena terduduk dibalik pintu itu.Ia merasakan sakit disudut bibirnya dan merasa tertekan akan perlakuan Xavier, dan kini ia malah dikurung di aparteman tersebut dan tak tahu harus meminta tolong kepada siapa.Ponsel miliknya sudah diambil oleh Xavier, bahkan ia tidak hapal nomor ponsel milik sang paman atau sepupunya untuk menghubungi mereka.‘Tuhan … apa yang aku lakukan hingga engkau memberikan aku cobaan seperti ini.’ Batinnya lirih.Perlahan, ia bangkit dan berjalan menuju cermin yang berada di
“Xena … Xena … kamu dimana?” Xavier terus berteriak memanggil-mannggil istrinya.Tak ada sahutan disana membuatnya semakin kawatir. Ia berjalan menuju kamarnya, dan tak ada istrinya disana, ia juga sudah menjadi ke ruang depan dan dapur tak ada juga sosok istrinya disana. Sungguh, ini membuatnya bingung.“Kemana perginya Xena ini.” Gumamnya.Ia terdiam sejenak. “Tak mungkin Xena bisa kabur dari sini. Tak ada celah untuknya kabur.” Monolognya.Hingga pikiran Xavier tertuju pada kamar mandi. Ia pun langsung bergegas menuju toilet tersebut, dan langsung membuka pintu itu.“Xena … Xena … kau di dalam?!” teriaknya dari luar.Gadis cantik dengan manik coklat itu sudah tergeletak di lantai dengan tangan berlumuran darah dan benda tajam di tangan yang satunya lagi.Xavier bingung, pintunya di kunci dari dalam dan taka da suara sahutan dari dalam sana, dan itu semakin membuatnya pun merasa sangat panic.“Xena … Xena … buka pintunya sayang!”“Xena ….”Xavier tak hanya tinggal diam, ia mencoba u
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?”“Istri Bapak tidak terjadi apa-apa, untungnya ada cepat membawanya kesini. Jadi kami langsung memberikan penangangan. Luka yang berada di pergelangan tangannya tidak terlalau dalam, dan hanya menyayat di bagian luarnya saja. Jadi tidak ada luka yang serius.”Xavier sedikit merasa lega mendengar kabar dari Dokter tersebut. “Lalu bagiamana? Apa saya bisa masuk ke dalam sekarang?”“Silahkan. Tapi setelah ini, pasien akan segera di pindahakn ke ruang rawat biasa.”“Terima kasih, Dok.”“Sama-sama, kalau begitu saya permisi.” Ucap sang Dokter yang berjalan pergi dari tempat itu.Xavier pun langsung masuk ke dalam ruangan tersebut. Tatapannya langsung tertuju pada Xena yang terbaring lemah di ranjang, lengkap dengai infus dan perban di pergelangan tangan kirinya.Perlahan lelaki tampan dengan garis wajah tegas itu berjalan mendekati sang istri disana. Ia menghentikan langkahnya teoat didepan Xena.“Sayang.” Panggilnya lembut.Xena menoleh dan melihat kear
Lucas perlahan berjalan masuk dan mendekati James, ia tak berani mengatakan apapun dan hanya duduk di kursi dekat brankar tersebut.“Lucas.”James memanggilnya dengan nada lemah, ia pun lansung bangkit dan mendekatkan dirinya pada James.“Aku ingin bertemu Ardi.” Ucapnya pelan.“Pak Ardi?” tanya Lucas yang dianggukan pelan oleh James.“Untuk apa, Pak?”“Temukan saja aku dengannya.”Lucas mengangguk seraya tersenyum tipis. ‘Aku tidak dapat mengambil keputusan saat ini. Aku takut melakukan kesalahan lagi. Tapi bagaiamana, Pak Xavier saja belum sampai sini hingga saat sekarang.’ Batinnya.“Cepat Lucas, dan jangan beritahu Xavier.” Ujar James.Tak da pilihan lain, Lucas pun bersikap tegas pada James untuk tak menuruti permintaannya yang satu ini. Jujur, ia takut kalau terjadi sesuatu lagi pada James.“Maaf, Pak. Tapi saya tidak bisa melakukan hal ini, karena saya tidak mau terjadi sesautu pada, Bapak nantinya.” Balasnya tapi tetap dengan nada lembut.“Aku mohon, Lucas. Hubungin Ardi sekar
Ardi kebingungan, ia panic akan kondisi James yang seperti ini. Ia pun langsung bangkit dari posisinya dan mendekati James.“Pak James, anda kenapa Pak?” tanyanya yang panic.James tak bisa berkata-kata lagi, rasa sesak didadanya membuatnya sulit untuk mengeluarkan kata kecil sedikitpun. Hingga itu membuat Ardi semakin panic dan tanpa basa-basi lagi, ia pun langsung menekan tombol nurse call yang berada tepat di dinding dekat dengan infus tersebut.Tak lama, Dokter dan Suster pun segera datang menuju ruangan James.Jelas itu membuat Lucas dan Xavier yang berada di luar ruangan itu pun terkejut. Apalagi Xavier, ia langsung bangkit dan bertanya pada Lucas dengan kecurigaan.“Kamu bilang Papah saya sedang istirahat, apa iya beliau sendiri yang menekan tombol tersebut ?” tanyanya tegas.Lucas tertegun, ia kelimpungan mencari jawaban atas pertanyaan Xavier.Tiba-tiba, seseorang kelaur dari ruangan tersebut yang tak lain adalah Ardi. Mereka langsung menoeh dan saling melihat satu sama lain.
Gadis cantik berambut sebahu itu pun mengeluarkan ponselnya yang terdapat rekaman percakapan kedua oarngtuanya pasal pembicaraan mereka tentang hak waris keluarga Xena."Semuanya sudah aku rekam di ponselku." ucap ARa.'Anak ini sungguh cerdik, ia tahu apa yang ahtus ia lakukan.' batin Lucas yang memerhatikan gadis ini.Ara mulai menghidupkan rekaman tersebut dari ponselnya, Lucas pun segera medengarkiannya apa yang dibicarakan oleh Ardi dan juga istrinya pasal hak waris keluarga Aron, yang akan dipidahkan kel mereka, padalah sudah jelas kelauy hak watris tersebut semuanya jatuh ke tangan Xena.Bahkan, mereka sengaja menutup semua web tentang berita targedi tersebut untuk berpura-pura dengan alasan demi kesehatran mental yang dialami oleh Xena.Padahal niat awal mereka untuk bisa mengambil aloih hak waris tersebut ditangan Xena. Sungguh perlakuan mereka selama ini hanyaloah pura-pura, padahal ada niat busuk yang telah mereka rencanakan.Xena tengah bingung, ia mondar mandir tak jelas
Malam hari, pukul 02.00 dini hari. Tiba-tiba, Xena terbangun, ia ingin buang air kecil. Dan tak lama, setelah selesai buang air kecil. Ia kembali menuju ke kasur, namun Pandangan matanya tertuju pada laptop sang suami yang berada di atas meja tersebut."Kalau kau tidak percaya, cek saja laptopnya. Disana Banyak menyimpan rahasia besar Xavier."Perkataan wanita yang tidak ia kenal itu membuat Xena selalu berpikir yang tidak-tidak. Dari pada penasaran, ia pun langsung duduk di kursi dengan laptop yang sudah diatas meja dan mulai menyalakannya.Tak butuh waktu lama, laptop itu pun menyala namun harus menggunakan kata sandi untuk masuk ke dalamnya."Aduh aku tidak tahu password-nya apa." Gumamnya.Xena mencoba mengetik tanggal lahir Xavier namun salah, lalu ia mengetik tanggal lahir dirinya juga salah. Lalu ia mengetik tanggal pernikahan mereka pun salah. Bingung, Xena pun terdiam sejenak, lalu mengetikan tanggal lahir Mamah kandung Xavier, itu pun juga salah."Aduh ... Nomor apa ya? Nant
"Xavier. Kamu mengerti kan maksud Papah."Ucapan James sama sekali tak di tanggapi oleh sang anak, namun jauh di dalam lubuk hatinya, ia sebenarnya juga memikirkan hal tersebut."Mengaku, Nak. Bicara pelan-pelan padaanya, dengan begitu Xena pasti akan tau secara pelan-pelan tentang hal itu."Mendengar perkataan itu membuat Xavier langsung melihat kearah sang Papah. Ia menggeleng. "Tidak Pah. Mana mungkin aku berkata jujur dengannya. Bisa-bisa dia akan meninggalkan aku nantinya." Sahutnya."Tapi jika dua tahu hal ini dari orang lain, atau mengetahui dengan sendirinya. Itu akan membuatnya makin marah padamu Xavier. Dan apabila sudah terjadi seperti itu, Papah tidak mungkin bisa membantu mu lagi nak."Xavier tetap menggeleng. Mana mungkin dirinya berkata jujur tentang tragedi tersebut, karena sudah di pastikan Xena akan langsung marah besar padanya. Dan mungkin saja pergi meninggalkannya, tidak Xavier tidak mau itu sampai terjadi."Percaya pada Papah, dia pasti bisa menerima apa yang aka
Drrt .. Drrtt ...Tak butuh waktu lama, dering ponselnya berbunyi dan membuat Xena pun langsung mengangkat panggilan video tersebut.Beberapa detik kemudian, wanita dengan rambut blode dan bibir merah merona muncul di layar ponselnya. Xena tidak mengenaili wanita itu maka ia memerhatkan sevara keseluruhgan wajahnya."Siapa kamu sebenarnya? Apa yang membuatmu mengetahui keluargaku?" tanya XEna.Wanita itu yang tak lain adalah Jovita, langsung tersenyum manis padanya. Ia menghela napasnya sejenak, lalu memperlihat sebuah foto idirnya saat bersama Xavier dulu."Aku mantanya Xavier, kami dulu hampir menikah sebelum ia betreymu denganmu. Tapi aku memutuskannya ketika aku tahu Xavier adalah seorang pembunuh." ucap Jovita yang sengaja memprovokasi Xena agar terpengatuh oleh kata-katanya.Mendengar kalimat itu, membuat Xena terdiam sejenak, jujur ia tidak begitu pervcaya dengan perkataan dari wanita ini. "Maksudmu? Kau tidak usah berbohong padaku."Jovita tersenyum miring. "Untuk apa aku berb
Dengan cepat, gadis cantik itu pun langsung kembali menuju ke arah kamarnya iya sungguh merasa sakit hati dengan perkataan kedua orang tuanya yang ia dengar tadi.Ia duduk dengan mata berkaca-kaca. 'Sungguh, aku tidak menyangka kalau Papah dan Mamah memiliki sifat seperti itu.' batinnya kecewa.*****Di kamar, Xavier masih merasa bingung dengan perkataan istrinya tersebut sebenarnya dia ini, bukan orang biasa. Ia memerhatikan istrinya."Hak waris?" Tanyanya.Xena mengangguk. "Aku keluarga Aron, kamu pasti tau kan. Anak selama ini disembunyikan oleh keluarganya tersebut akibat tragedi beberapa tahun yang lalu." Ucap Xena.Perkataan itu membuat Xavier tertegun. 'Sekarang, dia sudah mulai jujur padaku dia tidak menutup-nutupi asal usul keluarganya. Tapi aku sampai saat ini justru takut untuk berkata jujur padanya bahwa sebenarnya dirikulah pelaku tragedi tersebut.' batinnya.Tiba-tiba, Xena merasakan sesuatu lagi didalam perutnya, sungguh kali ini rasa mual itu sudah tidak tertahankan la
Mereka pun segera menaiki mobil tersebut. Xena menaiki mobil itu yang dikawal dengan dua orang didalam mobil tersebut, dan dua orang lainnya menaiki motor secara masing-masing.Sebelum ke kantor pengacara Han, Xena lebih dulu menjemput Ara. Karena sebelumnya mereka pun telah berjanji akan menemui pengacara Han secara bersama-sama.Ia sudah menunggu Ara tepat didepa pintu gerbang sekolah.Xena sengaja membuka kaca mobil miliknya, supaya Ara tahu kalau ia sudah menunggu dirinya di gerbang itu.Tak butuh waktu lama, ARa yang baru saja keluar dari gedung sekolah sekolah langsung melihat Xena. Ia segera berlari menemui sepupunya tersebut.Xena segera membuka pintu mobil itu lalu ARa pun masuk ke dalamnya. Ia duduk tepat di sebelah Xena."Sekolah kamu gimana?" tanya Xena."Baik kok kak. Semuanya lancar." jawabnya, yang langsung dianggukan oleh Xena.Di belakang mobil Bodyguard Xena yaitu ada beberapa orang lainnya yang mengikuti mereka dari jarak jauh yang tak lain mereka adalah suruhan dari
'Aku sudah dibuat cinta setengah mati padamu Xena, dan aku tidak mau kehilanganmu.' batinnya."Em, aku boleh minta ijin." ucap Xena secata tiba-tiba.Xaveir langsung terkejut ketika sang istri mengatakan hal itu. "Ijin? Kamu mau kemana Xena?" tanyanya."Em ... sebentar saja. Aku tidak keluar sendirian, aku akam keluar bersama Ara setelah pulang sekolah besok." ujarnya."Bukannya tadi sudah bertemu dengan Ara, lantas kenapa besok kamu ingin bertemu lagi dengannya?" tanya Xavier yang muali mencurigai sang istri."Em begini saja, kalau Bapak tidak percaya, Bapak boleh menyuruh beberapa pengawal Bapak untuk mengawal saat saya dan Ara besok pergi."Xavier terdiam sejenak, ia mencerna saran dari isytrinya tersebut, dan apa yang dibilang Xena itu ada benarnya juga.'Seperti yang Bu Jessy pernah bilang padaku, bahwa aku tidak boleh terlalu kasar padanya. Maka sepertinya aku ijinkan saja besok ia bertemu dengan Ara.' batinnya."Jadi bagaimana? Apa aku diijinkan?" tanya Xena denga nada lembut,
Deg.'Aku memang tahu dan mendengar perkataan itu juga dari pengacara Ilham. Aku jadi sedikit curiga atas pengaduan Ara.' batinnya."Ara, apa menurutmu aku harus ke pengacaraku?" Tanyanya.Seorang wanita cantik dengan rambut Curly berwarna blonde tengah duudk santai di dekat kolam renang, ia tersenyum miring saat mendengar apa yang dikatakan oleh orang suruhannya tersebut untuk mencari tau informasi mengenai istri dari mantanya tersebut, yang tak lain adalah Xena."Jadi dia adalah keponakan dari Pak Ardi. Sepertinya aku tidak asing dengannya, siapa Ardi ini ya? Apakah dia seseorang yangh spesial disana?" Gumamnya.Ia bangkit dan berdiri seraya bersedekap dada. "Tapi, itu tidak penting. Yang penting aku harus melancarkan aksiku, karena aku telah mendaftar informasi mengenai Xavier beberapa tahun yang lalu. Dia pernah membantai satu keluarga dan ini bisa aku jadikan sesuatu untuk mengecoh istrinya tersebut." Monolognya dengan senyuman licik.Ia memerhatikannya orang suruhannya yang masi
"Ada apa?" Tanya Xavier."Em ... Itu, sepupu dari Bu Xena sudah datang."Mendengar kalimat yang di ucapkan oleh sang asisten tersebut, membuat Xena pun langsung bangkit dan berjalan menuju ke pintu itu, lalu berdiri tepat di samping sang suami."Ara sudah sampai? Dia sudah Disini? Dimana dua sekarang, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya." Ucapnya yang girang."Dia ada di ruang tamu dengan Pak Lucas.""Aku segera kesana." Sahut Xena dengan antusias.Baru selangkah ia maju, namun tangannya sudah di tarik oleh sang suami yang berhasil membuatnya menoleh kearah sang suami."Kamu tidak boleh kesana." Ucap Xavier dengan nada dingin.Wajah Xena langsung berubah jadi murung. "Kenapa? Bukannya aku boleh bertemu dengannya.""Iya, tapi tidak kesana."sahut Xavier, lalu melihat kearah Sang asisten tersebut dan berkata."Kamu bawa saja Ara dia kesini, agar menemani Xena di kamar saja ya.""Biak, Pak.""Oiya, jangan lupa. Bawakan makanan juga untuk dia disini ya." Lanjut Xavier."Baik, Pak