Plak!!!Satu tamparan keras mendarat mulus di pipi Xavier, dan berhasil meninggalkan rona kemerahan disana.Xena syok, ia menutup mulutnya dengan mata berkaca-kaca, ia takut dan bingung harus berbuat apa.“Lancang kamu berbicara seperti itu! Saya ini Papah kandung kamu Xavier!!!”Xavier menyentuh pipinya yang ditampar tadi, ia melihat kearah sang Papah dengan kekehan kecil.“Anda bilang, anda Papah saya? Seorang Papah yang tega membiarkan anaknya kehilangan Ibu kandungnya, Iya!?”Plak!Lagi, James menampar anaknya untuk kedua kalinya. Ia sudah benar-benar geram akan tingkah anaknya yang selalu saja membantah dan pembangkang.Xena syok, ia terbalalak dengan tetesan airmata yang membasahi pipinya.Sungguh, ia sebenarnya tak tega melihat suaminya di tampar oleh ayah mertuanya berkali-kali, Xena ingin membantunya tapi penyebab mereka bertengkar pun gara-gara pernikahan Xavier dengan dirinya.Xavier semakin emosi. Ia menatap Papahnya dengan tajam. “Tampar Pah! Tampar aku terus! Ayo tampar!
“A-aku ….”Xena ingin sekali berucap sesuatu, tapi isakan tangis dan sesak didadanya membuatnyanya sangat sulit bahkan mengucapkan satu kata sekali pun. Rasa takutnya lebih besar dan menguasai dirinya.“Argh!!”Xavier kesal, ia melepaskan sentuhannya pada dagu Xena dan mengatur napasnya beberapa kali.“Saya tidak melakukan apapun pada kamu, Xena. Tapi kamu terus saja menangis dan jujur, itu malah semakin membuat saya emosi terhadap kamu, Xena.” Ucapnya kesal.“Ma-maaf.” Hanya itu yang bisa Xena ucapakan, ia berusaha untuk mereda isak tangisnya.Xavier menoleh, melihat kearah sang istri. Ia memerhatikan bentuk tubuh Xena secara keseluruhan, hingga secara perlahan rasa itu kembali muncul.Ia mendekatkan posisi lebih dekat dengan sang istri. Ia sentuh pipinya dengan lembut seraya mengusap sisa airmata tersebut.“Xena aku mencintaimu.” Ucapnya lembut dengan tatapan intens.Gadis itu tertegun, perlahan ia melihat kearah Xavier yang saat ini sangat dekat dengannya, bahkan hidung mancung mer
Xena berontak, ia mengetuk pintu itu berkali-kali namun Xavier yang sudah pergi tidak mnendengarnya, hingga gadis itu menangis dan terduduk di balik pintu tersebut.“Saya nggak mau dikurung!”“Pak Xavier, saya mohon. Buka pintunya!”“Pak!”Xena menangis, ia terus mengetuk-ngetuk pintu itu, tapi percuma lelaki tampan dengan postur tubuh tinggi itu tak akan membukakannya, bahkan mungkin jika dia masih ada di depan pintu pun Xavier tidak akan membukakan pintu tersebut.Dengan deraian air mata, Xena terduduk dibalik pintu itu.Ia merasakan sakit disudut bibirnya dan merasa tertekan akan perlakuan Xavier, dan kini ia malah dikurung di aparteman tersebut dan tak tahu harus meminta tolong kepada siapa.Ponsel miliknya sudah diambil oleh Xavier, bahkan ia tidak hapal nomor ponsel milik sang paman atau sepupunya untuk menghubungi mereka.‘Tuhan … apa yang aku lakukan hingga engkau memberikan aku cobaan seperti ini.’ Batinnya lirih.Perlahan, ia bangkit dan berjalan menuju cermin yang berada di
“Xena … Xena … kamu dimana?” Xavier terus berteriak memanggil-mannggil istrinya.Tak ada sahutan disana membuatnya semakin kawatir. Ia berjalan menuju kamarnya, dan tak ada istrinya disana, ia juga sudah menjadi ke ruang depan dan dapur tak ada juga sosok istrinya disana. Sungguh, ini membuatnya bingung.“Kemana perginya Xena ini.” Gumamnya.Ia terdiam sejenak. “Tak mungkin Xena bisa kabur dari sini. Tak ada celah untuknya kabur.” Monolognya.Hingga pikiran Xavier tertuju pada kamar mandi. Ia pun langsung bergegas menuju toilet tersebut, dan langsung membuka pintu itu.“Xena … Xena … kau di dalam?!” teriaknya dari luar.Gadis cantik dengan manik coklat itu sudah tergeletak di lantai dengan tangan berlumuran darah dan benda tajam di tangan yang satunya lagi.Xavier bingung, pintunya di kunci dari dalam dan taka da suara sahutan dari dalam sana, dan itu semakin membuatnya pun merasa sangat panic.“Xena … Xena … buka pintunya sayang!”“Xena ….”Xavier tak hanya tinggal diam, ia mencoba u
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?”“Istri Bapak tidak terjadi apa-apa, untungnya ada cepat membawanya kesini. Jadi kami langsung memberikan penangangan. Luka yang berada di pergelangan tangannya tidak terlalau dalam, dan hanya menyayat di bagian luarnya saja. Jadi tidak ada luka yang serius.”Xavier sedikit merasa lega mendengar kabar dari Dokter tersebut. “Lalu bagiamana? Apa saya bisa masuk ke dalam sekarang?”“Silahkan. Tapi setelah ini, pasien akan segera di pindahakn ke ruang rawat biasa.”“Terima kasih, Dok.”“Sama-sama, kalau begitu saya permisi.” Ucap sang Dokter yang berjalan pergi dari tempat itu.Xavier pun langsung masuk ke dalam ruangan tersebut. Tatapannya langsung tertuju pada Xena yang terbaring lemah di ranjang, lengkap dengai infus dan perban di pergelangan tangan kirinya.Perlahan lelaki tampan dengan garis wajah tegas itu berjalan mendekati sang istri disana. Ia menghentikan langkahnya teoat didepan Xena.“Sayang.” Panggilnya lembut.Xena menoleh dan melihat kear
Lucas perlahan berjalan masuk dan mendekati James, ia tak berani mengatakan apapun dan hanya duduk di kursi dekat brankar tersebut.“Lucas.”James memanggilnya dengan nada lemah, ia pun lansung bangkit dan mendekatkan dirinya pada James.“Aku ingin bertemu Ardi.” Ucapnya pelan.“Pak Ardi?” tanya Lucas yang dianggukan pelan oleh James.“Untuk apa, Pak?”“Temukan saja aku dengannya.”Lucas mengangguk seraya tersenyum tipis. ‘Aku tidak dapat mengambil keputusan saat ini. Aku takut melakukan kesalahan lagi. Tapi bagaiamana, Pak Xavier saja belum sampai sini hingga saat sekarang.’ Batinnya.“Cepat Lucas, dan jangan beritahu Xavier.” Ujar James.Tak da pilihan lain, Lucas pun bersikap tegas pada James untuk tak menuruti permintaannya yang satu ini. Jujur, ia takut kalau terjadi sesuatu lagi pada James.“Maaf, Pak. Tapi saya tidak bisa melakukan hal ini, karena saya tidak mau terjadi sesautu pada, Bapak nantinya.” Balasnya tapi tetap dengan nada lembut.“Aku mohon, Lucas. Hubungin Ardi sekar
Ardi kebingungan, ia panic akan kondisi James yang seperti ini. Ia pun langsung bangkit dari posisinya dan mendekati James.“Pak James, anda kenapa Pak?” tanyanya yang panic.James tak bisa berkata-kata lagi, rasa sesak didadanya membuatnya sulit untuk mengeluarkan kata kecil sedikitpun. Hingga itu membuat Ardi semakin panic dan tanpa basa-basi lagi, ia pun langsung menekan tombol nurse call yang berada tepat di dinding dekat dengan infus tersebut.Tak lama, Dokter dan Suster pun segera datang menuju ruangan James.Jelas itu membuat Lucas dan Xavier yang berada di luar ruangan itu pun terkejut. Apalagi Xavier, ia langsung bangkit dan bertanya pada Lucas dengan kecurigaan.“Kamu bilang Papah saya sedang istirahat, apa iya beliau sendiri yang menekan tombol tersebut ?” tanyanya tegas.Lucas tertegun, ia kelimpungan mencari jawaban atas pertanyaan Xavier.Tiba-tiba, seseorang kelaur dari ruangan tersebut yang tak lain adalah Ardi. Mereka langsung menoeh dan saling melihat satu sama lain.
Ardi terdiam, ia memerhatikan Lucas yang sedikit meirngis menahan rasa sakit di perutnya. Sebuah pertanyaan muncul pada benaknya.Mengapa Xavier bisa melakukan itu, kenapa pernikahnnya dengan Xena tidak di ketahui oleh James?Xavier berjalan menuju ruang rawat Xena. Ia segera membuka pintu ruangan itu dan terdapat Suster yang baru saja mengecek kondisi sang istri.“Istri saya kenapa, Sus?” tanyanya.“Kondisinya mulai membaik, saya baru saja memberikan obat penahan rasa nyeri dan baru saja di minum oleh saudari Xena.”“Kalau begitu apa istri saya besok sudah bisa pulanng?”“Untuk itu nanti akan Dokter yang putuskan. Kalau begitu saya permisi.”Xavier mengangguk, lalu ia kembali berjalan menuju ke arah istri yang masih pada posisi duduk. Xena tersenyum tipis.Secara tiba-tiba, Xavier mendaratkan pelukannya pada sang istri, dan jelas itu membuat Xena merasa bingung.‘Kenapa dengannya? Dia tiba-tiba memeluku dengan erat?’ batin Xena.Xavier mengecup beberapa kali pucuk kepala Xena dan jug
"Pah ... Bangun Pah. Maafkan semua kesalahan Xavier." Lirihnya.Sang istri, yang selalu setia berada di sampingnya pun terus mengusap pundak sang suami ia menguatkan suaminya tersebut walaupun sebenarnya ia tahu itu sangatlah sakit karena dirinya pun mengalami hal tersebut bahkan jauh sejak ia masih kecil."Maaf, jenazah akan segera dimandikan." Ucap salah satu suster di sana."Kita harus ikut, pemakaman papah." Ucap Xena dengan lembut.Xavier mengangguk kecil. sejujurnya hatinya masih sangat teriris melihat keadaan yang terjadi pada dirinya saat ini namun sekuat tenaga ia berusaha untuk bangkit dan kuat apalagi ada istrinya yang selalu setia menemani Sampai detik ini.Beberapa jam kemudian pemakaman jam 10.00 telah usai Xavier dan Sena yang masih berada di pemakaman tersebut pun akhirnya ikut meninggalkan pemakaman itu."Ayo, Pak Xavier anda kembali lagi ke kantor polisi." Ucap salah satu polisi yang mengawal dirinya."Sebentar, Pak. Saya ingin berbicara dulu Dengan istriku.""Silahk
Beberapa hari kemudian, Xena menjenguk papa mertuanya di rumah sakit ia pun berbicara kepadanya bahwa safir telah ditangkap oleh Polisi."Jadi bagaimana perkembangan Papah?" Tanya Xena dengan nada lembut.James yang kini sudah bisa duduk, berbicara pada menantunya itu dengan nada lembut dan juga ramah."Syukurlah, sekarang papa sudah jauh menjadi lebih baik. Oh ya, bagaimana dengan Soviet pukas berkata bahwa dia sudah di ..."ucapan James berhenti sejenak namun dengan cepat China pun langsung melanjutkan ucapan tersebut dengan mendahuluinya melakukan kepalanya."Iya Pah. Dia sudah dibawa oleh kantor polisi beberapa hari yang lalu." Sambungnya.James memanganguk. Ia tahu bahwa menantunya ini begitu merasakan perasaan yang sangat sempurna di satu sisi dia sangat mencintai suaminya tersebut tapi di sisi lain ia harus melepaskannya Karena di balik pembantaian tersebut adalah suaminya sendiri."Papah tau, apa yang kamu rasakan saat ini bahkan papa pun begitu merasakannya. papa merasa kecew
Satu jam telah berlalu Mereka pun telah selesai menyantap makan malam tersebut savier dan juga Xena pun masuk ke dalam kamar sedangkan arah masih berada di sana untuk membantu para pelayan itu membereskan makanan tersebut.Xavier langsung duduk di kasur, ia memerhatikan istrinya yang tengah membereskan serta menyiapkan baju tidur untuknya."Xena, aku ingin berbicara sesuatu kepadamu duduklah disampingku." Ucapnya.Wanita cantik yang tengah hamil itu pun berjalan menuju sang suami lalu duduk tepat di sampingnya dengan tahu itu wajah senyum."Apa yang akan kau bicarakan padaku?" Tanyanya.Xavier menghela napasnya sejenak. Ia memperhatikan wajah cantik sang istri serta bola matanya yang coklat itu dia mengusap beberapa kali perutnya lalu mengecup perut itu dan berbicara pada bayinya secara berbisik."Sayang ... Maafkan Papah ya." Ucapnya.Perkataan, itu jelas membuat wanita cantik itu berkerut alis dia langsung bertanya kepada suaminya Apa maksud dari perkataannya tersebut."Kenapa kamu
Sebenarnya Xena tak tega melihat Om serta tantenya bersimpuh di depan kakinya ia masih memiliki rasa Peduli dan juga perasaan baik pada mereka namun mengingat apa yang telah dilakukan mereka itu begitu kejam, hingga akhirnya wanita itu pun hanya bisa melihatnya dengan mata berkaca-kaca.Xena mengerjapkan kedua matanya ia menahan butiran bening itu yang hendak terjun bebas membasahi pipinya lalu bersikap tegas kepada kedua orang tersebut."Maaf, Tante Om. Sebelumnya Xena sangat berterima kasih kepada kalian semua karena sedari kecil setelah kepergian Papah dan mama kalianlah yang merawat aku, tapi setelah semua ini terbongkar. Aku merasa sangat kecewa kepada kalian semua."Ucapannya berhenti sejenak ia mencoba mengatur nafasnya beberapa kali dan mencoba untuk mengutarakan semua kesalahan dan kekecewaan yang ada pada dirinya."Kalian sengaja menutup berita itu karena kalian ingin mengambil hak waris dari keluargaku dan kalian sengaja mengambil aku dari panti rehabilitasi itu dan merawat
Xavier langsung membuka pintu tersebut dna melihat sang Papah yang masih terbaring lemah di kasur itu bersama dengan Lucas yang duduk di kursi tepat disampingnya. Perlahan, ia pun langsung berjalan mendekatinya dan menghentikan langkahnya tepat di sebelahn Lucas."Pak Xavier." gumamnya.Lucas pun segera bangkit dari posisinya dan mempersilahkan sang atasan untuk duduk."Silahkan Pak, duduk." ucapnya.Xavier langsung duduk tepat di bangku yang sebelumnya di duduki oleh Lucas. Ia tersenyum menatap sang Papah."Xavier senang Papah sudah pulih." ucapnya.James pun tersneyum tipis seraya mengerjapkan kedua matanya dengan anggukan kecil kearah sang anak."Lucas, bisa kamu tinggalkan kami berdua." ucap James yang masih dengan nada lemah.Lucas mengangguk. "Baik, Pak." jawabnya, lalu ia segera berjalan kelaur dair ruangan itu.Setelah dilihat bahwa Lucas sudah keluar dan hanya ada mereka berdua disana. James pun kembali melihat kearah sang anak."Bagaimana keadaan istri serta cucuku yang berad
Sebuah notifikasi ponsel berwarna biru muda itu berbunyi. XEna yang masih berad id kamar tengah beristirahat sambil membaca buku pun mendengar suara notif tersebut. Ia segera menoleh ekarah ponsel yang berada di meja dekat dirinya.Xena pun mengambil ponsle tersebut yang tak lai adalah ponsel miliknya.Ia meliha bahwa itu adalah pesan dari sepupunya yaitu, Arabelle. "Ara?" gumamnya.DEngan cepat, wanita cantik bermanik coklat itu pun langsung membuka pesan itu lalu membacanya.||Arabelle("Kak, apa kaka sudah diberitahu oleh Pak Xavier atas kabar pengacar Han tadi?")"Saat aku bertanya, suamiku tidak memberitahukan padaku pasal kabar tadi. Apa lebih baik aku bertanya saja pada Ara ya, apa yang terjadi tadi saat di kantor pengacar Han?" gumamnya.["Belum Ara, aku tidak sempat bertenya padanya. Tpai ... dia sepertinya enggan menceritakannya pada ku. Memangnya apa yang terjaid tadi? Aku ingin mendengar infornya darimu saja."]("Aku telpon saja ya, Kak. Biar lebih enakj aku menceirtakanny
Xavier terdiam sejenak, namun secara perlahan ia mengangguk menjawab pertanyaan tersebut.Xena tak tahu apa yang ada dalam hatinya ini, apakah harus senang atau sedih. Karena jujur, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, bila bertemu dengan pembunuh kedua orangtuanya disaat pembantaian tersebut, maka ia tidak akan bisa memaafkan dan harus di hukum seberat-beratnya.Tapi, di satu sisi ia juga sedih dna kecewa karena ternyata pelakukanya itu adalah suaminya sendiri, yang sekarang sudah ia cintai. Sungguh, ini pilihan yang sangat sulit baginya."Aku, akan menyerahkan diirku ke kantor polisi. Tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk menunggu Papah, agar sembuh dari komanya." pinta Xavier.Xena mengangguk, dengan tetesan air mata yang membasahi kedua pipinya. Xavier pun lansung mengusap lembut butiran bening itu dan tersenyum tipis kearah sang istri.'Aku rela bila aku harus di hukum mati sekali pun, Xena. Karena aku tahu ini semua memang salahku.' batinnya.Mereka pun berpelukan dalam w
Tiba-tiba, butiran bening itu menetes dari pelupuk matanya, hingga membasahi punggung tangan James. Xavier mengatur napasnya beberapa kali ahar lebih tenang, ia mengusap butiran bening itu di pipinya."Pah, Xavier akan tanggung jawab atas apa yang telah Xavier perbuat di masa lalu. Tapi Xavier mohon, bangun Pah. Ijinkan Xavier meminta maaf kepada Papah dan menembus kesalahan Xavier selma ini, Pah." lirihnya.James yang masih koma hanya terdiam, namun jauh dalam hatinya ia merasa seperti ada sesuatu yang membuatnya bergerak ingin membuka kedua matanya. Namun itu sulit.Xavier mencoba untuk tetap tenang, ia menarik napasnya dalam-dalam lalu ia hembusan secara perlahan."Pah, satu yang perlu Papah tahu. Xavier juga sangat menyayangi Papah. Sama besarnya seperti Xavier menyayangi Mamah." ucapnya lembut.Ia kecup kembali punggung tangan sang Papah lebih lama dengan perasaan tulus dan sayang."Permisi, waktu jenguk anda sudah habis." ucap suster yang mejaga di ruang itu.Xavier mengangguk,
"Xena ... Bangun Xena ... Sayang."Tak mendapat respon dari sang istri, membuat Xavier pun makin panik. Hingga dengan segera, ia pun langsung membopong sang istri dan berlari menuju kearah mobil di bersama dengan beberapa bodyguardnya yang lain."Kita ke rumah sakit sekarang." Titahnya.Tak lama, Mereka pun langsung menyalakan mobilnya dan pergi dari rumah menuju ke rumah sakit.Selama di perjalanan perasaan Xavier tak karuan. Ia terus memeluk sang istri dengan mengusap lembut kepalanya dan mencoba untuk membangunkannya.Sungguh, saat ini pikirannya benar-benar Kacau. Sang Papah masuk rumah sakit, istrinya pun sama dan ia sangat mengkahwatirkan kondisi anak yang di kandung Xena.Sekarang, Xena juga sudah mengetahui kesalahan besar dirinya di masa lalu. Sungguh, pikiran ini benar-benar membuat Xavier tidak bisa berpikir jernih, semuanya terlihat sangat tumit.'Xena bertahan sayang. Aku harap kamu baik-baik saja, aku yakin kamu kuat sayang. Jangan pergi, aku sangat mencintaimu. Aku rela