"AAaa! Nggak saya nggak mau!"Tiba-tiba, pikirannya teringat kembali akan Xena yang pernah tak sadarkan diri bahkan berteriak histeris sama seperti tadi, saat dirinya membawa gadis cantik itu menuju restorannya yang berada di lantai atas.“Iya aku ingat. Xena pernah mengalami hal ini sebelumnya. Bahkan, dia pernah pingsan tak hanya sekali, tapi sudah tiga kali. Yang pertama saat aku membawanya di restoran, yang kedua saat di ruang kerjaku, dan yang ketiga kemarin saat di toilet.”Xavier duduk di bangku yang berada di luar ruangan tersebut. Pikirannya masih focus akan kejadian yang menimpah sang istri.“Dan kalau dipikir-pikir. Kenapa semuanya berhubungan dengan buang mawar. Bahkan aku tadi bisa melihat dengan jelas. Kalau dia berkata jahat tapi menunjuk pada tanganku yang memiliki tattoo ini.” Monolognya.Xavier menyandarkan tubuhnya pada bangku tersebut. “Apa aku menanyakan hal ini pada Pak Ardi. Mungkin saja dia tahu apa yang terjadi pada Xena sebenarnya.”Di luar ruang isolasi Jame
“Tidurmu nyenyak?” tanyanya lagi yang dianggukan oleh Xena.Suster dan Dokter datang menemui mereka. Senyuman ramah pun mereka berikan, ia memeriksa infus dari Xena dan juga tangan yang dibalut perban.“Pagi saudari Xena.” Sapa menyanyikan Dokter.“Pagi, Dok.” Jawabnya ramah.“Ada keluhan?”Xena menggeleng kecil. “Nggak ada, Dok.”“Okeh, kalau begitu saya cek dulu ya detak jantung darahnya, ya."Xavier memerhatikan istri tercintanya yang sedang diperiksa oleh Dokter.Sungguh, memerhatikan wajah cantiknya saja sudah membuatnya mabuk kepayang. Ia benar-benar mencintai gadis ini, bukan untuk permainan seperti gadis-gadis lainnya yang dulu. Tapi kali ini, dia yakin pada dirinya sendiri, kalau Xena adalah yang terbaik untuknya.Dokter berbicara pada Suster dan melihat perkembangan kondisi Xena, ia mengangguk lalu berbicara pada Xaveir akan hal tersebut.“Pak Xavier, kondisi saudara Xena cukup baik. Semuanya sudah diperiksa dan taka da kendala lain., bahkan luka di pergelangan tangan pun mu
"Bagaimana istrimu?”Xavier terdiam sejenak, lalu ia tersenyum. “Em, Xena baik-baik saja.”“Ajak dia tingga bersama kita.”Xavier bingung dengan kata sang Papah, kenapa tiba-tiba dia mengatkan kalimat itu. Padahal sudah jelas, penyeba dirinya seperti ini karena mendengar yang berhubungan dengan istrinya ini.“Papah ingin mengenalnya lebih dekat. Kalian tinggal di rumah ya, jangan di apartemen.” Ucapannya lembut.Xavier tertegun, ia tersenyum tipis. “Papah tidak masalah kalau Xena tinggal bersama kita?”“Iya, justru Papah sangat senang. Karena dengan begitu, rumah kita jadi lebih ramai.”'Kenapa keinginan Xena bisa terpenuhi, Papah menyuruh kami untuk tinggal disana.' Batinnya.“Xavier, jadi bagaimana?”Ia mengangguk, “Iya Pah. Aku akan bicara pada Xena.”*****Siang hari, pukul 13.30. Xena pun telah sampai di rumah milik Xavier. Sungguh ini bagaikan di istana. Rumahnya sangat megah dan indah, banyak pelayan dan juga makanan yang enak. Xena merasa bahwa kini dirinya berada di rumah seo
“Diam sayang, kau tidak perlu menangis, kau hanya perlu mendesah dengan merdu.” Bisik Xavier dengan lembut tepat di telinga sang istri.Xena tak bisa menahan butiran bening itu lagi, ia sudah tak tahan dengan apa yang dilakukan oleh Xavier padanya. Sungguh, ini sama saja ia dip*rkosa oleh suaminya sendiri.Gadis cantik itu berusaha untuk berontak namun tidak bisa, kekuatan yang Xavier miliki lebih kuat darinya, hingga ia hanya bisa pasrah saat Xavier bermain dengan b*ah d*da miliknya.Suara isak tangisanya makin terdengar jelas, hingga membuat Xavier menghentikan aktivitasnya, perlahan ia melihat kearah wajah sang istri yang sudah di banjiri oleh air mata.Ia kembali mensejajarkan wajahnya dengan wajah cantik Xena dan mengusap lembut butiran bening itu yang terus mengalir di wajah cantiknya.“Hey, Don’t cry, beib.” Ucapnya lembut.Xavier mengusapnya dengan penuh kelembutan dengan satu tangannya. Xena melihat kearah sang suami, ia tertegun dan membantin dalam relungnya.‘Apakah aku ber
“Kamu baik-baik saja?” tanyanya yang hanya dibalas angguka kecil oleh Xena tanpa melihat kearahnya.Xena langsung berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil beberapa baju miliknya, Pandangan Xavier pun tertuju pada istrinya.Xena hendak memakai pakaiannya, namun ia belum melakukannya dan perlahan melihat kearah Xavier yang masih memerhatikannya.Tahu, akan maksud sang istri, membuat Xaveir pun berbalik dan segera masuk ke dalam toilet.Gadis cantik dengan rambut panjang itu pun merasa lega dna mulai membuka handuknya lalu memakain pakaiannya.Di dalam toilet, Xavier berdiri tepat didepan cermin yang memperlihatkan tubuh atletisnya. Ia berdiam diri seraya memikirkan kondisi istrinya.“Aku harus menanyakan hal ini pada Pak Xavier, atau akau langsung bertanya pada psikolog?” gumamnya.Xavier menghela napasnya beberapa kali, ia menyalakkan air dari wastafel itu lalu membasuh wajahnya beberapa kali dan melihat dirinya kembali di cermin.“Dia takut dengan bunga mawar? Atau ada sesuatu yan
“Buka … Buka … Apa kau mengurungku lagi ?! Aku mohon jangan kurung aku lagi. Aku minta maaf jika kata-kataku salah! Aku mohon buka pintunya!”Gadis cantik dengan mata bulat yang berwarna coklat itu, terus berteriak dan juga mengetuk pintu itu berkali-kali, namun percuma sekeras apapun dirinya berusaha untuk keluar, ia yakin Xavier tidak akan membukakan pintu itu.Xena berbalik, ia merasa sangat sedih dan juga kecewa akan perilaki Xavier yang selalu begini, ia mulai mencintai lelaki itu. Tapi, sifatnya yang beginilah yang paling tidak ia suka darinya. Kasar dan pengekang.‘Apa ada yang salah dari kata-kataku? Hingga ia mengurungku lagi?’ tanyanya dalam hatinya.Perlahan, ia mengusap butiran bening itu yang membasahin pipi mulusnya, lalu segera bangkit dan berjalan menuju telpon rumah yang berada di meja dekat dengan kasur itu. Ia duduk di kasur lalu mulai menekan tombol nomor pada telpon tersebut. Setelah itu ia letakkan gagang telponnya pada telinganya.Tak ada suara sahutan dari telp
“Xavier?” panggil sang Papah.“Em iya, Pah. Dia hanya kecapekan saja.” Jawabnya, lalu ia kembali mendorong sang Papah menuju ke kamarnya.Xavier membantu sang Papah untuk berbaring di tempat tidur, setelah itu ia menaruh kursi rodanya sedikit lebih jauh.“Xavier keluar ya, Pah. Papah istirahat, kalau perlu sesuau Papah telpon aja para asisten disini.” Ucapnya yang dianggukan oleh James.Xavier pun segera keluar dan berjalan menuju kamar untuk mengecek keadaan sang istri. Namun, ia jadi mengurungkan niatnya untuk menuju kamar, karena teirngat kalau dirinya ingin menemui Ardi.“Apa aku menyuruh Lucas saja untuk berbicara padanya? Tapi, hal seperti ini lebih baik dibicarakan langsung agar aku bisa tahu semuanya. Tapi jika aku pergi bagaimana dengan Xena?” gumamnya.Sang Asisten baru saja keluar dari kamarnya, ia pun tersenyum ramah melihat Xavier sudah berdiri didepan pintu kamar.“Pak Xavier.” Sapanya.“Istri saya gimana?”“Nona Xena sedang tertidur.”“Yaudah, kalau begitu terima kasih.
Gadis cantik itu makin memerhatikan Xavier, ketika lelaki itu menarik lengan bajunya hingga sebatas siku dan jelas itu memperlaihatkan tatonya yang berbentuk bunga mawar. Walaupun dari jarak kejauhan, tapi Arabelle bisa melihatnya dengan jelas kalau gambar dari tato adalah bunga mawar.“Mawar ?” gumamnya.“Ara.”Panggilan seseorang yang berada dibelakangnya membuat Arabelle pun terkejut, ia segera menoleh dan ternyat itu sang Mamah.“Ngapain kamu ngintipin Pak Xavier, nggak sopan tau. Udah sana kamu kembali ke ruang tengah.” Ujarnya.“Pak Xavier kok kesini nggak nagajak kak Xena.”“Ya mana Mamah tahu, mungkin dia ingin membicarakan hal lain dengan Papahmu.”Arabelle berpikir sejenak. “Hal lain apa, Pah? Soal kerjaan? Tapi kan bukannya selama ini dia tidak pernah kesini untuk membicarakan hal tersebut.” Sahut Ara.“Ah … sudahlah, kamu itu buat Mamah pusing. Sudah sana kamu kembali ke ruang tengah saja. Ingat ya jangan menguping.” Tegasnya.Arabelle mengangguk. “Iya, Mah.”Tania pun lan
"Pah ... Bangun Pah. Maafkan semua kesalahan Xavier." Lirihnya.Sang istri, yang selalu setia berada di sampingnya pun terus mengusap pundak sang suami ia menguatkan suaminya tersebut walaupun sebenarnya ia tahu itu sangatlah sakit karena dirinya pun mengalami hal tersebut bahkan jauh sejak ia masih kecil."Maaf, jenazah akan segera dimandikan." Ucap salah satu suster di sana."Kita harus ikut, pemakaman papah." Ucap Xena dengan lembut.Xavier mengangguk kecil. sejujurnya hatinya masih sangat teriris melihat keadaan yang terjadi pada dirinya saat ini namun sekuat tenaga ia berusaha untuk bangkit dan kuat apalagi ada istrinya yang selalu setia menemani Sampai detik ini.Beberapa jam kemudian pemakaman jam 10.00 telah usai Xavier dan Sena yang masih berada di pemakaman tersebut pun akhirnya ikut meninggalkan pemakaman itu."Ayo, Pak Xavier anda kembali lagi ke kantor polisi." Ucap salah satu polisi yang mengawal dirinya."Sebentar, Pak. Saya ingin berbicara dulu Dengan istriku.""Silahk
Beberapa hari kemudian, Xena menjenguk papa mertuanya di rumah sakit ia pun berbicara kepadanya bahwa safir telah ditangkap oleh Polisi."Jadi bagaimana perkembangan Papah?" Tanya Xena dengan nada lembut.James yang kini sudah bisa duduk, berbicara pada menantunya itu dengan nada lembut dan juga ramah."Syukurlah, sekarang papa sudah jauh menjadi lebih baik. Oh ya, bagaimana dengan Soviet pukas berkata bahwa dia sudah di ..."ucapan James berhenti sejenak namun dengan cepat China pun langsung melanjutkan ucapan tersebut dengan mendahuluinya melakukan kepalanya."Iya Pah. Dia sudah dibawa oleh kantor polisi beberapa hari yang lalu." Sambungnya.James memanganguk. Ia tahu bahwa menantunya ini begitu merasakan perasaan yang sangat sempurna di satu sisi dia sangat mencintai suaminya tersebut tapi di sisi lain ia harus melepaskannya Karena di balik pembantaian tersebut adalah suaminya sendiri."Papah tau, apa yang kamu rasakan saat ini bahkan papa pun begitu merasakannya. papa merasa kecew
Satu jam telah berlalu Mereka pun telah selesai menyantap makan malam tersebut savier dan juga Xena pun masuk ke dalam kamar sedangkan arah masih berada di sana untuk membantu para pelayan itu membereskan makanan tersebut.Xavier langsung duduk di kasur, ia memerhatikan istrinya yang tengah membereskan serta menyiapkan baju tidur untuknya."Xena, aku ingin berbicara sesuatu kepadamu duduklah disampingku." Ucapnya.Wanita cantik yang tengah hamil itu pun berjalan menuju sang suami lalu duduk tepat di sampingnya dengan tahu itu wajah senyum."Apa yang akan kau bicarakan padaku?" Tanyanya.Xavier menghela napasnya sejenak. Ia memperhatikan wajah cantik sang istri serta bola matanya yang coklat itu dia mengusap beberapa kali perutnya lalu mengecup perut itu dan berbicara pada bayinya secara berbisik."Sayang ... Maafkan Papah ya." Ucapnya.Perkataan, itu jelas membuat wanita cantik itu berkerut alis dia langsung bertanya kepada suaminya Apa maksud dari perkataannya tersebut."Kenapa kamu
Sebenarnya Xena tak tega melihat Om serta tantenya bersimpuh di depan kakinya ia masih memiliki rasa Peduli dan juga perasaan baik pada mereka namun mengingat apa yang telah dilakukan mereka itu begitu kejam, hingga akhirnya wanita itu pun hanya bisa melihatnya dengan mata berkaca-kaca.Xena mengerjapkan kedua matanya ia menahan butiran bening itu yang hendak terjun bebas membasahi pipinya lalu bersikap tegas kepada kedua orang tersebut."Maaf, Tante Om. Sebelumnya Xena sangat berterima kasih kepada kalian semua karena sedari kecil setelah kepergian Papah dan mama kalianlah yang merawat aku, tapi setelah semua ini terbongkar. Aku merasa sangat kecewa kepada kalian semua."Ucapannya berhenti sejenak ia mencoba mengatur nafasnya beberapa kali dan mencoba untuk mengutarakan semua kesalahan dan kekecewaan yang ada pada dirinya."Kalian sengaja menutup berita itu karena kalian ingin mengambil hak waris dari keluargaku dan kalian sengaja mengambil aku dari panti rehabilitasi itu dan merawat
Xavier langsung membuka pintu tersebut dna melihat sang Papah yang masih terbaring lemah di kasur itu bersama dengan Lucas yang duduk di kursi tepat disampingnya. Perlahan, ia pun langsung berjalan mendekatinya dan menghentikan langkahnya tepat di sebelahn Lucas."Pak Xavier." gumamnya.Lucas pun segera bangkit dari posisinya dan mempersilahkan sang atasan untuk duduk."Silahkan Pak, duduk." ucapnya.Xavier langsung duduk tepat di bangku yang sebelumnya di duduki oleh Lucas. Ia tersenyum menatap sang Papah."Xavier senang Papah sudah pulih." ucapnya.James pun tersneyum tipis seraya mengerjapkan kedua matanya dengan anggukan kecil kearah sang anak."Lucas, bisa kamu tinggalkan kami berdua." ucap James yang masih dengan nada lemah.Lucas mengangguk. "Baik, Pak." jawabnya, lalu ia segera berjalan kelaur dair ruangan itu.Setelah dilihat bahwa Lucas sudah keluar dan hanya ada mereka berdua disana. James pun kembali melihat kearah sang anak."Bagaimana keadaan istri serta cucuku yang berad
Sebuah notifikasi ponsel berwarna biru muda itu berbunyi. XEna yang masih berad id kamar tengah beristirahat sambil membaca buku pun mendengar suara notif tersebut. Ia segera menoleh ekarah ponsel yang berada di meja dekat dirinya.Xena pun mengambil ponsle tersebut yang tak lai adalah ponsel miliknya.Ia meliha bahwa itu adalah pesan dari sepupunya yaitu, Arabelle. "Ara?" gumamnya.DEngan cepat, wanita cantik bermanik coklat itu pun langsung membuka pesan itu lalu membacanya.||Arabelle("Kak, apa kaka sudah diberitahu oleh Pak Xavier atas kabar pengacar Han tadi?")"Saat aku bertanya, suamiku tidak memberitahukan padaku pasal kabar tadi. Apa lebih baik aku bertanya saja pada Ara ya, apa yang terjadi tadi saat di kantor pengacar Han?" gumamnya.["Belum Ara, aku tidak sempat bertenya padanya. Tpai ... dia sepertinya enggan menceritakannya pada ku. Memangnya apa yang terjaid tadi? Aku ingin mendengar infornya darimu saja."]("Aku telpon saja ya, Kak. Biar lebih enakj aku menceirtakanny
Xavier terdiam sejenak, namun secara perlahan ia mengangguk menjawab pertanyaan tersebut.Xena tak tahu apa yang ada dalam hatinya ini, apakah harus senang atau sedih. Karena jujur, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, bila bertemu dengan pembunuh kedua orangtuanya disaat pembantaian tersebut, maka ia tidak akan bisa memaafkan dan harus di hukum seberat-beratnya.Tapi, di satu sisi ia juga sedih dna kecewa karena ternyata pelakukanya itu adalah suaminya sendiri, yang sekarang sudah ia cintai. Sungguh, ini pilihan yang sangat sulit baginya."Aku, akan menyerahkan diirku ke kantor polisi. Tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk menunggu Papah, agar sembuh dari komanya." pinta Xavier.Xena mengangguk, dengan tetesan air mata yang membasahi kedua pipinya. Xavier pun lansung mengusap lembut butiran bening itu dan tersenyum tipis kearah sang istri.'Aku rela bila aku harus di hukum mati sekali pun, Xena. Karena aku tahu ini semua memang salahku.' batinnya.Mereka pun berpelukan dalam w
Tiba-tiba, butiran bening itu menetes dari pelupuk matanya, hingga membasahi punggung tangan James. Xavier mengatur napasnya beberapa kali ahar lebih tenang, ia mengusap butiran bening itu di pipinya."Pah, Xavier akan tanggung jawab atas apa yang telah Xavier perbuat di masa lalu. Tapi Xavier mohon, bangun Pah. Ijinkan Xavier meminta maaf kepada Papah dan menembus kesalahan Xavier selma ini, Pah." lirihnya.James yang masih koma hanya terdiam, namun jauh dalam hatinya ia merasa seperti ada sesuatu yang membuatnya bergerak ingin membuka kedua matanya. Namun itu sulit.Xavier mencoba untuk tetap tenang, ia menarik napasnya dalam-dalam lalu ia hembusan secara perlahan."Pah, satu yang perlu Papah tahu. Xavier juga sangat menyayangi Papah. Sama besarnya seperti Xavier menyayangi Mamah." ucapnya lembut.Ia kecup kembali punggung tangan sang Papah lebih lama dengan perasaan tulus dan sayang."Permisi, waktu jenguk anda sudah habis." ucap suster yang mejaga di ruang itu.Xavier mengangguk,
"Xena ... Bangun Xena ... Sayang."Tak mendapat respon dari sang istri, membuat Xavier pun makin panik. Hingga dengan segera, ia pun langsung membopong sang istri dan berlari menuju kearah mobil di bersama dengan beberapa bodyguardnya yang lain."Kita ke rumah sakit sekarang." Titahnya.Tak lama, Mereka pun langsung menyalakan mobilnya dan pergi dari rumah menuju ke rumah sakit.Selama di perjalanan perasaan Xavier tak karuan. Ia terus memeluk sang istri dengan mengusap lembut kepalanya dan mencoba untuk membangunkannya.Sungguh, saat ini pikirannya benar-benar Kacau. Sang Papah masuk rumah sakit, istrinya pun sama dan ia sangat mengkahwatirkan kondisi anak yang di kandung Xena.Sekarang, Xena juga sudah mengetahui kesalahan besar dirinya di masa lalu. Sungguh, pikiran ini benar-benar membuat Xavier tidak bisa berpikir jernih, semuanya terlihat sangat tumit.'Xena bertahan sayang. Aku harap kamu baik-baik saja, aku yakin kamu kuat sayang. Jangan pergi, aku sangat mencintaimu. Aku rela