Tetap ikuti kelanjutannya Sampai end'ya 😊🙏 Terimakasih. IG: @fiyaseni
Ardi pulang, ia segera menemui Xena di kamarnya dan akan menanyakan pasal lamaran kerja yang ia kirimkan ke perusahaan tersebut. Namun, baru brebebrapa langkah ia melangkah, sang istri, Tania telah memanggilnya terlebih dahulu, hingga ia pun menghentikan langkahnya dan menoleh kearah istrinya.“Kenapa Mah?”“Tadi Mamah ikut investasi emas lagi, Pah. Dan semoga kali ini, berhasil supaya nanti keuntungannya bisa untuk membantu perekonomian kelaurga kita nanti.“Ardi mengerjapkan kedua matanya, sungguh ia tak tahu dengan sifat istrinya ini mengapa ia tidak peka dengan kondisi yang tengah mereka alami sekarang.“Mah. Kan, Papah sudah berkali-kali bilang dengan Mamah, jangan ikut investasi lagi. Mengapa susah sekali sih, Mamah kalau diberitahu.” tegasnya.“Pah ... jangan marah-marah dulu dong, niat Mamah ini kan baik. Papah dengerin dulu penjelasan Mamah, Pah.”“Ah sudahlah, Papah pusing.” balasnya dan langsung berjalan menuju kamarnya.“Gimana sih Papah, padahalkan niat aku itu baik loh. I
“Dia jahat.”Hanya dua kata itu yang Xena ucapakan, dengan mata yang lurus kedepan namun tak melihat kearah Arabelle.Gadis beralis coklat itu tertegun, perlahan bolamatanya menyusyurbi ruangan itu, mencari sosok yang disebut ‘jahat’ oleh Xena.“Siapa Kak? Siapa yang jahat?”Xena terdiam, ia tak mengakatakan apapun namun sorot matanya masih lurus kedepan seakan-akan ia melihat seseorang yang akan berbuat jahat kepadanya.Arabelle melihat kearah pandangan mata Xena, dan ia tak melihat apapun disana, ia hanya melihat jendela kamarnya yang tertutup dengan tirai berwarna merah muda polos.Ara kembali melihat kearah Xena. “Nggak ada siapa-siapa Kak disana.” ucapnya.“Dia jahat ... Dia jahat, Ara.” lirih Xena dan perlahan matanya melihat kearah Arabelle.Gadis manis itu mencoba melangkahkan kakinya secara perlahan menuju kearah jendela kamarnya, tangannya pun mulai membuka tirai tersebut.Ia perhatikan dari luar jendela kamarnya, dan tak ada siapa-siapa disana. Arabelle menghela napasnya lal
“Nggak, saya tidak mau! Saya bukan penguntit!”Terdengar suara teriakan dari ujung koridor tersebut, membuat Xavier pun segera kesana.Matanya langsung melebar, melihat Xena yang digeret paksa oleh security dan ada sekretarisnya juga disana.“Hey. Stop!”Teriakan Xavier pun membuat mereka semua menoleh kearahnya secara bersamaan.Lelaki tampan dengan tinggi lebih 180 cm itu berjalan mendekati mereka dan berdiri tepat didekatnya.“Siapa yang menyuruhmu untuk mengusir gadis ini?” tanya Xavier pada security itu.“Bu Veronika, Pak.” jawabnya.Atensinya pun langsung tertuju pada sang sekretaris yang berdiri tak jauh darinya.“Dia penguntit, Pak. Sedari tak dia mengikuti Bapak sampai ke ruangan ini,” sahut Veronika yang masih kekeh kalau Xena ini seorang penguntitPerkataan Veronika jelas membuat Xena langsung menggeleng.“Lepaskan gadis ini.” titahnya pada security itu.Dengan cepat Xena pun dilepaskan oleh security itu dan membuatnya sedikit berjalan mendekati Xavier, masih dengan detak ja
Xavier mengangguk dan segera melepaskan jabat tangan tersebut. ‘Senyuman kamu juga manis, Xena. Ah ... kamu benar-benar membuatku benar-benar jatuh cinta bahkan saat pertama kali melihatmu.’ batinnya.Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu membuat lamunan Xavier yang sedari tadi memerhatikan Xena pun mengalihkannya. Ia langsung menoleh kearah pintu ruangannya.“Masuk.” ucapnya.Seorang laki-laki pun masuk ke dalam ruangan itu seraya membawa berkas miliknya yang tak lain adalah Lucas. Lucas terkejut, karena terjayata wanita itu masih bersama bosnya di ruangan ini."Ada apa, Lucas?"Pertanyaan itu membuyarkan pandangnya, maka ia pun segera berjalan menuju Xavier.“Saya bawa seluruh berkas hasil meeting dua hari yang lalu, Pak.”“Oke, kamu taruh diatas meja saya, nanti akan saya cek," jawabnya.Lucas mengangguk, lalu menaruh berkas itu diatas meja kerja Xavier. Lalu ia segera bergegas menuju pintu keluar.“Lucas,” panggilan Xavier pun menghentikan langkahnya dan menoleh.“Iya Pak. Ada yang
'Kacau. Ada apa dengan pikiranku ini. Hampir saja aku tadi menciumnya. Oke, harus tahan dulu untuk melakukan itu padanya.’ batinnya.Veronika masuk dan membawa berkas kearah Xavier. Ia berdiri tepat didepan meja kerja tersebut.“Maaf, Pak. Saya bawa beberapa berkas yang harus Bapak tanda tangani.” ucapnya.“Oke, mana saja yang harus saya tanda tangani?” tanyanya seraya mengambil bolpoint disaku jasnya.Veronika pun membuka beberapa lembar tersebut dan memberitahu kepada Xavier.Disaat Xavier tengah menandatangani berkas-berkas itu, Xena masih mengatur napasnya namun ia mulai melirik kearah Xavier beberapa kali dan membatin dalam relungnya atas apa yang akan Xavier lakukan padanya tadi.‘Belum bekerja disini saja, aku hampir dilecehkan. Bagaimana kalau sudah bekerja disini nanti? Apa yang harus aku lakukan, apakah aku tetap akan menerima bekerja disini?’Xavier telah selesai menandatangani beberapa berkas tersebut. “Ada lagi yang harus saya tanda tangani?”“Tidak, Pak. Hanya itu saja, k
“Apa itu Om?”“Selama kamu bekerja disini, kita jangan pernah terlihat dekat atau kenal sekali pun. Anggap saja kita kenal, kamu mengerti kan maksud Om?”Xena mengangguk, karena ia tahu maksud dari Ardi adalah untuk melindungi dirinya dari pelaku pembantaian tersebut.Ardi sudah mengatakan ini sejak dulu, dan menurut Xena apa yang dilakukan Ardi itu memang benar, ia harus menyembunyikan identitas aslinya.“Bukan Om tidak mengakui kamu sebagai keponakan Om, tapi ini demi kepentingan kita semua, Xena. Kamu paham kan?”“Iya, Om. Xena mengerti.”Ardi tersenyum seraya mengangguk kecil. “Yasudah, kalau begitu kamu hati-hati ya.” ucapnya yang dianggukan oleh Xena..*****Di ruang kerjanya, Xavier masih memikirkan wajah cantik Xena. Ia duduk disofa seraya memainkan dagunya dengan jari-jemarinya.“Aurellia Xena. Tidak asing nama itu bagiku, seperti aku pernah mendengarnya. Tapi siapa?” gumamnya.Xavier membenarkan posisinya dan mengambil foto ukuran 3x4 milik Xena, lalu ia perhatikan lagi wajah
Di rumah mewah bernuasa Gold dipadu dengan warna hitam dan putih, seorang laki-laki tengah duduk santai di dekat balkon kamarnya, ia tengah menghebuskan kepulan asap yang baru saja ia hirup dari vape tersebut.“Aurellia Xena. Benar-benar nama yang tidak asing bagiku.” gumam Xavier.Ia bangkit dari posisinya dan segera berjalan menuju kasur lalu mengambil ponselnya yang berada disana.Ia mengetikkan sesuatu diponsel tersbeut dan mengirimnya pada Lucas, Assisten pribadinya.Ting.Tak sampai satu satu menit, Lucas telah membalas pesan darinya, dengan cepat ia pun langsung membuka pesan tersebut yang berbunyi.||Lucas(“Saya tadi sudah bertanya pada Sella, Pak. Dan Sella berkata kalau ponsel Xena tengah rusak maka dari itu ia tidak mencantumkan nomor ponselnya di lamaran kerja tersebut.”)Xavier menaruh ponselnya, lalu mendengus pelan. “Apa aku harus membelikannya?” gumamnya. Namun dengan cepat, ia menggeleng.“Tidak. Aku tidak mau memperlihatkan kalau aku mulai tertarik padanya. Aku haru
“Lucas ... Lucas!”Ruangan Lucas yang memang bersebelahan dengan Xavier tidak diberi pengedap suara dan sudah pasti teriakan Xavier pun terdengar jelas di telingannya, hingga ia pun dengan cepat bangkit dan seger keluar dari ruangannya untuk menemui sang bos.“Iya Pak. Maaf, ada yang bisa saya bantu?”“Kenapa ruangan saya bisa terbuka olebar seperti ini?” tanya Xavier dengan nada menahan emosi.Lucas pun langsung menoleh kearah ruangan sang bos yang memang sudah terbuka lebar. Dan tidak ada orang didalam.“Maaf, Pak. Saya tadi sudah menyuruh Xena untuk memberikan kuncinya pada saya kalau dia sudah selesi membereskan ruang kerja Bapak, mungkin dia lupa, Pak.”“Kamu cari Xena sekarang dan bawa ke ruangan saya,” titahnyaLucas pun langsung mengangguk. “Baik, Pak.” jawabnya dan langsung menuju lift ke lantai bawah untuk mencari Xena.'Xena, Kenapa ia bisa teledor seperti ini. Aku yakin, pasti dia kelupaan akan pesan ku tadi. Kasihan, pasti nanti dia akan dimarahi oleh Pak Xavier.' batinny
"A-aku, titip anak kita." Jawab Xena dengan suara lirih dan juga pelan setelah itu yang langsung menutup muka Dua matanya secara perlahan.Sungguh. Perkataan itu benar-benar membuat Xavier langsung syok. Tiba-tiba saja istrinya mengatakan kalimat itu yang membuatnya semakin merasa takut dan juga cemas.Dengan cepat, dia mengecupi beberapa kali tangan serta kepala sang istri dan terus berusaha mencoba membangunkan istrinya tersebut."Xena ... Sayang ... Kamu dengar saya. Sayang ... Bangun sayang.""Xena ... Kamu tidak perlu bercanda. Sayang. Xena ...""Xena ... Jangan seperti ini, jangan membuatku khawatir."Berkali-kali, Xavier memanggil-manggil nama sang istri dan juga mengusap seluruh wajahnya, namun tetap saja wanita cantik itu tidak membuka kedua matanya bahkan tidak merespon dirinya sama sekali hingga hal itu pun benar-benar membuat Xavier menangis Ia pun langsung memanggil sang dokter."Dokter ... Dok! Dokter .... Tolong istri saya Dok." Teriam Xavier.Sang Dokter dan beberapa s
Tiba-tiba, saja. Salah satu polisi itu ada yang mendekatinya dan berdiri tepat di dekatnya.Sontak, ia pun langsung melihat kearah polisi itu."Pak Xavier, anda harus kami."Xavier langsung bangkit dari posisinya."Ada apa Pak? Apa terjadi sesuatu pada istri dan juga anakku?" Tanyanya yang cemas."Sebaiknya anda ikut kami sekarang dan akan mengetahui jika anda sudah berada di tempat yang akan kami tuju nanti."Xavier mengangguk. Mereka pun segera pergi dari tempat itu dan menaiki mobil kantor polisi selama di perjalanan pikiran Soviet pun tidak karuan ia selalu memikirkan keadaan istrinya dan takut terjadi sesuatu pada sang istri dan juga bayi yang dalam kandungannya.Tak butuh, waktu lama. Mereka pun telah sampai di rumah sakit Sentosa. Pikirannya teringat kembali akan papanya pada waktu itu yang berada di rumah sakit itu namun meninggal dunia.'Tidak, semoga tidak terjadi apa-apa dengan istriku dan juga bayi yang dikandungnya.' batinnya.Xavier dan juga para polisi itu pun berjalan me
"Pah ... Bangun Pah. Maafkan semua kesalahan Xavier." Lirihnya.Sang istri, yang selalu setia berada di sampingnya pun terus mengusap pundak sang suami ia menguatkan suaminya tersebut walaupun sebenarnya ia tahu itu sangatlah sakit karena dirinya pun mengalami hal tersebut bahkan jauh sejak ia masih kecil."Maaf, jenazah akan segera dimandikan." Ucap salah satu suster di sana."Kita harus ikut, pemakaman papah." Ucap Xena dengan lembut.Xavier mengangguk kecil. sejujurnya hatinya masih sangat teriris melihat keadaan yang terjadi pada dirinya saat ini namun sekuat tenaga ia berusaha untuk bangkit dan kuat apalagi ada istrinya yang selalu setia menemani Sampai detik ini.Beberapa jam kemudian pemakaman jam 10.00 telah usai Xavier dan Sena yang masih berada di pemakaman tersebut pun akhirnya ikut meninggalkan pemakaman itu."Ayo, Pak Xavier anda kembali lagi ke kantor polisi." Ucap salah satu polisi yang mengawal dirinya."Sebentar, Pak. Saya ingin berbicara dulu Dengan istriku.""Silahk
Beberapa hari kemudian, Xena menjenguk papa mertuanya di rumah sakit ia pun berbicara kepadanya bahwa safir telah ditangkap oleh Polisi."Jadi bagaimana perkembangan Papah?" Tanya Xena dengan nada lembut.James yang kini sudah bisa duduk, berbicara pada menantunya itu dengan nada lembut dan juga ramah."Syukurlah, sekarang papa sudah jauh menjadi lebih baik. Oh ya, bagaimana dengan Soviet pukas berkata bahwa dia sudah di ..."ucapan James berhenti sejenak namun dengan cepat China pun langsung melanjutkan ucapan tersebut dengan mendahuluinya melakukan kepalanya."Iya Pah. Dia sudah dibawa oleh kantor polisi beberapa hari yang lalu." Sambungnya.James memanganguk. Ia tahu bahwa menantunya ini begitu merasakan perasaan yang sangat sempurna di satu sisi dia sangat mencintai suaminya tersebut tapi di sisi lain ia harus melepaskannya Karena di balik pembantaian tersebut adalah suaminya sendiri."Papah tau, apa yang kamu rasakan saat ini bahkan papa pun begitu merasakannya. papa merasa kecew
Satu jam telah berlalu Mereka pun telah selesai menyantap makan malam tersebut savier dan juga Xena pun masuk ke dalam kamar sedangkan arah masih berada di sana untuk membantu para pelayan itu membereskan makanan tersebut.Xavier langsung duduk di kasur, ia memerhatikan istrinya yang tengah membereskan serta menyiapkan baju tidur untuknya."Xena, aku ingin berbicara sesuatu kepadamu duduklah disampingku." Ucapnya.Wanita cantik yang tengah hamil itu pun berjalan menuju sang suami lalu duduk tepat di sampingnya dengan tahu itu wajah senyum."Apa yang akan kau bicarakan padaku?" Tanyanya.Xavier menghela napasnya sejenak. Ia memperhatikan wajah cantik sang istri serta bola matanya yang coklat itu dia mengusap beberapa kali perutnya lalu mengecup perut itu dan berbicara pada bayinya secara berbisik."Sayang ... Maafkan Papah ya." Ucapnya.Perkataan, itu jelas membuat wanita cantik itu berkerut alis dia langsung bertanya kepada suaminya Apa maksud dari perkataannya tersebut."Kenapa kamu
Sebenarnya Xena tak tega melihat Om serta tantenya bersimpuh di depan kakinya ia masih memiliki rasa Peduli dan juga perasaan baik pada mereka namun mengingat apa yang telah dilakukan mereka itu begitu kejam, hingga akhirnya wanita itu pun hanya bisa melihatnya dengan mata berkaca-kaca.Xena mengerjapkan kedua matanya ia menahan butiran bening itu yang hendak terjun bebas membasahi pipinya lalu bersikap tegas kepada kedua orang tersebut."Maaf, Tante Om. Sebelumnya Xena sangat berterima kasih kepada kalian semua karena sedari kecil setelah kepergian Papah dan mama kalianlah yang merawat aku, tapi setelah semua ini terbongkar. Aku merasa sangat kecewa kepada kalian semua."Ucapannya berhenti sejenak ia mencoba mengatur nafasnya beberapa kali dan mencoba untuk mengutarakan semua kesalahan dan kekecewaan yang ada pada dirinya."Kalian sengaja menutup berita itu karena kalian ingin mengambil hak waris dari keluargaku dan kalian sengaja mengambil aku dari panti rehabilitasi itu dan merawat
Xavier langsung membuka pintu tersebut dna melihat sang Papah yang masih terbaring lemah di kasur itu bersama dengan Lucas yang duduk di kursi tepat disampingnya. Perlahan, ia pun langsung berjalan mendekatinya dan menghentikan langkahnya tepat di sebelahn Lucas."Pak Xavier." gumamnya.Lucas pun segera bangkit dari posisinya dan mempersilahkan sang atasan untuk duduk."Silahkan Pak, duduk." ucapnya.Xavier langsung duduk tepat di bangku yang sebelumnya di duduki oleh Lucas. Ia tersenyum menatap sang Papah."Xavier senang Papah sudah pulih." ucapnya.James pun tersneyum tipis seraya mengerjapkan kedua matanya dengan anggukan kecil kearah sang anak."Lucas, bisa kamu tinggalkan kami berdua." ucap James yang masih dengan nada lemah.Lucas mengangguk. "Baik, Pak." jawabnya, lalu ia segera berjalan kelaur dair ruangan itu.Setelah dilihat bahwa Lucas sudah keluar dan hanya ada mereka berdua disana. James pun kembali melihat kearah sang anak."Bagaimana keadaan istri serta cucuku yang berad
Sebuah notifikasi ponsel berwarna biru muda itu berbunyi. XEna yang masih berad id kamar tengah beristirahat sambil membaca buku pun mendengar suara notif tersebut. Ia segera menoleh ekarah ponsel yang berada di meja dekat dirinya.Xena pun mengambil ponsle tersebut yang tak lai adalah ponsel miliknya.Ia meliha bahwa itu adalah pesan dari sepupunya yaitu, Arabelle. "Ara?" gumamnya.DEngan cepat, wanita cantik bermanik coklat itu pun langsung membuka pesan itu lalu membacanya.||Arabelle("Kak, apa kaka sudah diberitahu oleh Pak Xavier atas kabar pengacar Han tadi?")"Saat aku bertanya, suamiku tidak memberitahukan padaku pasal kabar tadi. Apa lebih baik aku bertanya saja pada Ara ya, apa yang terjadi tadi saat di kantor pengacar Han?" gumamnya.["Belum Ara, aku tidak sempat bertenya padanya. Tpai ... dia sepertinya enggan menceritakannya pada ku. Memangnya apa yang terjaid tadi? Aku ingin mendengar infornya darimu saja."]("Aku telpon saja ya, Kak. Biar lebih enakj aku menceirtakanny
Xavier terdiam sejenak, namun secara perlahan ia mengangguk menjawab pertanyaan tersebut.Xena tak tahu apa yang ada dalam hatinya ini, apakah harus senang atau sedih. Karena jujur, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, bila bertemu dengan pembunuh kedua orangtuanya disaat pembantaian tersebut, maka ia tidak akan bisa memaafkan dan harus di hukum seberat-beratnya.Tapi, di satu sisi ia juga sedih dna kecewa karena ternyata pelakukanya itu adalah suaminya sendiri, yang sekarang sudah ia cintai. Sungguh, ini pilihan yang sangat sulit baginya."Aku, akan menyerahkan diirku ke kantor polisi. Tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk menunggu Papah, agar sembuh dari komanya." pinta Xavier.Xena mengangguk, dengan tetesan air mata yang membasahi kedua pipinya. Xavier pun lansung mengusap lembut butiran bening itu dan tersenyum tipis kearah sang istri.'Aku rela bila aku harus di hukum mati sekali pun, Xena. Karena aku tahu ini semua memang salahku.' batinnya.Mereka pun berpelukan dalam w