"Asisten Juan, beri kami waktu. Tolong jangan tekan mama Geni seperti ini," mohon Seria."Maaf Nona, saya juga hanya menjalankan perintah. Jika Anda ingin saya pergi silahkan hubungi tuan Evan lebih dulu," balas Juan dengan pembawaannya yang nampak datar, tanpa ekspresi."Baiklah, aku akan hubungi mas Evan. Tapi aku mohon, jangan mengambil tindakan apapun," mohon Seria.Juan lantas meninggalkan ruangan mama Geni tersebut, diikuti oleh para pelayan yang lain.Ruangan tempat pertemuan keluarga secara privasi yang terhubung langsung dengan kamar mama Geni. Di ruangan inilah mama Geni sering menyambut tamu pentingnya, juga saat bicara dengan anak-anak."Kurang ajar, berani-beraninya Evan memperlakukan mama seperti ini!" bentak mama Geni."Ma, mas Evan tidak salah, kita sama-sama tau dia dipengaruhi oleh mbak Amanda. Coba sekarang mama hubungi mas Evan lagi," pinta Seria, dia juga tak rela jika mama Geni dan Evelyn harus meninggalkan rumah ini.Sebab Seria sendiri pun begitu menginginkan u
"Ma!" panggil Seria namun suaranya tak di dengar lagi. Pintu utama rumah megah tersebut sudah tertutup rapat.Air matanya jatuh dan tak mampu dihentikan, dunianya seolah jungkir balik dalam sekejap.Meskipun Seria belum tahu apa alasan utama mama Geni memperlakukannya seperti ini, mungkinkah hanya bersandiwara di sambungan telepon dengan Amanda. Namun tetap saja dia merasa sakit hati, merasa dipermalukan..Seolah ucapan Amanda beberapa waktu lalu jadi kenyataan, yang akan terus menjadikannya sebagai seorang jalang. Bukan wanita yang diakui oleh semua orang."Amanda, jangan pikir semuanya sudah berakhir! Tidak! Ku pastikan akan merebut semua yang kamu punya!" ucap Seria, bicara diantara tenggorokannya yang terasa begitu tercekat. Tekad yang sudah begitu bulat.Di masa lalu bisa saja dia yang akan jadi calon istri dari Evan Sanjaya, namun karena tuan Sanjaya mengajukan perjodohan tersebut membuatnya kalah. Terlebih Amanda dengan tak tahu dirinya menerima perjodohan tersebut.Sejak awal
Amanda dan Luna bepergian berdua, di tengah jalan Luna bahkan menghentikan mobil di sebuah toko baju bikini. Baju seksi yang sangat umum untuk digunakan di tempat tujuan mereka.Namun sungguh, Amanda benar-benar tak ingin menggunakan baju yang baginya haram tersebut. Terlalu terbuka dan tak layak untuk digunakan."Jangan macam-macam Luna, kita tidak membutuhkan baju seperti itu," ucap Amanda, suaranya terdengar dingin sekali. Sama seperti biasanya. Terlebih sorot matanya terlihat cukup tajam."Kita pergi ke pantai Nyonya, jadi harus beli bikini. Jika anda tidak ingin memilih sendiri, maka akan saya pilihkan," jawab Luna."Luna," panggil Amanda penuh intimidasi, namun asisten pribadinya tersebut seolah tuli. Luna tidak mendengar panggilannya dan tetap masuk ke dalam toko.Dengan sangat terpaksa akhirnya Amanda mengikuti, dia tak ingin semakin terjerumus jika Luna yang memilihkan bikininya, jadi dia harus memilih sendiri agar sesuai dengan selera.Yang tidak terlalu terbuka, yang tetap
Tubuh Amanda terasa kotor semua, jadi dia menolak saat Luna mengajaknya makan siang di tepi pantai tersebut. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke Villa.Amanda menyimpan kerang-kerang yang dia kumpulan pada sebuah wadah, lalu buru-buru membersihkan tubuh yang sudah terasa lengket sema."Nyonya, makanan sudah siap," panggil Luna dari arah meja makan.Villa ini memang tidak terlalu luas, namun terasa nyaman dan pas untuk mereka gunakan berdua.Sebelum mendatangi meja makan, Amanda lebih dulu mengambil ponselnya di atas meja nakas. Kemudian melihat cukup banyak pesan masuk, salah satunya adalah dari sang suami.Evan mengatakan bahwa dia telah tiba di rumah. Hari ini juga langsung memutuskan untuk pergi ke kantor.Amanda tak sempat melihat pesan dari tuan Austin, sebab pesan pria itu tertumpuk oleh yang lain."Periksa semua pesan masuk ini, jika tidak penting tidak usah di balas," ucap Amanda, memerintahkan sang asisten pribadi seraya duduk di salah satu kursi meja makan.Tan
"Ma, coba Mama lihat ini. Mas Evan pulang sendirian sementara mbak Amanda justru bersenang-senang di pantai," ucap Evelyn, mengadu pada sang mama setelah dia melihat media sosial milik Luna.Amanda sudah membuat kekacauan di dalam keluarga mereka, tapi wanita itu sedikitpun tidak menunjukkan rasa penyesalan justru sedang asyik menikmati hidupnya sendiri.Mama Geni juga melihat dengan jelas foto yang ditunjukkan oleh sang anak, Amanda nampak tampil berani dengan bikini yang digunakan. Padahal selama ini Amanda selalu mengenakan pakaian yang tertutup."Apa Evan tahu tentang foto ini?" tanya mama Geni."Aku tidak tahu Ma, akhir-akhir ini aku jarang sekali bicara berdua dengan mas Evan. Bahkan saat berada di kantor saja dia melarangku untuk datang ke ruangannya," adu Evelyn, "Aku juga mau pergi berlibur Ma, aku mau belanja sepuasnya," rengek Evelyn.Dia sungguh merindukan kehidupannya yang dulu, sebelum ada prahara rumah tangga sang Kakak yang juga membuat hidupnya ikut terganggu."Berhen
Suasana jadi terasa hening setelah Austin mengucapkan pertanyaan tersebut. Bagaimana jika kamu termasuk juga dalam bagian hidupku?Amanda butuh waktu lebih lama untuk mencerna kalimat tersebut, hingga keduanya jadi saling pandang tanpa ada kata-kata lagi. Dan sebelum Amanda sempat berucap, Austin sudah lebih dulu buka suara. "Aku ceritakan sedikit tentang hidupku yang mungkin bagimu tidak menarik," ucap Austin. Amanda jadi makin terdiam saat mendengar hal tersebut. "Di masa lalu aku pernah sangat mencintai seorang gadis tapi kami tidak berhasil bersama. Beberapa tahun ini aku menutup hidupku dan hanya fokus pada pekerjaan. Lalu tuan Sanjaya mengenalkan kita dan aku ikut aktif dalam gerakan sosial yang kamu adakan."Cerita itu terus bergulir seperti sebuah dongeng bagi Amanda. Bagi Austin juga merupakan hal baru saat dia masuk ke dunia yayasan anak yang Amanda bangun.Sudut pandangnya berubah, jiwanya tergerak untuk membantu dengan tulus. Dia tak layak mengeluh sementara hidup anak
Selesai sarapan Amanda ingin mereka segera kembali ke Yayasan, lagipula tuan Austin hari ini pun berencana untuk pergi kembali ke kota Servo."Naik mobilku, biar Luna mengendarai mobilnya sendiri," titah Austin."Maaf Tuan, tapi aku dan Luna bergantian membawa mobil. Perjalanannya cukup jauh," tolak Amanda."Tidak apa-apa Nyonya, saya baik-baik saja. Silahkan pulang bersama tuan Austin," sahut Luna yang ikut buka suara.Luna mana paham jika nyonya Amanda masih dalam misi menjauh dari sang tuan muda. Alhasil Amanda jadi menatap begitu tajam ke arahnya.Austin juga langsung membuka pintu mobilnya memberi isyarat Amanda untuk segera masuk, jika sudah seperti ini Amanda tak mampu menolak lagi. Semuanya akan terasa semakin canggung jika dia terus berkilah.Apalagi saat ini bukan hanya ada mereka berdua, tapi juga ada Luna.Setelah bersepakat akhirnya dua mobil itu mulai meninggalkan area Villa. Mobil Luna melaju lebih dulu, sementara Austin sengaja memperlambat mobil agar mereka memisahkan
2 Minggu berlalu dan belum ada tanda-tanda bahwa Amanda akan kembali. Mama Geni selalu melihat Evan yang berubah jadi begitu pendiam.Sebuah pemandangan yang membuat mama Geni jadi semakin sakit hati, sebab karena Amanda lah anaknya jadi berubah seperti ini."Van, apa kamu tidak ingin menemui Aska?" tanya mama Geni, dia mendatangi ruang kerja sang anak. Sudah berada di rumah Evan tetap mengurung dirinya di tempat ini, bukannya bergabung dengan dia dan sang adik.Beberapa waktu lalu mama Geni memang sempat mengusir Seria dari rumah ini, tapi beberapa hari kemudian dia langsung menjelaskan bahwa perbuatannya itu hanya lah sandiwara.Seria langsung bisa memahaminya, meskipun dia merasa sakit hati tapi tak mungkin mampu mengungkapkannya.Seria bahkan harus pasrah ketika mama Geni pun memutuskan untuk menjauhinya agar tidak membuat Amanda marah. Secara diam-diam mereka masih terus berkomunikasi melalui sambungan telepon.Seria selalu mengeluhkan bahwa Aska tak pernah bertemu ayahnya, tiap